Kepala Mia menunduk selama perjalanan. Dia bahkan tidak mau melihat ke arah pria yang menyetir di depan. Bahkan, beberapa kali wanita itu membuang pandangan ke luar jendela, duduk diam membisu.
Alunan lagu yang terdengar dari radio tidak lagi dia pedulikan, seakan kepalanya sudah penuh akan keributan dari perang pikiran serta hati yang saling berseberangan.
Di saat kepalanya meminta untuk terus melanjutkan perjalanan, hati kecilnya seperti menolak dan berbisik untuk berbalik saja. Karena ada pria yang pastinya sedang mencari dan menunggu Mia kembali ke rumah.
Dapat dia bayangkan bagaimana kondisi Jaxon setelah ditinggal pergi, sehingga Mia bertanya-tanya sendiri apakah ini keputusan yang tepat.
Di tengah kebimbangan, perhatiannya teralihkan oleh perkataan seseorang yang berada di depan. Perlahan-lahan Mia menatap ke arah Rey Fredrick yang sejak tadi menyetir dengan tenang.
Tadinya dia hendak pergi sendiri ke Blueberry, tetapi Rey Fredrick hadir tib
Tangan Jaxon masih mengeluarkan darah saat melintasi jalanan di depannya. Dia bahkan menyetir dalam keadaan terluka dan tidak sedikit pun merasakan sakit dari luka yang menganga. Darah berceceran di sekitar kaki, kursi, serta stir kemudi. Tidak hanya itu, beberapa orang sampai bergidik ngeri ketika melihat mobilnya melintas dengan bercak darah di jendela dan pintu.Dane Loren yang baru saja kembali dari patroli berpapasan jalan dengan mobil Jaxon, dan untuk sesaat dia terdiam ketika melihat mobil yang Jaxon bawa sedikit berdarah-darah di bagian body.“Apa dia menyimpan mayat di dalam mobilnya?” tanya Noel yang tampak antusias hendak mengejar, namun Dane menahan polisi muda itu.“Jangan melakukan sesuatu yang hanya membuatmu kehilangan nyawa,” ucap Dane Loren penuh peringatan.Namun, Noel tidak mau mendengarkan dan segera menekan pedal gas, mengabaikan nasihat dari seniornya tersebut.“Jangan ikuti pria itu, Kendrick!&r
Nicko berlari di sepanjang lorong rumah sakit. Dia bahkan tidak mempedulikan tatapan penasaran orang-orang di sekitar, ditambah lagi dia datang tidak sendiri. Ada sepasukan pria berjas hitam mengikuti dari belakang sehingga semua yang berada di jalannya pun menyingkir seketika.Saat berbelok ke sebuah koridor yang akan mengantarkannya ke sebuah kamar perawatan, Nicko berpapasan jalan dengan Dane Loren dan Noel Kendrick, polisi yang tadi berpatroli di Denver.Langkah ketiga pria itu nyaris berhenti, namun mereka meneruskan jalan dan hanya saling bertukar sapa dengan satu anggukan kepala. Namun, saat teringat akan sesuatu, Nicko berhenti dan memanggil kedua polisi itu.“Orang-orangku melihat seorang pria berseragam kepolisian mencoba untuk mengendus area Red Cage.”Mendengar nada suara Nicko yang dalam, tiba-tiba saja suasana di sekitar menjadi tegang.Para pria yang tadi mengikuti Nicko dari belakang tampak siaga dengan tangan berada di
Mia menatap datar ke luar jendela. Sejak pagi dia melakukan hal yang sama, membuat beberapa orang yang mengenalnya pun enggan mendekat. Bahkan, wajah sendunya menjadikan semua orang di sekitar bersikap sangat hati-hati ketika menghampiri.Saat Mia menarik napas untuk yang ke sekian kali, tiba-tiba saja dia dekati oleh pria paruh baya bersama dengan dessert dan minuman dalam nampan. Seketika itu juga pria tersebut duduk di bangku, tepat di hadapannya.“Kau terlihat sangat lelah, beristirahatlah di atas,” kata Matt, mantan bos Mia sebelum meninggalkan Blueberry. “Aku sudah menyiapkan kamar untukmu di lantai dua.”Mia hanya memberikan senyum lemah.Pada akhirnya, dia pun kembali ke kota kecil itu. Satu-satunya orang yang bisa Mia mintai tolong hanyalah pria di hadapannya.Sebelum ke Deli, Rey hendak mengantar Mia ke sebuah hotel yang secara halus dia tolak. Bahkan, wanita itu memiliki pemikiran hendak menyewa apartemen lamanya,
Mia keluar dari toilet dalam keadaan kening penuh cucuran keringat, sementara itu langkahnya tampak tidak stabil sehingga Rey yang sejak tadi menunggu di depan pintu berusaha untuk membantu.“Aku akan membawamu ke rumah sakit,” kata pria itu sembari memapah Mia yang matanya mulai berkunang-kunang, membuat kekhawatiran Rey semakin bertambah.Tapi wanita itu menggeleng lemah dan menolak usulan tersebut,“Tidur sebentar akan membuatkan merasa lebih baik,” gumamnya lemah sembari menyandarkan berat tubuh pada pria yang kini menuntunnya ke hall.Matt yang berada di balik konter tampak terkejut dan mendatangi keduanya. Tapi, tatapan yang Rey beri menghentikan langkah pria itu seketika.“Aku bisa mengurus ini,” ucap Rey yang dengan sabar membawa Mia ke luar restaurant.Beberapa kali Matt tampak ingin menyusul, tapi kemudian dia hanya berdiam di tempat dengan tatapan sedikit tidak senang.Beberapa kepala mel
Dugaan Rey benar adanya, selama perjalanan menuju ke penginapan ponselnya berbunyi tanpa henti hingga membuat pahanya menjadi ikut bergetar.Mia yang duduk di sebelah sesekali melirik ke arahnya dengan wajah yang menunjukkan dia tahu siapa yang sedang menghubungi saat ini. Dan sebelum mereka tiba di tempat tujuan, Rey pun mengeluarkan ponsel dan melihat layar sekilas, sebelum akhirnya memute panggilan tersebut.Suasana di dalam mobil berubah menjadi hening kembali, sehingga Rey menghidupkan radio untuk mengisi kesunyian.Dari ekor mata, dia dapat melihat bahu tegang Mia menjadi lebih rileks dari yang tadi. Tampaknya, wanita itu setuju akan keputusan yang Rey ambil; tidak mengangkat panggilan dari Jaxon.Melihat pernikahan keduanya yang berusia sangat muda, Rey pun tidak ingin mengalami hal yang sama. Dan menikah mungkin tidak ada dalam list sampai dia tua.Mobil yang Rey kendarai pun berbelok ke sisi jalanan, dan di saat itulah Mia bersuara setelah
Sebuah pelastik hadir di depan wajah Mia yang saat itu termenung. Dia sedikit terkejut begitu melihat bahwa ternyata Reylah yang berdiri di depannya.‘Bagaimana caranya masuk ke sini?’ batin Mia bertanya sembari melirik ke arah pintu kamar yang sudah ditutup kembali, padahal wanita itu sama sekali tidak mendengar suara pintu terbuka atau pun menutup, serta langkah kaki pria itu. Dan lagi, seingat Mia pintu kamar itu tadinya telah dikunci, sedangkan yang memiliki kunci hanya Mia saat ini.Mendapati pandangan wanita itu yang seolah menyusun puzzle di kepala, Rey memberikan senyuman tipis.“Aku tahu bagaimana cara membuka pintu yang terkunci. Karena itu spesialisasiku,” jawabnya yang seketika membuat Mia mengerjabkan mata. Tidak mengira bahwa hal seperti itu menjadi sebuah spesialisasi. Atau dia saja yang tidak mengerti bagaimana dunia kriminal bekerja?“Jangan melihatku seperti itu,” ucap Rey sembari menaruh kantung belan
Gideon memarkir mobil Van yang dikendarai tepat di depan sebuah mansion dengan gerbang mengelilingi di sekitar. Dia mengedarkan pandangan dan menunggu sampai seseorang membukakan pintu gerbang yang berada di hadapan. Namun, setelah lama menanti tidak ada tanda-tanda kedatangan mereka diterima dengan tangan terbuka.“Dan, apa kau yakin si tuan rumah menerima kita?” tanya Gideon pada akhirnya.Serentak ke semua pria itu melihat ke luar jendela dan seperti dugaan Gideon, si tuan rumah sengaja mengabaikan kehadiran mereka.“Aku baru saja menghubunginya, dan tidak diangkat,” balas Danny yang seketika mendapat delikan tajam dari lima pasang mata.“Kenapa kau tidak bilang sejak tadi?” tanya Nicko diikuti geraman kesal yang lainnya.Dengan tatapan polos, Danny mengdikkan bahu.“Kita bisa mencobanya lagi,” ujarnya yang mendapat dengusan dari pria-pria di sekitar.“Baiklah, sekali lagi. Bila
“Apa kau ingin aku menunggumu?” tanya Rey ketika dia mengantarkan Mia ke Deli.Wanita itu menggelengkan kepala, menandakan hal tersebut tidak perlu.“Pergilah, aku tahu kau memiliki banyak pekerjaan,” ucapnya sembari melirik ke arah pintu masuk restaurant tempat dia bekerja dulu. “Dan ada banyak orang yang akan menjagaku di dalam sana, bila memang itu yang kau khawatirkan.”Bukannya pergi seperti yang Mia minta, Rey hanya menatapnya tanpa berkata-kata, sehingga suasana terasa canggung dan membuat wanita itu akhirnya berdehem sembari menundukkan kepala.“Aku sudah mengenal kota ini bertahun-tahun, begitu pula dengan orang-orangnya. Jadi, tidak ada yang perlu kau takutkan.”Setelah mengatakan itu, Mia pun mengangkat kepalanya, namun Rey masih memasang ekspresi sama; datar.Karena tahu dia tidak akan bisa lepas dengan mudah dari pria di hadapannya, wanita itu pun menghela napas dan mengatakan; &ld