The Magic Of Friddenlux
Episode 44"Kalau begitu apa keuntungan yang akan kami dapatkan?" tanya Andrew.
Pertanyaan dari Andrew itu membuat para Tetua terdiam sebentar. Audrey terlihat lebih antusias, ia sampai mengerutkan alisnya.
"Apapun yang kalian mau," jawab Tetua pertama.
"Tapi sebelum itu, ada persyaratan dari kami terlebih dahulu," sambar Tetua kedua.
"Persyaratan lagi?! Kalian sudah ingin mengorbankan darah orang lain dan kalian masih memberikan syarat!" seru Audrey dengan nada yang tinggi.
"Tenanglah, dengarkan kami dulu," ujar Tetua keempat.
"Pengorbanan darah bisa tidak dilakukan jika keturunan Johanson bisa mengoptimalisasikan sihir kalian," ungap Tetua pertama.
"Lalu bagaimana Friddeblux dapat memiliki energi kehidupan lagi?" tanya Audrey.
"Dari penggunaan sihirnya. Itu memberikan efek pada energi penghidupan kami," jawab Tetua kelima.
"Itu untuk sekarang kita harus berfokus terlebih dahulu pada persiapan si
The Magic Of FriddenluxEpisode 45Kwak..kwakkTerdengar bunyi burung terbang di udaraLangit biru telah berubah menjadi jingga tanda bahwa senja telah tiba. Kini para Tetua telah berkumpul di ruangan suci di tengah istana.Ruangab suci itu adalah ruangan tidaj beratap, sehingga cahaya jingga dari matahari bisa memasuki ruangan, menyusuri setiap celah ruangan.Tidak lama kemudian Audrey dan Andrew datang ke ruangan suci itu. Dengan didampingi oleh Xavier dan Julian didepan mereka."Audrey, aku takut!" kata Andrew pelan.Audrey langsung menggenggam tangan adiknya. Walaupun rasanya sedikit aneh karena Audrey dan Andrew hanya beda satu tahun, tapi Audrey tidak canggung untuk menggenggam tangan adiknya.Kini semua orang telah berkumpul, termasuk Raja Xion. Yang boleh hadir hanyalah para pejabat istana, jadi untuk ritual pengecekan keturunan Arthur Johanson menjadi tertutup."Audrey Jo dan Andrew Jo, bisakah kalian b
The Magic Of FriddenluxEpisode 46"Dimana dokternya?!" tanya Xavier sambil berteriak. Xavier sudah tidak tahan melihat Audrey yang terus kesakitan."Saya disini pangeran!" seru dokter itu yang muncul dari kerumunan orang-orang.Dokter langsung berjalan cepat menuju ranjang Audrey. Ia langsung memeriksa mulai dari denyut nadinya Audrey. Kemudian dokter itu mengeluarkan kekuatan sihirnya.Dokter itu membuka telapak tangannya, muncullah sebuah lingkaran sihir kecil berwarna hijau, tanda bahwa seorang dokter itu adalah penyihir hijau.Penyihir hijau adalah penyihir tipe penyembuhan, jadi semua dokter yang ada di dunia sihir khususnya Friddenlux adalah penyihir hijau.Lalu dokter itu mendeteksi seluruh titik energi sihir perak milik Audrey. Ia menyusuri mulai dari kepala Audrey hingga ujung kaki Audrey."Pangeran, sebenarnya anda tidak perlu khawatir, memang seperti ini prosesnya. Karena kita semua tahu bahwa Nona Audrey tidak pernah memakai
The Magic Of FriddenluxEpisode 47"Audrey!" seru Xavier sambil memeluk Audrey."Xavier, maaf tapi bisakah kau biarkan aku duduk dengan benar dulu," kata Audrey."Oh maaf," Xavier langsung melepaskan pelukannya.Lalu Audrey membenarkan posisi duduknya. Xavier pun meletakkan tangannya di wajah Audrey. Ia memeriksa apakah Audrey yang ada di hadapannya adalah Audrey yang sebenarnya."Ada apa?" tanya Audrey."Ini sungguh kau?" tanya Xavier."Kau meragukannya?" tanya Audrey kembali."Maafkan aku Audrey, pasti kau sangat kesakitan ya. Aku tidak dapat membayangkan jika itu terjadi padaku. Mungkin aku tidak bisa sekuat kau," kata Xavier dengan nada sendu.Audrey terkejut dengan perkataan Xavier. Audrey membulatkan bibirnya dan matanya yang berkaca-kaca. Xavier kini telah berubah, dari yang jarang berbicara, jadi semakin mengatakan perasaannya."Berapa lama aku tertidur?" tanya Audrey."Hampir semalaman," jawab Xavier sambi
The Magic Of FriddenluxEpisode 48Swuutt..Terdengar bunyi telapak kaki Xavier yang menapak di tanahAudrey langsung turun dari gendongan Xavier. Ia berjalan lebih cepat daripada Xavier. Namun Xavier tampak tidak mengejar Audrey."Audrey," panggil Xavier."Iya?" tanya Audrey."Boleh aku minta satu permintaan kepadamu?" tanya Xavier."Apa itu?""Bisakah kau tidak mengatakan nama belakangmu? Aku belum yakin untuk memberitahukan semua orang tentang keberadaanmu," kata Xavier."Iya baiklah. Aku mengerti," ujar Audrey."Sekarang ayo kita berkeliling," ajak Audrey sambil menggandeng tangan Xavier.Xavier pun terkejut karena tangannya digandeng oleh Audrey. Walaupun terkejut, tapi Xavier tetap senang. Ia tersenyum kepada Audrey yang sedang menarik tangannya.Ada banyak sekali orang yang berada di lapangan itu. Mereka terus menyebutkan bahwa keamanan Friddenlux sudah pasti karena sudah ditemukannya ketur
The Magic Of FriddenluxEpisode 49Prokk..prok..Suara tepuk tangan seluruh penontonPertunjukkan drama yang mengisahkan ksatria yang pemberani dan putri yang cantik telah selesai. Semua penonton terlihat sangat penyukai ceritanya.Begitu juga dengan Audrey, yang tampak terhanyut dalam cerita yang disugukan. Bahkan ia sampai meneteskan air mata karena kisah yang haru dari pertunjukkan."Audrey ayo kita pergi," ajak Xavier.Namun Audrey masih terdiam di tempat duduknya. Saat Xavier ingin menyentuh bahunya, tiba-tiba Audrey menoleh ke arahnya."Audrey!" seru Xavier."Huwaaa," tangis Audrey yang pecah."Hei sudahlah itu hanya cerita, jangan menangis," buju Xavier.Lalu Xavier mengelus kepala Audrey untuk membuatnya tenang. Cara itu berhasil, Audrey sedikit lebih tenang. Xavier pun mengajaknya untuk pergi ke tempat itu.Namun sebelum pergi, tiba-tiba ada yang memangil Audrey dari belakang."Anu, permisi nona," pangg
The Magic Of FriddenluxEpisode 50"Xavier, bagaimana jika aku menghilang dari dunia ini?" tanya Audrey sambil berdiri membelakangi Xavier."Apa maksudmu?" tanya Xavier sambil ikut berdiri."Aku hanya ingin tahu, jika aku menghilang, kau akan berbuat apa?" tanya Audrey sambil melirik ke arah Xavier."Memangnya kau berpikir apa? Aku akan diam saja saat kau menghilang? Tentu saja tidak Audrey, aku akan mencarimu bahkan jika kau berada didalam lubang semut sekalipun," jawab Xavier sambil memegang bahu Audrey."Sungguh?" tanya Audrey dengan mata yang berkaca-kaca."Iya. Kau tidak percaya? Cobalah menghilang," kata Xavier yang menantang."Kalau begitu.." perkataan Audrey terpotong.Stiiss..Bumbb..Terdengar bunyi ledakan didekat area Xavier dan AudreyBukan hanya ledakan, tapi juga asap tebal yang banyak mendaatangi mereka berdua. Xavier langsung menutup hidung dan mulut
The Magic Of FriddenluxEpisode 51"Siapa kau?" tanya perempuan itu."Kalian akan membuang-buang waktuku. Cepat katakan dimana perempuan yang kalian culik?" tanya Xavier."Baiklah, kita harus bisa menahan dia saja kan," kata laki-laki itu mengeluarkan senjatanya.Senjatanya adalah dua pedang yang memiliki mata pisau seperti gerigi besi. Dan perempuan itu juga mengeluarkan senjatanya, sebuah pedang yang memiliki gigi.Lalu laki-laki itu melompat tinggi dan menghantam Xavier dengan sangat keras. Tapi Xavier menghalaunya dengan menggunakan pedangnya.Mengambil kesempatan, perempuan itu juga melancangkan aksinya. Ia menghempaskan energi sihir yang dahsyat dari pedangnya.Energi sihir yang dahsyat itu akan menghantam tubuh Xavier. Tapi Xavier dengan cepat mengeluarkan pedang cadangannya yang ada didalam pegangan pedang aslinya.Lalu Xavier menancapkan pedang candangannya di tanah. Seketika itu pedang yang tertancap di tanah bisa me
The Magic Of FriddenluxEpisode 52"Untuk apa seorang pangeran melakukan pengejaran? Memangnya kau tidak memiliki ksatria?" tanya Kedd."Mana bisa aku membiarkan ksatria lain menyelamatkan wanitaku," jawab Xavier."Apa?" tanya Kedd dan Mary."Perempuan yang kalian culik itu adalah wanitaku," jawab Xavier denga mata yang bersinar."Kalau begitu kami tidak akan menghalangimu," kata Kedd."Iya, silahkan lanjutkan penyelamatanmu," ujar Mary."Kemana kalian akan membawanya?" tanya Xavier."Kami hanya disuruh untuk membawanya ke gubuk yang ada ditengah hutan," jawab Kedd."Apa?! Siapa yang menyuruh kalian?" tanya Xavier."Entahlah, kami hanya menerima perintah dan uangnya," jawab Mary."Apa yang dia merintahkan?" tanya Xavier."Menangkap gadis itu," jawab Mary."Kalian tahu siapa identitas orang yang memerintahkan kalian?" tanya Xavier."Kami tidak mengetahuinya, dia datang dengan jubah dan tudung sehin