Nina melangkah dengan penuh keheranan mendekat ke arah pintu. Dengan hati berdebar, ia membukanya. Alter Fidelis berdiri dalam wujud sesungguhnya tanpa sayap.
“Fidelis?” desis Nina terperanjat. Fidelis masuk tanpa menunggu dipersilahkan masuk.
“Kupikir email itu baru saja terkirim!” seru Nina dengan takjub. Fidelis menyapa semuanya dan tersenyum.
“Aku adalah makhluk mulia yang memiliki akses ke teknologi tanpa harus memiliki media, Nina,” jawab Fidelis sembari memesan minuman pada bartender yang berusaha mengacuhkan pembicaraan tamunya.
“Bagaimana aku bisa tidak merasakan kehadiranmu?” tanya Nina bingung. Fidelis menerima gelas dan meneguk dengan ekspresi haus.
“Kau melemah pada kondisi tertentu. Entah itu saat jatuh cinta atau berduka,” terang Fidelis dengan acuh. “Jelas saat ini kau dalam salah satu kondisi tersebut,” sindirnya sambil melirik ke Elba yang tersenyum simpul.
Pertemuan dengan Fidelis memberi sedikit motivasi untuk mereka kembali bergerak tanpa lelah. Setelah menjelaskan pada Panther yang mulai siuman dan sadar, dua hari kemudian mereka terbang menuju Mesir. Selama menempuh perjalanan, Nina terus memikirkan rencana terbaik untuknya mengatasi desakan menjadi pemburu Abigail.Dalam hati masing-masing, mereka berpikir siapakah yang menjadi malaikat maut bagi Karmuzu. Pria tua yang telah hidup hampir seabad tersebut, mustahil semudah itu dibunuh. Roth menebak pembunuhnya adalah antara Abigail atau Drew. Sedangkan Coque dengan konyolnya berasumsi Karmuzu akan mati di tangan salah satu anak buahnya.“Mereka semua adalah pengikut setia! Bagaimana kau bisa menebak itu adalah salah satu anak buahnya?” bantah Roth menertawakan Coque.“Jangan meremehkan kejelianku sebagai bekas polisi, Roth. Dari sekian kasus kematian orang besar, hampir sebagian diprakarsai oleh sebuah pengkhianatan dari dalam!” tangkis
Nina memastikan semua pengikut Karmuzu tidak memiliki ambisi terkelam untuk membunuhnya. Dengan terpaksa, Nina harus menggunakan kekuatannya tersebut untuk mengetahui hal tersebut. Namun ketika tanpa sengaja ia mengetahui ambisi Elba, wanita itu terlihat jengah. Elba ingin bercumbu dengannya.“Kupikir kalian telah bercinta, Averin!” cetus Roth dengan setengah berbisik. Nina menoleh dan memukul lengan Roth kesal.“Berhenti membaca pikiranku, Roth! Kau sudah berjanji!” kecam Nina dengan garang. Roth mengaduh dan meringis kikuk.“Maaf,” sesalnya dan buru-buru kabur. Nina sangat malu dan segera menjauh.Coque baru saja tiba dengan Panther. turun dari truck pick up. Wajah keduanya memerah karena panas yang menyengat.“Aku memilih Roger Pass dan Alaska sebagai tempat tinggal. Panas ini bisa membunuhku!” keluh Coque sembari mengusap peluh. Rambutnya yang panjang terikat tampak basah oleh keringat. Panther te
Berduyun-duyun orang datang dan menyampaikan rasa berkabung atas kematian Karmuzu. Nina masih melarikan diri ke atas puncak gunung Sinai. Semua tahu dan merasakan keterpurukan atas perginya Karmuzu yang mereka sebut sebagai singa gurun penjaga Mesir.Kematian Karmuzu ditandai dengan gelombang tanah yang hebat, memporak porandakan seluruh kawasan di sekitar padepokan dalam radius puluhan kilometer.“Aku baru tahu jika Karmuzu muda memiliki bentuk lain sebagai singa jantan yang besarnya seperempat dari gunung Sinai!” decak Coque dengan kagum.“Ya. Suara yang terdengar tadi malam adalah auman terakhirnya,” timpal Panther dengan pilu.Roth dan Elba bungkam dan membisu. Kematian dan kegagalan mereka dalam menjaga Karmuzu membuat keduanya terpukul.Masyarakat dan seluruh pengikutnya menguburkan Karmuzu dengan tata cara adat Mesir yang epik. Sementara tubuh Firai mereka lemparkan ke dalam kobaran api yang menyala. &ld
Masa berkabung untuk kematian Karmuzu berlangsung selama dua minggu. Setelah usai merenovasi padepokan dengan sumbangan dana dari Elba, mereka segera membuat rencana untuk langkah selanjutnya.“Yang pasti, harus ada salah satu dari kita tinggal di sini untuk mengajarkan berbagai latihan. Termasuk menggunakan senjata yang tidak pernah dikuasai oleh anak buah Karmuzu,” cetus Roth menimpali rencana Nina yang ingin mengunjungi Inggris.“Kenapa Britania? Kupikir Norwegia lebih memiliki potensi yang kuat untuk mendapatkan calon pahlawan yang tangguh!” tanggap Panther.“Britania sudah memiliki pusat pelatihan pejuang bumi. Terakhir kali berada di sana sebelum ke Paris, aku bertemu dengan pemimpinnya, Morret.” Nina menunjukkan foto tempat tersebut dan juga Morret pemimpinnya.“Ok. Aku setuju. Siapa yang akan tinggal di sini?” tanya Elba.“Aku saja!” seru Coque. Semua menoleh padanya dengan heran.
Semenjak Nina mengalami perubahan dalam dirinya sebagai the huntress, ia tidak pernah berpikir jika peran dan tanggung jawab ini akan menjadi sesuatu yang berpengaruh pada dunia.Pertemuannya dengan Mikhael, malaikat yang memberinya berkat dan senjata, menjelaskan bahwa dirinya adalah ujung tombak utama dalam peperangan yang entah kapan akan berakhir ini.Keberangkatannya menuju ke Inggris bersama Panther dan Roth membuat Nina yakin bahwa kali ini ia akan menempuh perjuangan yang sesungguhnya. Baru Nina sadari, dirinya menjadi jangkar bagi para orang di sekelilingnya untuk berpegang teguh.Kedatangan mereka di markas Morret, mendapat sambutan yang baik dan penuh kehangatan. Nina memeluk teman lamanya itu dengan erat. Morret sama sekali tidak tampak sebagai pria tangguh. Selain karena mulutnya sangat cerewet, Morret juga memiliki selera pakaian yang sangat unik. Bajunya semi feminim dengan warna cerah yang sangat mencolok.Pria jangkung tersebut juga membe
Ketika kita bertemu dengan orang baru, terkadang asumsi muncul dan itu belum sepenuhnya benar. Itu yang Panther rasakan. Morret dan Pixen adalah dua manusia yang sempat ia remehkan dalam kemampuannya bertempur.Ternyata di balik karakter yang beda dan terkesan nyentrik, dua orang tersebut memiliki ketangkasan yang mumpuni. Morret adalah pemain pedang yang sangat handal dan Pixen adalah penembak ulung dan juga menguasai teknologi dengan baik.Keduanya menguasai martial arts dan sesuai dengan gaya konyol mereka, membunuh musuh bisa dilakukan dengan gaya jenaka dan klasik.Roth seketika jatuh cinta pada perkumpulan tersebut. Tidak sulit baginya berbaur karena gaya Roth yang menurut Panther memang setipe dengan mereka. Nina tersenyum geli dengan sebutan tersebut.Setelah memastikan misi dan visi mereka dipahami seutuhnya oleh Morret dan Pixen, Nina bermaksud untuk berpamitan keesokan harinya menuju Norwegia bersama dengan Panther.“Tunggu dulu, N
Nina berangkat bersama Panther dengan pesawat milik Elba. Roth memeluk Nina dengan erat dan membisikkan kata yang membuat Nina terharu.“Kembalilah dengan selamat dan kita hidup seperti dulu lagi.”Ketika mereka tiba di tempat yang Nina maksud, keduanya terhenyak. Markas yang ada di Norwegia memang lebih besar dan luas dibandingkan Inggris. Tapi yang membuat mereka terpana, kondisi lembah itu porak poranda dan penuh dengan tenda daraurat. Nina dan Panther bertanya-tanya tentang apa yang telah terjadi. Mayat bergelimpangan dan hanya tertumpuk tanpa sempat mereka kuburkan.Setelah melewati beberapa orang yang menginterogasi mereka dengan cukup kasar, akhirnya Nina menemui Asmund, pemimpin mereka.Pelukan Asmund sangat erat dan akhirnya pria yang terbilang cukup besar itu tersedu. Isakannya sangat keras dan Nina sangat tersentuh.“Mereka menyerang kami selama tiga hari penuh dan kami kalang kabut menghadapi mereka tanpa persiapan. Ha
Inilah perasaan yang terberat bagi Nina selama meninggalkan sebuah tempat. Asmund mengingatkan dirinya akan sebuah ketulusan seorang manusia yang paling lemah di antara ras lainnya. Bersama dengan Asmund, Nina masih bisa merasakan nikmatnya hidup menjadi manusia tanpa kekuatan ajaib yang hampir semua temannya miliki.Setelah berhasil membuat janji dengan pimpinan tertinggi umat Katholik di seluruh dunia, Paus, Nina segera menuju Vatikan pada pagi harinya.Rupanya, untuk menemui Paus tidak semudah itu. Nina harus menunggu hingga dua hari ke depan sesuai dengan jadwal padat yang tertera di papan kantor gereja.Sambil menelan kecewa, Nina memilih untuk berkeliling Roma dan mencari tahu tentang pergerakan bawah tanah yang sempat ia dengar dari Coque. Nina hanya mendapat satu nama dari Coque. Roxer adalah orang yang paling tepat untuk ia temui.Mengunjungi club malam yang sangat sepi dan tampak suram, sempat membuat Nina ragu. Ia tidak yakin jika tempat terseb