Sudah tiga hari semenjak Keana menghilang, tapi tidak juga menemukan titik terang. Para detektif telah bekerja keras, hasil pemeriksaan sidik jari tidak ditemukan karena tidak ada satupun jejak sidik jari di sana. Arthur sangat tertekan karena hal itu.
Emilia juga sering mengunjungi Arthur, berpura-pura menghiburnya dengan harapan Arthur akan melunak terhadapnya. Namun, itu tidak mudah. Arthur tidak mempedulikan Emilia sama sekali. Jujur saja Emilia agak kesal, tapi ia tetap bersabar.
"Kami akan kembali ke lokasi di mana Keana hilang, mungkin kami akan mencari sesuatu yang kami lewatkan di sana," ujar Detektif itu.
Jack mengangguk. "Terimakasih, Detektif Han."
"Ya, kalau begitu kami pergi dulu." Detektif Han berserta tiga anak buahnya pergi dari rumah Jack, mereka rutin memberikan perkembangan mengenai kasus hilangnya Keana.
"Aku ikut," ujar Arthur. Ia buru-buru berdiri dan mengikuti Detektif Han. "Aku juga ingin membantu mencarinya." Arthur
"Keana masih juga belum di temukan, ya?" Emilia membuka percakapan antara dirinya dan Angelina.Angelina mengangguk. "Ya, padahal Jack dan Arthur sudah bekerja keras. Mereka bahkan menyewa Detektif Swasta." Dosen mereka belum datang, jadi mereka bebeas berbincang seraya menunggunya.Emilia sudah tahu akan hal itu, oleh karena itu ia mendesak agar Keana lekas menyetujui untuk ke luar negeri. Tidak hanya itu, alasan Emilia untuk tidak membunuh Keana adalah ia ingin Keana membuat Arthur membencinya, tapi Keana dengan keras kepalanya tidak mau mendengarkan dirinya dan memilih untuk menahan siksaan. Emilia masih ingat percakapan mereka kemarin.Emilia memegangi sebuah balok kayu, ia menatap Keana yang dalam kondisi menyedihkan itu. "Aku tidak tahu apa sulitnya kau mengikuti perintahku, ini sangat mudah. Aku akan membebaskan mu dan kau harus ke luar negeri. Tapi sebelum itu kau harus membuat Arthur membencimu."
"Katakan! Katakan di mana kau menyembunyikan Keana." Arthur mencengkram kuat kerah leher pria yang diketahui sebagai penculik Keana. Ya, mereka telah menemukan orang yang sama dengan orang yang di vidio. Ini adalah berkat kerja sama dengan pihak kepolisian.Jack yang melihat Arthur terbakar karena emosi menarik tubuh Arthur menjauh dari orang ya g sudah babak belur, jangan disanya siapa pelakunya karena itu adalah Arthur sendiri.Beberapa menit yang lalu, ketika mereka mendapatkan data pria itu mereka langsung menuju rumahnya. Begitu tiba di sana Arthur langsung memberikan pria itu pukulan. Jack dan Detektif Han beserta beberapa polisi lainnya tidak dapat mencegah karena Arthur lebih dulu turun dan langsung menghajarnya.Polisi yang lain juga menahan tersangka penculikan Keana itu agar tidak melarikan diri, meski ia memang sudah tidak dapat melarikan diri dengan kondisi tubuh seperti itu. Arthur benar-benar marah."Tenanglah, Arthur. Sekarang kita bawa ia ke
Di lorong rumah sakit ini, Arthur menunggu dengan perasaan khawatir yang teramat sangat. Jelas sekali dari raut wajahnya dan sikap yang Arthur lakukan, beberapa kali Arthur bolak-balik, mengacak rambut, bahkan mencoba mengintip. Jack dan Arlan juga sama khawatir, tapi tidak seperti Arthur.Arlan menatap Arthur yang ia ketahui telah menjadi kekasih, Keana. Ia telah tahu sejak beberapa hari yang lalu, rasa kesal menghampirinya tapi ia tidak mau membuat kekacauan ketika Keana hilang. Jadi, Arlan hanya bungkam.Tidak lama kemudian pintu ruang UGD terbuka, seorang dokter dengan masker yang menutupi wajahnya keluar dari sana. Tanpa membuang waktu, Arthur langsung bertanya."Bagaimana keadaan Keana?"Jack dan Arlan juga mendekati dokter itu, mereka juga ingin mengetahui kabar Keana.Dokter itu membuka maskernya. "Syukurlah ia sudah melewati masa kritisnya. Meski ia kehilangan banyak darah tapi untungl
"Aku benar-benar tidak ingin mempercayainya, tapi ternyata Emilia benar-benar pelakunya." Angelina terkejut sekali ketika mendengar kabar bahwa Emilia adalah dalang penculikan ini."Ya, Emilia memang pelakunya. Motifnya sendiri adalah karena ia terobsesi terhadap Arthur dan ia melihat Keana sebagai penggalan ia untuk mendapatkan apa yang ia inginkan," tambah Jack. Mereka baru saja pulang dari kantor polisi dan sekarang mereka sedang dalam mobil untuk kembali ke rumah sakit."Pantas saja Emilia akhir-akhir ini terlihat aneh." Angel mengingat-ingat Emilia yang menurutnya banyak mengalami perubahan itu.Jack yang sedang mengemudikan mobil menaikan alisnya. "Apa maksudmu, Angel?" Ia menatap kekasihku yang menolehkan kepala terhadapnya."Ya, ia sering menanyakan kasus pencarian Keana dan ia terlihat lebih bahagia, sesekali aku mendapati ia tersenyum seperti memikirkan sesuatu. Tapi terkadang ia juga peduli dan pedu
Kelopak mata itu bergerak perlahan, disusul dengan gerak jari yang lemah. Gadis yang tidak sadarkan diri selama dua hari itu perlahan membuka kelopak matanya, cahaya yang masuk ke dalam matanya membuatnya silau. Keana menutup matanya dan kembali membukanya.Bola mata Keana bergerak, memindai sekitarnya yang tampak putih. Mungkin inilah yang membuat matanya silau ketika pertama kali membuka matanya. Keana juga merasakan berat di tangan kanannya, ketika ia menurunkan pandangannya ia menemukan sebuah kepala yang menghimpit tangannya. "Arthur?"Arthur membuka matanya ketika mendengar suara lemah yang memanggilnya, dan betapa terkejutnya ia melihat Keana yang telah sadarkan diri. "Keana! Keana sudah bangun." Arthur berdiri dan mendekat ke arah kepala Keana seraya menekan tombol untuk memanggil dokter.Arthur tidak dapat mengekspresikan rasa senangnya ketika Keana bangun, jadi ia hanya bisa memandang lekat Keana seraya menunggu dokter datang. Beberapa menit kemudian dokt
Sidang baru saja selesai dan Emilia terlihat dendam sekali dengan Keana, sesuai dengan keputusan hakim, Emilia dijatuhkan hukuman 15 tahun penjara karena percobaan pembunuhan yang ia lakukan. Kaki tangannya juga mendapat hukuman karena telah membantunya.Keana yang hadir dengan kursi roda cukup menyita perhatian, orang tua Emilia yang mengetahui anaknya yang melakukan percobaan pembunuhan juga terkejut. Sekarang Emilia akan dibawa ke rumah tahanan."Keana baik-baik saja?" tanya Arthur, ia jelas melihat wajah tidak nyaman Keana saat Keana beradu pandang dengan Emilia, dimulai sejak Keana datang ke sini hingga sidang ini selesai.Keana mengangguk pelan. Meski ia masih agak trauma, tapi ia tidak mau membebani Arthur. "Ya, aku baik-baik saja."Arthur berjongkok di hadapan Keana agar ia sejajar dengan Keana yang duduk di atas kursi roda. "Keana jangan takut, ya? Setelah ini aku akan menjaga Keana dengan sepenuh tenaga. Aku tidak akan membiarkan hal buruk terjadi p
Wajah Emilia telah penuh dengan cairan anyir berwarna merah, darah. Semenjak tadi Emilia terus menjerit sakit karena pisau itu yang terus saja tanpa henti melukai wajahnya. Arlan benar-benar menepati ucapannya jika ia akan membuat Emilia merasakan dua kali lipat dari yang Keana terima."Jadi, kau juga mencambuknya setiap hari?" Arakan berdiri lalu mengambil sebuah rotan panjang yang berada di sudut ruangan ini. "Kau bilang sepuluh kali, bukan? Kalau begitu kau akan mendapatkan dua puluh kali."Emilia menggeleng lemah ketika Arlan mendekat ke arahnya. "Tidak, jangan lakukan itu. Ku mohon. Tolong kembali aku ke polisi, aku akan menjalani hukumannya." Bagi Emilia lebih baik ia di penjara dari pada harus menjalani kesakitan dari pria gila di depannya. Well, sepertinya Emilia tidak sadar jika dirinya juga sama-sama gila."Apa? Menyerahkan mu ke polisi?" Arlan meraba tekstur rotan itu. "Hukuman di penjara terlalu ringan untukmu. Ka
Seperti yang telah mereka sepakati mereka akhirnya tinggal di rumah Angelina untuk sementara waktu, sekarang Keana sedang bersiap-siap untuk keluar dari rumah sakit. Perban yang melingkari tangannya sudah diganti oleh dokter dan Keana juga sudah mengganti pakaiannya dari baju pasien ke baju ganti yang sudah dibawa oleh Jack."Apa Keana bisa berjalan?" tanya Arthur kepada Keana, ia membantu Keana berdiri dan memapahnya. Barang-barang Keana sudah di masukan ke dalam sebuah tas dan Jack sudah memasukannya ke dalam mobil.Keana mengangguk. "Aku bisa berjalan, kau tidak harus membantuku setiap saat." Keana mengeluh Arthur memang perhatian kepadanya, tapi ini berlebihan. Kakinya sudah baik-baik saja.Arthur menatap kaki Keana. "Benarkah?" tanyanya lagi. Hal ini membuat Keana jengah. "Apakah tidak sakit? Kalau sakit aku akan mengambil kursi roda.""Benar, tidak apa-apa. Aku bisa berdiri." Keana melepaskan pegangan Arthur dan berdiri dengan tegak. Memperlihatkan diri