Di dalam sebuah cerita, karakter utama pasti lebih memiliki kesempatan untuk hidup, dibandingkan dengan karakter sampingan. Ada kalanya sebuah cerita tampak berjalan hambar, tanpa adanya konflik. Villain yang menjadi penghalang di dalam sebuah cerita, biasanya lebih banyak disukai, daripada tokoh utama, jikalau masa lalunya lebih suram.Aku belajar banyak tentang cara-cara menulis novel dari Zay. Vampir dingin itu pandai menulis sebuah surat, ataupun novel panjang. Beberapa ceritanya pernah kubaca, dan itu sangatlah bagus. Bahkan, mungkin melebihi para authors di seluruh dunia. Aku masih mengingat dengan jelas, salah satu kutipan surat cinta untuk Felicia yang dia tulis, ketika aku sedang tertidur. Kala itu, misi pembongkaran dan penukaran cetak biru pemerintah sepertinya membuatku kelelahan. Di sana Zay menulis,"Aku tidak pernah merelakanmu bersama orang lain, Felicia. Pria mana yang tidak sakit hati, ketika wanitanya malah memilih sahabatnya sendiri? Aku belajar untuk ikhlas, teta
Angin sepoi-sepoi memberikan sensasi dingin. Rambutku yang kusisir rapi, kembali berantakan. Kehilangan mana lagi yang akan kurasakan? Aku sudah tidak memiliki tim yang utuh lagi. Kehilangan Vano, kematian Axel dan Darrel, seakan membuatku lelah untuk melakukan segalanya.Hidup itu tidak adil. Aku mengubah gaya rambutku menjadi potongan bowl cut, seperti gaya rambut milik Degree. Warna mataku yang tidak bisa berubah lagi menjadi abu-abu, membuatku kesulitan jika harus memakai lensa ketika berpergian. Penerbangan, pelabuhan, hingga rute jalan telah diblokade oleh pemerintah, dalam menyelamatkan acara pelantikan presiden baru. Kota Scramble atas banyak menuai pro dan kontra. Dari 100% penduduk, hanya 20% yang mendukung Harvey. Sungguh malang nasibnya. Kurasa perspektif beberapa orang menang benar. Ya, orang jahat tidak dapat dijadikan sebagai seorang pemimpin.Lebih baik aku memilih untuk berperang hingga kehabisan nyawa, daripada tunduk di kaki sang kaisar dari era kegelapan itu. Mend
Aku menguap sambil terus menopang kepala Sera, agar tidak terbentur kaca. Ketika Eunoia yang menyetir, kenapa rasanya jalannya makin lambat? Penglihatanku setelahnya kabur, gelap.*Kamu, Achilio, selalu begitu, ketika di dekat Sera. Aku—Eunoia, merasa sangat cemburu. Ingin rasanya kuhancurkan bumi, agar kalian berdua tidak bahagia. Namun, aku masih punya hati nurani. Aku menyesali semua keputusanku. Kenapa aku tidak ikut bersama Degree saja, saat itu?Menjadi obat nyamuk bagi orang pacaran adalah hal yang paling memalukan, di sepanjang perjalanan hidupku. Aku tidak ingin menjadi yang kedua di hatimu, Achilio. Ya, segalanya memang sudah terlambat, kan? Andai saja aku tidak menyia-nyiakan kesempatan kedua. Andai saja aku tidak mementingkan balas dendam, di malam pertama turunnya salju, hari itu.Sungguh kusesali, karena aku lebih memilih Rion. Ya, aku pikir dia adalah lelaki yang sangat baik. Sebenarnya, tempo hari, aku sudah mengingat semua kejadian di masa reinkarnasi Alea. Aku senga
Hembusan angin dan gersangnya terik matahari, menerpa luka memar pada beberapa bagian tubuh. Rasanya benar-benar pedih. Bahkan, lebih menyakitkan dari penolakan cewek yang kutaksir. Matahari yang tersenyum, pada lambaian nyiur kelapa, dan hamparan rumput ilalang, menjadi saksi bisu kekalahanku. Satu tahun telah berlalu. Peristiwa di hari itu, telah mengubah semuanya. Trauma membuatku membatasi komunikasi, tak ingin terulang kedua kalinya. Aku kehilangan kepercayaan diri. Sejak pertengkaran Sera dan Eunoia berakhir dengan kehancuran bumi ke-empat, aku jera menghalangi jalan wanita. Terserah apa maunya mereka, aku sudah angkat tangan.Aku terpaksa melanggar aturan magis, untuk membentuk dunia ke-empat. Memindahkan jiwa-jiwa para penduduk dari satu dimensi—bumi ketiga yang telah hancur, ke dimensi lain—bumi baru—cermin ke-empat. Sang Dewa Naga kepala tujuh menghampiriku di dalam mimpi, dan memarahiku tanpa jeda. Untunglah, aku masih bisa terbangun di dunia nyata.Aku tidak mencabut inga
Sudah tiga hari aku gelisah. Tubuhku panas dingin. Kepalaku ingin pecah dari tempurung tengkorak. Sebuah pedang yang menancap di atas televisi, tidak bisa ditarik. Berat."Sebenarnya, apa sih, isi kotak kayu itu? Kok pedangku nggak bisa menembusnya, ya?" gumamku seorang diri, sambil memutari televisi yang sudah gosong itu. Di malam sebelum kejadian itu, aku sibuk menonton acara kesayangan—film romantis. Film yang berjudul, "Onze hope for your enemy", karya sutradara terkenal di Linear, memang patut diberi rate seribu dari per sepuluh. Film yang bercerita tentang kehidupan asmara Ceyda–seorang gadis remaja broken home, menuai banyak respon positif dari fansnya. Pertemuan Ceyda dengan seorang pria dingin–Atan, adalah kisah paling unik sepanjang sejarah. Tisuku habis hanya untuk menyeka air mata yang jatuh, ketika menyaksikan film itu di layar televisi.Dua jam setelahnya, aku memutuskan untuk tidur. Lamaran pekerjaanku menjadi asisten lab telah disetujui Tuan Clay—kepala laboratorium
Kristal phoenix berhasil ditemukan. Nenek itu sangat baik hati, karena menyerahkan benda itu padaku. Aku bersama dengan Calvin berhasil mempersingkat kultivasi sempurna, hanya dalam dua hari. Kemajuan yang sangat luar biasa, bukan?Keberangkatan kami menuju Kota Linear membutuhkan waktu sekitar lima jam. Perjalanan termakan lama, lantaran macet di ibu kota. Setelah diceramahi oleh Calvin, aku kembali sadar tentang satu hal, yaitu bukan tentang bagaimana menjadi seorang guardian sejati, tetapi proses perjuangan selama ini.Aku membuka layar ponsel. Pesan di SC tampak menumpuk. Ada sekitar lima ribu chat dari gabungan grub, dan chatting personal. Tidak. Bukan itu yang kucari. Beberapa hari sebelumnya, sebuah nomor yang tidak dikenal memberikanku pesan bertuliskan,"Temui aku sendirian, Azo. Mari selesaikan ini tanpa menggunakan kekuatan sedikit pun. Aku berjanji tidak akan bertarung dengan curang. Kali ini, jika aku menang, maka kau harus bersumpah untuk membunuh dirimu sendiri. Tapi ji
Perjuanganku selama ini tidak ada gunanya lagi. Aku menghancurkan semua benda yang ada di sekitar sana. Kemarahanku sudah tak bisa ditampung. Dalam satu kali semburan api, aku membakar seluruh sisi lapangan.Harvey mencoba menghentikan, tetapi kekuatanku jauh lebih besar. Hanya menggunakan satu persen magis, anak Dewa Naga itu tak kuasa menahannya. Portal pelindung tingkat tinggi yang dia bangun, kuhancurkan dengan satu kali pukulan.Magis sempurnaku telah bangkit kembali. Kekuatan keseimbangan alam yang bercampur, dengan kristal phoenix telah menguasai seluruh universe. Jentikan jariku bisa mengalahkan siapa pun. Aku tidak takut tewas, karena keabadian telah menjadi milik.Kehancuran akibat magis tingkat tinggiku, menghantarkan Tim Treize ke lokasi. Aku menerbangkan diri menggunakan sayap guardian. Kemudian, memasang garis pembatas, agar mereka tidak terlibat.Degree bersama Bibi Naya mencoba untuk menghancurkan dinding tebal itu. Namun, tentu saja tidak akan bisa. Kekuatan rendahan
"Ya, bisa dibilang, aku dapat berubah wujud menjadi apa saja, dan menyamarkan identitasku sebagai Dewi Phoenix."Kalimat itu memenuhi alam pikiranku. Setelah Degree memberitahukan segalanya padaku, barulah kesadaran mencintai dengan tulus itu timbul. Penyesalan memang selalu di akhir, itulah yang mereka katakan padaku.Dia yang sudah pergi meninggalkan, mungkinkah 'kan kembali? Dewi Phoenix ingin mewujudkan dunia yang adil, dan penuh dengan kebahagiaan. Namun, akulah yang menghanguskan segala asanya itu.Abu yang sudah tertiup angin, melayang entah ke mana. Aku kehilangan belahan jiwa, yang selama ini tidak pernah mengecap kata, "dihargai". Mencintainya adalah keterlambatan yang paling disesalkan.Kusandarkan kepala ke sebuah dinding beton–penghalang antara daratan dan lautan, yang ada di dekat tempat terakhir kepergiannya. Aku lelah menghadapi segala hal, yang sebenarnya tidak ingin kulakukan. Kewajiban yang telah kuambil, terucap sumpah, hingga jiwa menjadi saksinya, berat. Kejadia