Jenny melemparkan ponselnya saat Stefany meminta pertolongannya, dia menyambar cardigan berwarna pink di dalam lemari dan langsung memerintahkan pak Doni untuk mengantarnya ke rumah Stefany.
“Pak, ke rumah Stefany” Pintaku kepada pak Doni.
Aku sangat panik saat Stefany memutuskan sambungan telepon begitu saja. Kepalaku berdenyut karena aku baru tertidur selama dua jam.
Malam tadi aku menggantung bajingan-bajingan yang menyakiti Stefany di sebuah lembah yang curam dengan posisi terbalik. Setelah puas menyiksanya bersama Arsen, aku putuskan untuk menggantung mereka di suatu tempat yang jarang terjamah oleh manusia.
Sengaja aku tidak mematikan ponsel mereka, agar keluarga mereka dapat melacak dan menjemput mereka pulang.
“Kau mau apa?” Tanya Adrius gugup.Aku menarik tubuhku menjauh dari Adrius.“Aku belum siap dihajar olehmu” Kekehku sambil menarik tubuhku menjauh dari Adrius.Kulihat Adrius menghela nafas panjang, apa tadi dia menahan nafasnya?“Apa yang sedang mereka lakukan? Mengapa mereka lama sekali? Apa mungkin mereka melanjutkan adegan panas didalam mobil?” Keluhku kesal menunggu Stefany yang tak kunjung datang.Adrius menyentil dahiku.“Jangan berfantasi liar, kau belum cukup umur” Ledek Adrius.“Aku hampir 20 tahun Profesor” Jawabku sambil mengelus dahiku yang terkena sentilan Adrius
“Sudah aku usulkan kepada ayahku, namun pemegang saham yang lain tidak menyetujuinya, karena hanya akan menambah beban operasional tanpa memberikan laba” Ucap Stefany tanpa memalingkan pandangan dari laptopnya.“Ayahku pemilik bisnis restoran dan resort, kita tidak bisa berkolaborasi” Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.“Kau sudah sangat membantu dengan menemaniku disini sekarang” Stefany menatapku dengan lembut.“Semoga saja aku memiliki cucu berbakti sepertimu kelak” Kekehku sambil menepuk-nepuk rambut Stefany.Sekitar satu jam kami berada di perpustakaan, Stefany menggelengkan kepalanya saat melihatku tertidur dengan tumpukan komik.Stefany meregangkan ototnya lalu beran
“Sedang datang bulan” Jawabku asal.Varro melirikku dengan tatapan sinis, aku hanya terkekeh melihat tingkah Varro.“Semua orang tahu kalau kau dengan Varro itu seperti anjing dengan kucing. Kalian tidak pernah akur, aneh sekali melihat kalian berduaan sambil minum kopi” Kekeh Gerrald.“Kak Gerrald, aku berkencan dengan kak Varro. Kami baru saja meresmikan hubungan kami” Ucapku serius.Gerrald terbahak mendengar perkataanku, dan kulihat Adrius pun mengulum senyumnya. Hey mengapa Adrius tidak cemburu? Aku mengharapkan Adrius cemburu dan menyiksa Varro.“Mengapa kau tertawa, apa kau tidak tahu jika benci bisa berubah menjadi cinta” Ucapku datar.
“Benarkah?” Anastasia memelankan suaraku.Ibu Stefany mengangguk dengan kuat.“Bagaimana bisa? Sejak kapan mereka menjadi dekat?” Anastasia berbisik.Aku mengeluarkan ponselku, memperlihatkan foto Brian dan Stefany yang sedang berduaan di perpustakaan.“Kau tahu, kemarin Stefany meninggalkanku di perpustakaan dan berkencan dengan Profesor Brian” Cibirku.“Jenny, kirimkan foto itu padaku” Pinta Ibu Stefany.Segera aku kirimkan foto itu kepada Ibu Stefany, kulihat dia mengirimkannya untuk Ayah Stefany.“Kalian berdua harus membantu Stefany, aku harap Profesor Brian menjadi menantu kam
“Kalian perampok?” Desis Stefany.“Ucapanmu sangat tajam nona cantik” Kekeh seorang pria botak.Brian menghitung ada sekitar 15 orang perampok, mereka membawa senjata, 4 orang membawa pisau, 3 orang membawa senjata api, dan yang lainnya membawa balok kayu. Brian menganalisis sepertinya mereka memang komplotan spesialis perampok pabrik.“Kudengan pabrik ini akan tutup. Kami hanya membantu membersihkan barang-barang disini” Kekeh pria bertato naga.“Siapa bilang pabrik ini akan tutup?” Stefany menyembunyikan rasa takutnya.“Kurasa hari ini keberuntungan kita, setelah mengambil barang-barang berharga disini, kita bisa berpesta dengan gadis cantik” Seorang laki-laki berk
Kediaman keluarga Alex Aku terkejut saat Ibu Stefany menelpon, dia memberi kabar bahwa pabrik yang dikunjungi oleh Stefany dan Brian disatroni komplotan perampok. Aku langsung menghubungi Anastasia dan kami sepakat untuk bertemu di rumah Stefany. Kusambar jaket berwarna lilac yang tergantung di kursi belajarku, baru 3 langkah aku keluar kamar, aku memutuskan untuk kembali ke kamar. Stefany bersama Brian, apa yang harus aku khawatirkan? Brian seorang anggota elit pasukan khusus, sudah pasti Brian dapat melindungi Stefany dengan baik. Aku mengganti baju tidur satin yang melekat ditubuhku. Memakai sedikit riasan agar kecantikanku tetap paripurna. Tidak lupa aku meminta izin kepada orang tuaku untuk mengunjungi rumah Stefany.
Kediaman keluarga AlexSetibanya di rumah, aku langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku, setelah melakukan rutinitasku memakai skin care dan perawatan tubuh lainnya, aku keluar kamar untuk mencari camilan.Saat melintas diruang kerja Ayahku, aku berpapasan dengan Adrius dan ayahku.“Profesor, mengapa kau ada disini?” tanyaku setengah tidak percaya Adrius dihadapanku.“Ada yang harus aku diskusikan dengan Tuan Alex” Jawabnya sopan.“Sayang, bisa kau antarkan Kapten Adrius sampai kedepan? Aku tidak bisa mengantarnya ada sesuatu yang harus aku lakukan” pinta ayahku.“Tentu saja” Ucapku semangat sebelum Adrius sempat menolak.Kulihat Ayahku mengedipkan sebelah matanya padaku, kubalas dengan acungan kedua ibu jariku.“Profesor, minggu lalu ibuku membeli Black Ivory Cofee, kudengar kopinya sangat harum dan enak, maukah kau minum kopi bersamaku?” ajakku ragu-rag
Restoran Royal Star BistroMalam ini Stefany mengajak kami semua untuk makan malam di Restoran Royal Star Bistro, restoran khas Italia yang memiliki suasana romantis dan view yang sangat indah.Jendela kaca yang mengelilingi restoran membuat pengunjung dapat leluasa melihat suasana kota. suasana akan menjadi berkali lipat lebih romantis seiring semburat oranye terlukis di garis cakrawala, menjelang malam tiba pengunjung disuguhi pemandangan gemerlap lampu yang menghiasi kota.Empat pria tampan sedang mengobrol santai saat kami masuk kedalam ruangan VVIP Restoran Royal Star Bistro.Brian memundurkan sebuah kursi, menuntun Stefany untuk duduk disampingnya. Gerrald pun melakukan hal yang sama untuk Anastasia.“Apa tidak ada yang menarik kursi untukku?” Sindirku pada Adrius dan Varro.“Tidak usah manja” Varro memutar malas bola matanya.Aku menarik kursi dengan sedkit keras lalu menghempaskan bokongku menduduki kur