—3—
Pagi harinya, James terbangun dan dia tersadar bahwa dirinya telah pergi semalaman dan meninggalkan Keyla sendirian di Apartemen.James menuju kamar mandi, dan membasuh wajahnya, lalu segera memakai bajunya dan keluar dari kamar hotel tersebut. Namun saat dia ingin check out, ternyata kamar tersebut sudah dibayarkan.Dia melihat jam di pergelangan tangannya dan waktu sudah menunjukan pukul sepuluh pagi. Tak ada waktu untuk mengingat siapa yang membawanya ke hotel dan membayarnya. Yang saat ini dia pikirkan hanyalah Keyla yang mungkin akan berbuat hal berbahaya. Ditambah Keyla yang harus meminum obat anti depresinya lagi.James langsung meluncur menuju apartemennya. Sesampainya di bangunan megah itu, dia sama sekali tidak bisa bersantai, dan nyaris berlari menuju kamar karena Keyla tak mengangkat teleponnya.Karena terlalu terburu-buru, James menabrak seseorang yang membawa makanan. Makanan tersebut berserakan di lantai."Hati-hati dengan langkahmu, Sir!"ujar gadis tersebut."Maafkan aku..., aku sedang terburu-buru. Ini belilah lagi dan ambil sisanya. Aku menyesal tak bisa membantumu aku sungguh terburu-buru," ujar James."Aku juga terburu-buru, Sir!Kakakku demam dan dia butuh makan dan obat, kau membuatku harus kembali mengantre untuk membeli bubur ini," ujar gadis itu terlihat marah. Namun James benar-benar tak bisa membantunya sekarang."Ini kartu namaku, aku seorang dokter. Jika kakakmu belum membaik, kau bawa saja ke rumah sakit itu. Aku akan menggratiskan biayanya. Sekali lagi maafkan aku," ujar James berlalu tanpa menunggu gadis tersebut berbicara lagi.***Aleandra kembali setelah membeli bubur. Dia langsung menyuapi kakaknya yang terlihat demam. Dia tahu sejak semalam kakaknya sedang tidak sehat."Kenapa kau lama sekali? Apa kakimu sakit lagi saat berjalan?" tanya Lea setelah meminum obatnya. Aleandra menderita kanker tulang, yang sudah ia sembunyikan sejak lama dan baru ketahuan saat Lea menemukan berkas catatan medis dari kamar kedua orangtuanya, sebelum dia menjual rumah mewah mereka."Aku tak apa-apa, Kak. Ini sudah membaik. Kurasa... aku tak perlu pengobatan lagi. Aku tak ingin kau sakit karena bekerja untuk membiayai pengobatanku," ujar Aleandra."Kau bicara apa? Aku baik-baik saja. Dan sudah jam berapa ini? Aku harus bekerja.” Lea hendak bangun, namun Aleandra menahannya."Kau istirahatlah hari ini, Kak. Aku sudah menghubungi bosmu di toko roti, dan aku juga sudah menelepon Kak Joe agar kau bisa libur dari club itu.""Tidak bisa, Al. Aku harus tetap masuk kerja. Mereka akan memotong gajiku.”"Tidak akan! Mereka sudah mengatakan tidak akan memotong gajimu, jika kau ke dokter dan mempunyai surat dokter.""Aku tak mau ke dokter. Biayanya sama saja dengan potongan gaji," timpal Lea lagi.."Kita akan ke dokter sore nanti dan biayanya gratis." Aleandra berkata seolah dia mempunyai kartu berobat gratis."Bagaimana bisa gratis, Al? Hah... Berikan obatnya lagi, sepertinya aku masih pusing dan salah mendengar ucapanmu.""Sudahlah... Kau istirahat saja, nanti sore kita ke dokter." Aleandra mengabaikan panggilan Lea yang meminta penjelasan. Dia malah keluar dari kamar Lea dan bersenandung ria.***"Key!!" panggil James ketika tiba di unit apartemennya. James yang terburu-buru langsung memasuki kamar dan tak menemukan Keyla di sana."Kenapa kau terburu-buru seperti itu?" tanya Keyla tepat di belakang James. Dia mengenakan celemek, menandakan jika ia sedang memasak.James memeluk Keyla dengan erat."Hei... ada apa?" tanya Keyla seolah tak terjadi apa-apa."Maaf, semalam aku—""Aku yang harusnya minta maaf, Jamie. Aku... semalam sangat takut. Lalu aku menelepon AuntyTamara dan dia menenangkanku, dia bahkan memberikanku resep pancake. Aku sedang membuatnya di— Astaga, bau gosong!" Keyla memekik saat bau gosong tercium dan dia berlari ke dapur. Namun karena terburu-buru, dia tersandung ujung kaki meja dan terjatuh."Key!" pekik James terkejut dan membantu Keyla untuk bangun. "Hati-hati, Sayang....""Jamie! Matikan kompornya!”James beranjak dan mematikan kompornya, lalu kembali ke Keyla yang terduduk di lantai sambil melamun ketakutan."Apakah sakit, Key?" tanya James. "Astaga!! Apa kakimu berdarah? Kita ke rumah sakit sekarang!" James terkejut melihat banyak darah mengalir di lantai."Jamie.... Darahnya keluar dari dalam, rasanya seperti datang bulan tapi terasa keluar dengan deras," ujar Keyla saat dirinya digendong James."Apa?! Apa mungkin kau—""Apa mungkin aku hamil dan keguguran?""Kita akan tahu nanti." James membawa Keyla masuk ke mobil dan segera menuju rumah sakit tempatnya praktek.Setibanya di rumah sakit, James langsung membawanya ke salah seorang rekannya yang merupakan dokter kandungan, dan memintanya untuk segera memeriksa keadaan Keyla. Benar saja, Keyla sudah terlambat dua minggu datang bulan. Di dalam rahimnya telah ada kantung namun janinnya belum sempat bertumbuh, dan kantung tersebut keluar lagi karena benturan yang terjadi saat Keyla terjatuh."Key..., jangan merasa bersalah. Kita tak tahu," ujar James setelah Keyla berada di ruang rawatnya."Aku terlalu bodoh untuk mengingat masa periodeku, Jamie. Maafkan aku, Jamie, aku selalu mengecewakanmu. Aku—""Ssttt.... Berhenti menyalahkan dirimu lagi, Key, semua sudah terjadi. Aku tak menyalahkanmu. Kau juga butuh waktu untuk pemulihan dirimu," ujar James memeluk Keyla yang terduduk di ranjang pasien."Jangan tinggalkan aku seperti semalam, Jamie. Aku takut kehilangan dirimu," ujar Keyla memeluk James erat."Tak akan, Key. Aku tak akan meninggalkanmu," ujar James. "Tidurlah, kau harus banyak istirahat. Semua akan membaik, Key.""Kau ada jam praktek?""Ya, lima belas menit lagi. Maka dari itu kau istirahatlah. Nanti aku akan ke sini lagi setelah selesai."***"Nona Leanor?"Seketika James terdiam dan memandang pintu dengan jantung berdebar. Mendengar nama ‘Leanor’ membangkitkan memorinya semalam yang sempat terlupakan.Dan ketika orang bernama ‘Leanor’ masuk dan melihat dirinya, keduanya terkejut. Mata mereka saling menatap dengan tatapan yang berbeda. James berdiri dari duduknya, sementara Leanor berbalik namun tertahan oleh Aleandra yang baru saja masuk setelah dari toilet."Kau kenapa, Kak? Ini dokter yang tadi pagi menabrakku dan dia sudah berjanji akan menggratiskan biaya berobatmu," ujar Aleandra."Kita pulang, Al, aku sudah sembuh!" seru Lea seperti ketakutan."Tunggu, Lea!" James menahan lengan Lea yang bergetar."Suster, dia kenalanku. Aku akan menanganinya sendiri. Kalian bisa melanjutkan tugas kalian yang lain saja," ujar James, pada perawat yang menemaninya."Apa aku juga harus keluar?" tanya Aleandra."Jangan! Jika kau keluar, aku juga akan keluar." Lea menahan lengan Aleandra dengan erat."Baiklah. Dia boleh di sini jika kau ingin dia juga tahu," ujar James membuat Lea terpaksa melepaskan pegangannya pada lengan adiknya."Kau keluarlah dulu, Al. Aku akan bicara sebentar dengan dokter ini," ujar Lea akhirnya. Aleandra hanya mengangguk dan menuruti permintaan kakaknya.Lea berdiri kaku di dekat pintu, merasa terintimidasi dengan tatapan James yang melihatnya dari atas ke bawah."Kau baik-baik saja?" tanya James.Lea hanya mengangguk."Kenapa pagi tadi kau pergi begitu saja?" tanya James lagi. Namun Lea enggan menjawab."Apa yang terjadi semalam? Maaf, aku sungguh tak bisa mengingatnya. Hanya ada noda darah di seprai itu, apa kita—""Aku harus pulang dan bekerja. Jika tak ada hal lain yang ingin kau bicarakan. Aku akan keluar," potong Lea cepat."Baiklah, sampai bertemu di club," ujar James menghentikan langkah Lea."Tolong anggap saja kejadian semalam tak pernah terjadi. Aku tak ingin menjadi penghancur hubunganmu dengan ‘Dia’. Kau terlihat begitu mencintainya, jadi anggap saja kita tak pernah melakukannya," ujar Lea."Jadi benar kita melakukannya? Apa aku—""Permisi, Dok—"James menahan pintu yang hendak dibuka oleh Lea dan mengunci pergerakan Lea hingga wanita itu terdesak ke pintu."Jawab pertanyaanku! Apa aku menyakitimu?" tanya James."Tidak!""Jawab dengan benar! Atau aku akan melakukannya lagi!" seru James semakin mendekatkan wajahnya mengikis jarak antara dirinya dan Lea."Aku sudah menjawab dengan jujur.""Lalu bagaimana kau menjelaskan bercak darah di seprai itu?"Lea terdiam. Dia tak bisa menjawab, hingga dirinya tak sadar bahwa James sudah menciumnya. Leanor mendorong James sekuat tenaga hingga ciuman itu terlepas, Lea menghapus dengan kasar jejak ciuman James di bibirnya.James merasakan keanehan pada dirinya, sekaligus kecewa dan kesal. Kenapa dia justru mencium Lea? "Katakan jika kau hamil. Aku akan bertanggung jawab," ujar James, membuang muka. Berusaha menutupi raut wajah bingungnya."Maaf mengecewakanmu. Aku tak akan hamil, karena aku selalu meminum pil. Bekerja di club, membuatku harus terus berjaga-jaga untuk hal seperti in—" Lea sontak menutup mulutnya. Secara tidak sengaja ia justru menjawab rasa ingin tahu James tentang apa yang sebenarnya terjadi semalam.“A-aku....” Lea tak bisa berkata apa pun lagi. Ia memilih segera keluar dari ruangan itu, menyeret Aleandra pulang, sementara James masih termangu di ruangannya. **—4—James mendatangi club tempatnya semalam bertemu dengan Lea, dia berniat memastikan kembali apa yang telah terjadi semalam.Suara berisik musik terdengar memekakan telinga, begitu mengganggu. James melihat ke sekeliling mencari sosok Lea, namun tak menemukannya.Hingga manager yang semalam seperti mengenalinya, menghampiri James."Apa kau mencari seseorang, Sir?""Ah ya... Aku mencari Lea," jawab James."Kau yang semalam diantarkan oleh Lea?" tanya balik manager bertubuh gempal tersebut."Iya, apa dia ada?""Tentu... Ikuti aku," ujar si manager berjalan lebih dulu menuju ke sebuah ruangan yang lebih tenang untuk bicara.“Permisi, Sir. Tamu ini ingin menemui Lea,” ujar manager tersebut kepada seseorang yang berada di balik kursi. Pria yang duduk itu ternyata adalah pemilik club tempat Lea bekerja.Pria yang berasal dari Inggris bernama lengkap Jonathan Walz. Sahabat yang sudah dianggap Lea seperti kakaknya
—5—Tiga hari kemudian keadaan Lea maupun Keyla sudah berangsur pulih. James rajin bolak-balik ke ruang rawat inap Keyla dan Lea secara bergantian. Tak ayal menimbulkan gosip yang menuduh Lea sebagai selingkuhan James."Berhenti menghampiriku seperti ini. Aku lelah menjawab semua pertanyaan setiap suster yang datang.""Abaikan saja, mereka memang seperti itu. Sewaktu Keyla baru kuperkenalkan, mereka juga membicarakannya. Maka dari itu aku tak mengizinkan dia untuk menjadi perawat di sini." James berkata seolah mereka memiliki hubungan."Itu jelas berbeda! Aku sungguh tak bisa mendengar orang membicarakan hal yang tidak benar di hadapanku.""Kalau begitu bagaimana jika kita buat semuanya benar?" tanya James yang tiba-tiba mendekatkan wajahnya pada wajah Lea.Lea terdiam. Tiba-tiba sebuah kecupan mendarat di bibir Lea, membuat jantungnya berdetak tak menentu. Dia buru-buru menutup mulutnya dengan satu tangannya."Apa yang kau lakuk
Leanor tertidur dengan lelap setelah dia lelah menangis dipelukan James.James bingung. Saat dia menciumnya, Lea malah menangis dan terduduk lalu semakin menangis dengan kencang.James hanya memeluknya dan membiarkan Lea menangis hingga terlelap. Dia membiarkan semua beban dipundak Lea hilang walau sesaat.James membawa Lea menuju kamar, lalu membaringkannya di atas ranjang. Dia berbaring di sampingnya, meratapi wajah lelah Lea. Dia mengusap pipi Lea dengan lembut kemudian mendekatkan wajahnya untuk mencium kening Lea. Semua dia lakukan tanpa sadar. Dia hanya melakukan apa yang hatinya inginkan hingga akhirnya dia ikut terlelap. Kebetulan dia sendiri kurang tidur selama Keyla dirawat.Sore hari saat Lea terbangun. James ikut terbangun akibat gerakan Lea dalam pelukannya."Ada apa?" tanya James masih tak melepaskan pelukannya."Aku ingin mandi.”"Memangnya kau ingin ke mana?""Aku harus bekerja!""Tidurlah. Aku akan pesankan makanan," ucap James.
—7—Lea sedang berbicara dengan Joe mengenai Aleandra yang sekarang dirawat di rumah sakit tepatnya beberapa hari yang lalu. Lea menceritakan semua yang terjadi padanya dan James. Joe sangat marah dan berniat meminta tolongpara godfatheruntuk membantunya menghancurkan James. Namun Lea melarangnya karena James berniat membantu Aleandra untuk sembuh."Jadi kau akan menerima tawarannya yang memintamu untuk...""Aku hanya ingin memintamu membantuku untuk menghindar dari dia Joe, namun tetap memantau pengobatan Ale," potong Lea."Itu tak mungkin bisa, Lea. Dia tak bodoh. Dia pasti akan memperlambat pengobatan Ale jika kau menghilang.”"Jadi aku harus bagaimana menurutmu?""Aku akan meminta bantuan untuk meminjamkan uang pada salah satu pelangganmu,” pikir Joe."Aku yakin orang yang kau mintai tolong pasti akan meminta Lea untuk melayaninya di ranjang!"Lea dan Joe seketika terkejut mendengar suara James berada di pin
Satu minggu kemudian.Malam sebelum Lea pergi menyusul Aleandra untuk operasi, James menghampirinya. Memberikan penjelasan tentang kemungkinan yang akan terjadi pada adiknya setelah operasi terjadi. Lea yang awalnya merasa optimis menjadi sedikit pesimis dengan kemungkinan sembuh total hanya lima puluh pesen."Apa kau siap untuk menerima hasil akhirnya nanti? Walau 80% aku yakin dia akan sembuh meski masih harus melakukan pengobatan terapi." Jelas James menutup laptopnya.Lea terdiam. Dia menatap laptop yang tertutup dengan pandangan kosong. James mendekat lalu mengusap bahu Lea, memberi kekuatan untuknya tetap optimis."Tenanglah, semua akan baik-baik saja. Aku sangat yakin Aleandra akan sembuh total. Dia tak akan menggunakan kursi roda ataupun tongkat. Dia akan tetap berjalan dengan kedua kakinya.”Lea menyandarkan kepalanya pada dada bidang James, merasakan takut kehilangan yang begitu kuat."Hanya dia yang aku miliki saat ini James. Dia lebih berharga
Selama tiga minggu, James disibukkan dengan persiapan pernikahannya dengan Keyla. Begitu juga dengan Lea yang sibuk mengurus pengobatan Aleandra.James memohon maaf pada Keyla setelah malam itu. Dia berjanji tak akan pergi lagi di tengah malam dan tak akan membuat Keyla bersedih lagi.Sementara Lea kembali ke Apartemen dengan Aleandra yang telah selesai operasi, namun masih harus dirawat inap di rumah sakit tempat James praktek."Kau istirahatlah Lea, wajahmu pucat. Kau pasti kelelahan karena mengurus Ale di sana.” Joe mengantarkan Lea ke apartemennya namun, hanya sampai tempat parkir."Ya, terima kasih Joe sudah membantuku.”"Kau dan Ale sudah aku anggap seperti adikku, jadi jangan berkata seperti itu.”"Baiklah. Kau langsung kekelab?" tanya Lea."Iya. Kau istirahat saja. Jika tak membaik, hubungi aku. Kita ke rumah sakit.""Dia tak perlu ke rumah sakit! Aku yang akan merawatnya!” sela James yang tiba-tiba berada di samping Lea. Dia mengambil
James segera ke ruangan Lea saat tahu dari seorang perawat bahwa Lea dirawat sejak semalam. Dia memasuki ruang rawat Lea yang sepi. Hanya ada wanita itu di sana, sedang berdiri menatap keluar jendela.James mendekat dan memeluk Lea dari belakang, menghirup aroma lavender yang masih terasa sejak semalam."Apa yang terjadi padamu? Kemarin aku melihat Joe datang ke apartemen. Apa kau sakit?" tanya James.Lea buru-buru melepaskan pelukan James dan kembali ke ranjangnya."Aku hanya kelelahan. Untuk apa kau ke sini?" tanya Lea."Aku ingin melihat keadaanmu.""Jangan pedulikan aku lagi, James. Berhenti mengkhianati Keyla. Dia tak pantas kau perlakukan seperti ini. Aku tak ingin menjadi wanita yang menyakiti hati sesama wanita."James menatap Lea, wanita yang terlalu baik untuk dia permainkan. Membuatnya semakin menyesali semua yang terjadi antara dirinya dan wanita yang memiliki iris berwarna hazel itu."Baiklah, aku akan kembali ke r
Sesuatu yang dipaksakan tak akan berakhir indah. Maka dari itu Lea memilih mengalah dan membiarkan James menikahi Keyla. Dia menguatkan hati dan memberanikan diri menghadiri acara penikahan tersebut. Dengan niat lain yang akan membuat seorang James menyesali keputusannya. Dan dia sudah bertekad untuk tidak menangis ataupun menyesal kemudian hari dengan keputusannya saat ini. Karena sedari awal semua ini sudah salah. Dia tak bisa menolak lebih tegas. Dia yang memilih menuruti hatinya dengan mencintai seseorang yang telah memiliki cinta lain. Dan semua ini adalah konsekuensinya. Dia harus rela tersakiti dan kehilangan cinta itu sebelum dapat dia raih. Walau buah cinta telah tertanam dalam rahimnya, namun cinta seorang James tak bisa berubah secepat membalikan telapak tangan. Maka dia memilih mengalah, menyerah pada kenyataan pahit dan membiarkan takdir yang membawanya entah ke mana."Lea, kau yakin ingin menyaksikan pernikahannya?" tanya Joe untuk sekian kalinya.Mereka