Ayunda tersenyum senang mendengarkan ucapan Sayun, Ayunda memegang erat tangan Dosen paruh baya itu.
“Benarkah, Pak?” tanya Ayunda dengan antusias.
Pak Sayun mengangguk mantap, membenarkan ucapan Ayunda.
“Tentu saja, Yun.” Ucap Sayun.
Ayunda menjabat tangan Sayun dengan penuh rasa bahagia membuncah di dadanya.
“Kapan? Kapan saya bisa mengikuti program ini, Pak?” tanya Ayunda tak sabaran.
Sayun tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan, Ayunda selalu seperti itu. Selalu antusias jika hendak melakukan sesuatu.
“Jika kau mau, hari ini bisa langsung daftar kedua program ini. Setelah itu akan ada Interview dari pihak Abraham’company langsung. Disana nanti juga akan di nilai kamu cocoknya mengambil program training di bidang apa.” ucap Sayun menjelaskan kepada Ayunda.
Ayunda mengangguk-anggukan kepalanya, mencerna dan mendengarkan ucapan Sayun dengan seksama,
“Kalau begitu, saya siap untuk mengikuti Int
Haiii readers tercinta, beberapa episode kedepan akan dijelaskan sedikit masa lalu Ayunda hingga dia bisa bekerja sebagai sekertaris Nathan. Jangan lupa untuk beri review, coment, dan beri masukan tentang novel ini ya! Semua kritikan kalian sangat berharga untuk penulis. Terimakasih readers tercinta!
{Mah!} panggil Ayunda lagi pada Dewi yang tak bersuara pada panggilan telepon itu.{Eh bagaimana, Nak? Kamu lulus Program Pertukaran Mahasiswa dan lulus program magang diperusahaan besar?} tanya Dewi memastikan.Ayunda terlihat menganggukan kepalanya, ia membalas ucapan Dewi.{Iya, Ma. Aku lulus. Bagaimana menurut, Mama? Bolehkan? Aku rasa lebih baik seperti ini. Untuk menjadi TKW aku rasa aku takkan sanggup meninggalkan perkuliahan yang tinggal beberapa semester lagi, Ma.} ucap Ayunda.Dewi terdengar mendesah pelan,{Mama setuju apapun yang akan kamu lakukan, Nak. Dan juga lebih baik papamu tidak tau akan hal ini. Mama akan mencoba berbicara perlahan dengannya. Mama akan kirimkan uang tabungan, Mama, ke rekening kamu sebelum kamu berangkat ke Jakarta. Untuk sementara lebih baik kamu tidak pulang dan meminta izin pada, Papamu. Mama takut dia akan menolak dan memaksamu untuk bekerja sebagai TKW.} ucap Dewi sedih.Ada rasa sesak di dadanya, me
“Gue harus bagaimana, Ky?” tanya Nathan kepada Rizky sahabatnya. Iya, Nathan telah berada di ruangan kantor Rizky. Dirinya juga telah menjelaskan secara detail tentang Ayunda yang ingin mengundurkan diri dan dirinya yang mencegah Ayunda namun tidak berhasil. Rizky menghela nafasnya pelan, ada rasa sakit dan penasaran yang berkecamuk menjadi satu di hatinya. “Gue pikir, Ayunda, tidak akan pernah mengundurkan diri.” Cicit Rizky termenung. Nathan mengangguk cepat, membenarkan ucapan Rizky. “Benar, benar sekali. Gue juga berpikir seperti itu. Tapi apa yang kita pikirkan salah.” sahut Nathan. “Jadi lu sudah nyatain perasaan lu kepada, Ayunda?” tanya Rizky. Nathan mengangguk lemah, membenarkan ucapan Rizky dengan ragu. “Sudah, tapi ya begitu. Ayunda sepertinya tak percaya dengan apa yang gue ungkapkan. Dia suruh gue untuk bertanya pada hati gue.” ucap Nathan lesu. Rizky terkekeh pelan, menertawakan Nathan. “Mungkin ca
“Selamat siang, Tuan muda Mahes.” sapa Nathan saat ia baru saja membuka pintu ruang kerjanya. Devandra yang sebelumnya terduduk langsung berdiri dan tersenyum kepada Nathan. “Selamat siang, Tuan muda Abraham.” ucap Devan seraya menjabat tangan Nathan yang sudah berdiri di depannya. “Maaf membuat anda menunggu terlalu lama. Silahkan kembali duduk.” pinta Nathan kepada Devandra. “Terimakasih, Pak Nathan. Maaf mengganggu waktu anda, Pak Nathan. Saya tidak membuat janji sebelumnya untuk menemui anda.” ucap Devan yang merasa tak enak hati. Nathan duduk di sofa dan berhadapan dengan Devan. “Tak masalah, suatu kehormatan untuk saya mendapatkan tamu dari CEO Muda dari keluarga Mahes.” ucap Nathan seraya bercanda ringan. Devan terkekeh pelan. “Anda terlalu berlebihan menilai saya, Pak Nathan.” ucap Devan tersenyum. Nathan terkekeh. “Ada apa, Devan? Apa ada masalah dengan kerja sama kita? Sehingga k
Pukul 8 petang, Nathan dan Ayunda masih berkutat sibuk dengan pekerjaan mereka. Keadaan kantor juga sudah semakin sepi hanya ada beberapa orang yang sedang lembur bekerja. Nathan merenggangkan badannya, ia melirik Ayunda yang tengah serius pada layar komputernya. Ucapan Devandra siang tadi begitu membekas di otaknya. “Benar yang di ucapkan, Devan. Aku akan merubah sikapku ini, aku akan membuat, Ayunda, terpesona padaku hingga ia benar-benar tak ingin pergi.” batin Nathan. Nathan bertekad menjerat Ayunda dengan pesona yang ia miliki hingga Ayunda tak mampu pergi untuk meninggalkan dirinya. Nathan segera mematikan laptopnya, merapikan meja kerjanya yang penuh dengan berkas. Terkahir, Nathan menutup curtain jendela kantornya menggunakan remote. Ayunda yang melihat keadaan kantor Nathan yang mulai gelap pun segera berberes juga untuk pulang. Cklek Pintu ruangan Nathan terbuka, Nat
Nathan melumat lembut bibir Ayunda, Ayunda hanya terdiam dan meremas kasar baju Nathan.PLAKAyunda memukul kasar dada Nathan dan membuat Nathan tersadar.Nathan membuka matanya, ia melepas ciuman di bibir Ayunda. Ayunda segera menjauh dari Nathan. Ayunda mencoba duduk perlahan di dalam lift tersebut agar tak menimbulkan guncangan.Sementara itu, Nathan terdiam dan merutuki kebodohannya.“Harusnya kita tidak begini.” ucap Ayunda membuka suaranya. Ada rasa tak enak di hatinya. Ini adalah kedua kalinya mereka berciuman tanpa status yang pasti.“Maafkan saya, Ayunda.” sahut Nathan.“Saya tak bermaksud, tapi itu semua murni atas kesadaran diri saya.” sambung Nathan seraya menghela nafas panjangnya.“Menikahlah denganku, Yun.” ucap Nathan lagi lalu memandang Ayunda yang tengah terduduk.Ayunda mendongakkan kepalanya, matanya menatap m
CklekPintu ruang rawat Ayunda terbuka, terlihat Haris, Sisilia, dan si kecil Alson yang berlari menuju brankar tempat Ayunda berbaring.Ayunda sedikit terkejut, karena kehadiran Tuan dan Nyonya Abraham untuk mengunjungi dirinya.“Mama!” isak Alson berlari menuju Ayunda dan memeluk Ayunda erat.“Hey, Son!” sapa Ayunda seraya mengelus rambut Alson.“Mama, dimana yang sakit? Mengapa, Mama, bisa sakit? Apa Alson nakal sehingga mama kelelahan?” tanya Alson beruntun, pria kecil itu sangat mengkhawatirkan Ayunda. Mendengar Ayunda masuk Rumah Sakit, si kecil Alson langsung mendesak Sisilia untuk mengantarkan dirinya bertemu dengan Mamanya.“Hey, Mama, baik-baik saja, Sayang. Bahkan, sebentar lagi, Mama, sudah boleh pulang.” jelas Ayunda menenangkan Alson.Alson mengangguk seraya melepas pelukannya kepada Ayunda. Bocah kecil itu mengelap ingusnya, membuat Ayunda s
Sebulan berlalu telah berlalu dengan cepat. Project jam tangan Abraham’company juga telah berhasil launching tanpa hambatan. Bahkan, jam tangan tersebut berhasil menjadi trending topic dan laku keras dalam kurun waktu seminggu.Kini mereka ada disini, di ruang meeting. Dengan wajah gembira dan suka cita. Selama sebulan bekerja penuh dengan tekanan, hasilnya berbuah dengan sangat manis.“Saya sampaikan kepada seluruh team. Saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Terutama untuk Sekertaris Ayunda. Karena telah sigap menangani kasus pada project ini dengan sigap. Karena itu, project ini menjadi berhasil dan menguntungkan banyak pihak. Kita lihat disini, penjualan semakin meningkat setiap detiknya. Akan saya minta pada Bagian Devisi Sales dan Marketing untuk menguatkan promosinya.” ucap Nathan yang memimpin rapat sembari menunjukkan presentasi penjualan di depan layar Lcd.Seluruh team yang mengikuti meeting pagi ini terlihat sangat senang d
Hari berganti dengan begitu cepatnya. Tak terasa ini adalah hari yang ditunggy oleh Nathan. Membawa Ayunda ke Australia untuk berlibur selama 10 hari kedepan. Ayunda sebelumnya telah mengajukan permohonan pengunduran diri kepada HRD Abraham’company. Dan itu mengejutkan seluruh karyawan Abraham’Company. Haris dan Sisilia juga sangat terkejut atas berita ini, namun dengan tenang Nathan mengatakan jika semua akan baik-baik saja. Meski hati Haris dan Sisilia tidak menerima jika Ayunda harus pergi, namun ia tak bisa memaksa kehendak Ayunda. Haris dan Sisilia menyerahkan semua kepada Nathan.Bandara Udara International Soekarno Hatta. Haris dan Sisilia ikut adil mengantarkan Nathan dan Ayunda untuk bertolak ke Australia. Alson tak ikut, ia terpaksa tidak diikut sertakan untuk mengantar Ayunda dan Nathan. Karena jika tidak, Alson pasti akan merengek dan ingin ikut.“Kalian jangan lupa kaba