BAB 116
Kepulangan Mia dan Jaxon ke Kastil Aurelia mendapat sambutan baik dari seluruh pekerja di sana. Mereka bahkan beramai-ramai mendekati Mia sembari mengucapkan selamat atas kehamilannya. Dan layaknya seorang calon ibu yang bangga, wanita itu menunjukkan beberapa sonogram bayi kembar mereka.
“Astaga, aku tidak sabar menunggu kelahiran tuan muda kita,” ucap Pipper dan Emily bersamaan.
Allana yang tidak mau ketinggalan juga mengatakan hal serupa.
“Apa anda sudah memilih nama?”
Mendengar pertanyaan itu, seketika Mia pun melirik ke arah Jaxon yang tengah berbicara cukup serius dengan Nana di sudut ruangan. Tampaknya cucu dan nenek itu tengah mendiskusikan sesuatu, sehingga Mia pun memusatkan perhatiannya kembali pada para pelayan yang tengah mengelilingi dirinya.
“Aku dan Jaxon belum berdiskusi tentang itu, tetapi masih ada banyak waktu untuk melakukannya,” jawab Mia yang membuat semua orang mengangguk se
BAB 117Melihat beberapa anggota Red Cage lainnya telah berkumpul, Jaxon pun menyampaikan informasi yang baru saja dia dapatkan dari Salvador.“Jadi, mereka sudah menemukan keberadaan Gioluca?”Jaxon mengangguk sembari menarik sebuah kertas yang juga Connor berikan.“Aku ingin membawamu dan juga beberapa anggota lainnya ke Chicago. Jika kalian memiliki kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan, aku bisa membawa orang-orangku,” jelasnya, yang langsung mendapatkan anggukan.“Aku akan ikut,” ucap Rey, hendak beranjak dari sana untuk mempersiapkan kepergian. Tetapi, Jaxon menahan tangannya, dan meminta Rey kembali duduk di sofa.“Masih ada yang harus didiskusikan.”Seketika pria-pria itu pun duduk dengan tubuh sedikit condong mendekati Jaxon. Mereka ingin tahu pesan apa lagi yang pria itu bawa.“Wanita itu.” Tunjuk Jaxon pada wanita berambut merah muda yang sudah mereka ketah
BAB 118Jaxon beserta anggota Red Cage lainnya memasuki mobil yang terparkir di tarmac begitu mereka tiba di bandara. Tampak beberapa pria berjas hitam telah menunggu kedatangan mereka, yang Jaxon yakini adalah anggota Famiglia suruhan Salvador.“Sir,” sapa seorang pria, yang merupakan reinforce di klan tersebut.Dengan kepala mengangguk samar, pria itu pun menuntun Jaxon ke mobil yang terparkir tidak jauh dari pesawat mereka mendarat.“Salvador memintaku untuk mengantar kalian langsung ke kediaman Vitielo,” ucap pria itu sembari membukakan pintu untuk Jaxon dan lainnya.Namun, mendengar penuturan pria tersebut, Jaxon pun menoleh ke arahnya sejenak.“Apa tidak ada tempat rahasia untuk pertemuan ini?”Seketika reinforce itu menggeleng ‘tidak’ yang membuat Jaxon merasa kurang puas.“Saat ini, hanya kediaman Vitielo yang dapat menjaga keamanan kalian semua.”Oh, Ja
“Apa yang ingin kau sampaikan padaku?” tanya Jaxon setelah mereka menyelesaikan makan siang yang penuh ketegangan dan canggung barusan.Para anggota Red Cage dan juga Famiglia tampak saling memperhatikan satu sama lain, takut bila terjadi sesuatu yang mengakibatkan letusnya peperangan antara dua organisasi yang makan dalam satu meja tersebut.Kehadiran Fabiana tentu saja sesuatu yang tidak terduga sebelumnya. Bahkan, Jaxon merasa sangat marah pada wanita itu tetapi tidak bisa melakukan apa-apa, sehingga dia hanya menatap tajam pada wanita tersebut dari meja seberang dengan pandangan seolah hendak menembakkan sesuatu ke kepala wanita itu.Tentu saja hal ini disadari oleh Salvador yang bersikap seolah menjadi penengah di antara mereka semua. Dan hal yang paling membuat Jaxon marah adalah sikap Salvador yang makan dengan tenang, seolah-olah mereka berada di tengah-tengah piknik dan kehadiran wanita paruh baya itu bukan sesuatu yang mengganggu.&l
Dengan dahi mengernyit bingung, Mia menatap Slaine penuh tanya.“Memangnya apa yang tidak akan aku percayai?”Kedua wanita itu saling berbisik, membuat atmosfir di antara mereka terasa berat sehingga Mia pun ikut mendekati pintu, tepat di belakang Slaine.Melihat temannya yang berjalan ke tempatnya berdiri, tangan Slaine pun mengisyaratkan agar Mia kembali ke tempat semula. Ada kepanikan yang terlintas di balik manik mata jernihnya, yang semakin membuat sahabatnya itu ingin melihat apa gerangan di luar sana.“Sebaiknya kau kembali ke tempat dudukmu, biarkan aku memeriksa keadaan di luar lebih dahulu,” bisik Slaine dengan sangat hati-hati, yang semakin membuat Mia penasaran hingga dahinya berkerut kebingungan.Wanita itu bahkan hendak mengintip dari celah pintu, namun dengan cepat Slaine menutupi menggunakan seluruh tubuhnya sehingga Mia sedikit terperanjat dan mundur beberapa langkah.“Astaga, Slaine! Kau mengag
Jaxon dan Salvador yang menunggu kedatangan Nicko tampak termangu di atas sofa. Keduanya lebih banyak diam sembari menanti kedatangan rombongan Famiglia yang akan membawa Gioluca ke kediaman Vitielo. Sementara itu, Rey serta yang lainnya duduk di seberang dengan posisi serupa. Mereka tampak menanti penuh antisipasi.Tidak ada satu pun suara, kecuali detak jam dinding serta kicauan burung di pepohonan dekat taman. Atmosfer di sekitar benar-benar sangat tegang dan intens.Di tengah-tengah keheningan, tiba-tiba saja terdengar ketukan pelan dari depan pintu, yang membuat semua kepala menatap ke sumber suara.“Biar aku yang lihat,” ucap Gavin, yang mulai berdiri dari tempat duduk.Dia mengintip dari celah kunci, dan mendapati Fabiana lah yang ada di depan sana. Melihat itu, Gavin menoleh ke balik tubuh, dan menangkap tatapan Rey yang bertanya.“Fabiana yang mengetuk,” ucapnya, menarik perhatian beberapa kepala. “Apa yang ha
Jaxon yang tidak tahan duduk terlalu lama akhirnya berdiri. Dia berjalan mondar-mandir di hadapan mereka semua. Dengan napas sedikit memburu dan amarah tertahan, pria itu seakan ingin meledak dan mengatakan sesuatu. Namun, Salvador yang menyadari hal itu pun hanya bisa menatap rekannya dengan ekspresi yang sulit dibaca.Seketika saja Salvador mengalihkan perhatian terhadap Fabiana yang saat ini mengkerut di kursi dengan pandangan terluka.“Bibi,” panggilnya pelan, yang membuat Fabiana mengangkat kepala. “Aku bisa pastikan untuk membawa Romero, tetapi aku tidak janji bila dia bebas dari luka.”Tatapan yang Fabiana berikan, membuat Salvador sedikit merasa bersalah. Selama menikah dengan Gioluca, wanita itu selalu berusaha terlihat lebih dominan dan sedikit arogan. Namun, Fabiana yang ada di depannya saat ini sangatlah jauh dari dua kata tersebut.Wanita yang dianggap paling kuat dan berkuasa, ternyata hanyalah seorang ibu yang terluk
Kehebohan terjadi di Kastil Aurelia. Kedatangan seorang wanita berparas sama seperti Mia membuat semua pelayan berbondong-bondong hendak ke lantai dua, di mana wanita itu saat ini berada. Bahkan, Snow kesulitan untuk menghalau mereka agar kembali bekerja.“Astaga, aku tidak mengira parasnya serupa,” bisik Allana yang pura-pura membersihkan patung singa di bawah tangga.Piper yang juga tidak diperbolehkan naik ke lantai dua mengangguk membenarkan.“Ya, tidak hanya bentuk wajah, tetapi rambut dan ekspresinya tidak jauh berbeda,” timpal Piper yang juga berpura-pura mengelap keramik di dekat Allana.Sementara itu, Emily memilih untuk diam sembari mencuri-curi lihat ke lantai dua. Dia tampak sibuk membersihkan buffet dan pegangan tangga.Melihat ketiga wanita itu, tentu saja Snow hanya bisa geleng-geleng kepala. Dia sangat yakin bahwa mereka akan langsung terbirit-birit ke dapur saat ditegur, sehingga pria itu pun mengawasi saja
Nicko menutup ponselnya ketika dia mendengar laporan dari Henrieta. Beberapa kali dia menarik napas, sebelum membuangnya perlahan. Sekembalinya nanti, dia akan memberikan penjelasan pada kekasihnya yang bisa saja sedang menahan marah di seberang lautan sana.Meskipun dia tidak tahu apa yang akan menantinya, Nicko berharap Disya mau mendengarkan penjelasan.Dia hendak berbalik badan, saat tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara yang memanggil namanya pelan. Seketika bulu romanya berdiri, dan jantungnya berpacu saat suara tua itu menyebutkan namanya dengan nada sedikit bergetar.“Nicko … Anderson?”Perlahan, Nicko pun menoleh ke arah tubuh tua yang tadinya terbaring di ranjang dengan mata terpejam. Kini, mata itu memandang lurus ke arahnya, membuat Nicko tanpa sadar menundukkan kepala. Sebuah gesture penghormatan yang sulit dia tinggalkan.Sejak masih balita, anak-anak yang terlahir di Famiglia telah diajarkan untuk tidak mena