"Aku akan selalu mencintaimu, Azo. Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu, meski hanya sedetik saja. Aku ... aku ingin kita tetap mengikat janji satu sama lain, hingga kita dipisahkan oleh takdir." Wanita cantik bermahkota emas itu memegangi tanganku erat.Saat itu, mulutku tidak bisa mengucapkan sepatah kata. Bukan, bukan karena aku gugup, tetapi karena pita suaraku tidak mengeluarkan suara apa pun. Entah mimpi ataupun bukan, aku sendiri tidak tahu.Aku bertanya-tanya di dalam hati, "Kenapa aku tiba-tiba di sini? Siapa wanita itu? Rasanya aku kenal tapi siapa ya?" Isi pikiranku berperang dengan hati. Ingin rasanya kabur dari ruangan itu. Namun, niatku kuurungkan."Harvey sepertinya tidak suka dengan pengangkatanku menjadi penguasa Aksa."Deg!Aku baru menyadari sesuatu yang janggal, di sana. Ya, aku tidak lagi berada di zaman modern. Apakah portal black hole yang menghantarkanku kembali ke masa lalu? Astaga! Ribet sekali. Namun, seingatku, aku tidak terpelanting ke portal. Apa ya, y
Aku menahan pergerakan naga hitam itu dengan segel. Ia terus meronta sambil mengeluarkan napas api, yang meledakkan lingkungan sekitarku. Terbang di atas cakrawala adalah rencana adu mekanik, yang paling menguntungkan untukku. Harvey mendengkus kesal. Ya, dia memang sering seperti itu, setelah aku berhasil menyakinkan bahwa, kemenangan tidak akan pernah menjadi miliknya."Serahkan apa yang bukan menjadi milikmu, Harvey!" Aku memakai tameng perlindungan, ketika robot keamanan Scramble menembakkan ribuan peluru.Sistem keamanan tingkat tinggi sekali pun, tidaklah berarti apa-apa bagiku. Lempengan besi, serpihan kaca, dan bangunan roboh tampak memadati jalan raya. Kehangatan telah menghilang. Dunia telah berganti dengan perang, kehancuran, dan dipenuhi dengan keserakahan manusia-manusia yang tak kunjung puas.Sangat disayangkan, wilayah tiga daratan yang dulunya adalah negeri paling makmur, telah berganti dengan wilayah adu teknologi. Kepintaran manusia, membuat mereka melanggar hukum al
Menarik mundur seluruh member Tim Treize adalah opsi, yang tidak dapat terelakkan lagi. Markas baru kami telah dihancurkan, dan berpindah ke kawasan lebih aman. Arah Timur Scramble, dekat bangunan bekas pengadilan negeri, di sanalah bangunan setengah jadi, tetapi layak huni menjadi markas kami. Perencanaan berjalan 44%, dan sisanya gagal dari persentase seratus. Benteng pertahanan Argos II telah hancur. Namun, Harvey dan para sekutu-sekutunya masih gencar melakukan kriminalitas. Sosialisasi tentang pentingnya paham hukum di pusat kota, sudah kami lakukan berulang-ulang. Meski, masih dalam keadaan sembunyi-sembunyi.Aku memprioritaskan kekuatan tim, dengan bidangnya masing-masing. Saat itu, aku tidak ingin mereka belajar segalanya, kecuali magis penyembuhan tingkat satu. Semua anggota Tim Treize wajib mencari satu magis, untuk didalami, ucapku kala itu.Kamar yang di atasnya hanya ada sebuah bohlam tak begitu terang, membuatku nyaris tidak bisa tidur. Aku menarik selimut, hingga menut
Awan biru gelap menemani perjalanan kami sepanjang jalan. Aku pergi berdua saja bersama Calvin, karena rekan yang lain punya banyak misi masing-masing. Hari itu, kami prioritaskan untuk meraih tujuan dengan sempurna. Tidak ada yang lebih penting, daripada keberhasilan misi penculikan Ratu Elena. Bagiku, dia adalah sumber informasi, yang bisa digunakan untuk mendekati Kaisar Harvey."Aku kurang yakin dengan pilihan ini, Ar. Apakah kamu sudah benar-benar memikirkannya dengan matang? Ma maksudku, kita akan memberikan kesempatan pada Ratu Elena, dan membebaskan namanya dari gelar musuh, kan?" Calvin membuka kaleng soda menggunakan mesin, di dekatnya.Teknologi mutakhir pertama kali diaplikasikan pada pesawat. Jika dahulunya, penumpang alat transportasi udara tidak diperkenankan menyalakan data seluler, maka saat modernisasi semakin meluas, setiap orang bisa melakukan apa pun—termasuk surfing internet kala di pesawat.Para profesor memberikan dampak positif, senantiasa menjadi tokoh pentin
"Enyahlah kau, Benalu!" Pedang Harvey berhasil memotong tangan kananku.Aku menendang tubuhnya, dengan sekali tendang. "Sayangnya, kibasan pedangmu tidak berasa sakit sama sekali, Harvey!""A apa? Ba bagaimana bisa secepat itu?" Calvin yang berada di belakangku terkejut, setelah melihat regenerasi sel yang kugunakan. Kecepatan magic yang berbeda dari sebelumnya, tentu dapat terlihat jelas dari sana.Aku menoleh, lalu membukakan pintu portal di samping pria, yang mengenakan pakaian cleaning service itu. "Vin, pergilah menuju portal!""Ba baik, Kapten Ar! Eh, Ratu Elena gimana?" tanya Calvin kemudian. Langkahnya berhenti tiba-tiba. Wajahnya seketika kembali panik."Bawa aja sama kamu! Gendong! Cepatlah pulang lebih dulu ke markas! Aku akan menyusul nanti!" perintahku dengan nada tegas. Bagiku, setelah memastikan Calvin dan Ratu Elana selamat, itu adalah awal dari perkelahian tanpa beban.Pedang tajam milik Harvey adalah wujud dari maut. Mengelak saja tidak akan membuatku menang. Lagi pu
Bagiku, ia adalah satu-satunya wanita, yang menerimaku apa adanya. Ia memang tidak secantik kekasihku di masa lalu, tetapi ia lebih dari sempurna. Senyumnya ... matanya ... aku menyukai semua hal darinya. Apakah aku telah jatuh cinta? Kurasa ya tapi entahlah ....Kembali ke masa yang kelam itu. Aku kembali berpelukan erat, dengan nostalgia masa lalu. Aku berjalan di tengah badai hujan, yang semakin lebat. Petir yang sengaja kupanggil melalui magic, menambah kesan menyedihkan. Ya, de javu itu adalah yang paling mengerikan, di sepanjang hidupku.*"Azo, ada satu hal yang harus kamu tahu. Entah maut atau takdir yang memisahkan, aku tetap, dan akan selalu mencintaimu," gadis bermata merah bak kobaran api itu berkata, tanpa menoleh ke arahku. "Jangan cintai aku ... nanti kamu banyak sakitnya!" ucapku pelan sambil tersenyum tipis. Hati tidak bisa merelakannya, tetapi cinta tidak boleh saling menyakiti. Prinsipku sejak trauma dengan cinta yaitu, wanita tidak boleh mendapatkan cinta dari lel
Semua teka-teki mulai terjawab satu per satu. Apa yang ia sampaikan di masa lalu, akhirnya bener-benar sesuai kenyataan. Aku kagum pada magisnya yang dapat memprediksikan segalanya, dengan tepat. Andai Felicia hidup kembali, aku mungkin tidak akan terlalu kesulitan, untuk mendapatkan informasi.Mayat pria bertato angka tujuh itu pun selesai diotopsi. Aku tidak menyangka, Harvey akan meneror kami dengan cara melebihi seorang psikopat. Nyaris saja, aku trauma melihat kentalnya darah merah. Rion—mantan Eunoia, terbunuh pada Rabu, tujuh belas Agustus, lima hari sebelum Eunoia berubah.Ternyata benar kata orang tua zaman dulu. Ya, ketika seorang wanita telah jatuh hati, maka tak peduli luka sebesar apa pun, ia 'kan tetap cinta. Hal itu juga yang terjadi dengan Eunoia. Gadis itu menjadi orang yang berbeda dari sebelumnya—lebih dingin dari es batu.Dua hari sebelumnya, keputusan Presiden Edward dalam menentukan hukum kebebasan untuk kami, akhirnya disetujui. Kami bebas hidup layaknya seorang
"Aku hanya bisa menunda waktu kematian selama setengah jam. Sisanya, alam akan mengambil alih jiwamu," kataku sambil fokus memegangi denyut nadi, di tangannya.Bibir pucat yang perlahan berubah menjadi merah muda itu, tampak mengukir senyum tipis. Raut wajahnya perlahan berubah ceria lagi. Aku bersyukur masih sempat mengelakkan maut, meski hanya sedikit waktu yang bisa ditunda. Ruangan itu hanya tersisa aku dan Ratu Elana. Sera pergi mengurus berkas pengajuan, untuk pindah negara. Sedangkan Eunoia, gadis berambut biru itu sibuk dengan laptop ultraportabelnya, di ruangan sebelah. "Tolonglah, dengarkan cerita ini, hingga akhir, Pangeran Sorcgard! Aku ingin menyampaikan segalanya padamu," tutur Ratu Elana yang memiliki rupa cantik, walaupun telah berusia lanjut itu dengan nada serak.Aku mengangguk pelan, sambil fokus mendengarkan cerita ibu tiriku itu. Ah, entahlah! Aku hanya ingin memangilnya dengan sebutan gelar. Kurasa panggilan "ibu tiri" tidaklah cocok untuknya. Ibuku hanya satu,