Share

Derita Rayhan

Rayhan menatap tajam Arken. Sebenarnya dia ini patah hati atau layu sebelum berkembang, tanya Rayhan dalam hatinya. Ia melihat Arken yang malas-malasan.

"Ada apa sih? Kau buat aku penasaran tingkat dewa." Rayhan duduk di kursi tepat di depan Arken. Ia hanya mendengar Arken yang berulang kali menghela nafas, seakan dirinya sudah tidak punya alasan untuk hidup.

Lama Rayhan menunggu Arken membuka mulutnya, dan ini adalah kesekian kalinya Rayhan melirik jam tangannya. Sepuluh menit menunggu adalah rekor bagi Rayhan menunggu jawaban seseorang, dan ia sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

"Kau masih berniat untuk merenovasi gerai kuemu atau tidak? Jika tidak, aku masih ada urusan lain," ujar Rayhan beranjak berdiri dari duduknya. Ia tidak suka berbelit-belit. Iya ayo, tapi jika tidak katakan dengan cepat. Urusannya tidak hanya di sini saja. Biasanya, hal renovasi seperti ini bukan pekerjaannya, ia bisa saja mengutus karyawannya untuk melihat letak ruang gerai

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status