Share

Should I Running from Him?

Matanya masih bengkak saat Milly menyapa Maxer pagi itu. Sahabatnya mulai bisa bergerak dan beraktivitas seperti biasa walau masih dengan gerakan perlahan. Jahitan dari ujung pundak kiri hingga ke kanan itu seperti menceritakan, bagaimana kejinya percobaan pembunuhan yang Maxer alami.

“Kamu nangis lagi,” ucap Maxer lirih seraya memakai kemeja tanpa bantuan siapa pun.

Hanya baju dengan model kemeja yang bisa Maxer pakai tanpa meregangkan ototnya.

Milly mengancingkan kemeja dan tidak menjawab lontaran kalimat dari Maxer.

“Mill …,” panggil Maxer.

Matanya sendu dan menatap Milly dengan wajah prihatin. Wanita yang menjadi satu-satunya saudara tanpa ikatan darah itu tersenyum lembut.

“Cuman kesel aja sama situasi kita sekarang. Nggak tahu siapa yang punya niat jelek, sampe tega mau bunuh kita berdua.”

Jawaban Milly tidak Maxer percayai begitu saja. Namun pria itu paham ada sesuatu yang terjadi pada

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status