Yours
Crystal merasakan tangannya di raih oleh seseorang, dari rasa tangan yang menyentuh kulitnya jelas bukan tangan Donna, tetapi Chiaki. Pria itu perlahan melepaskan ikatan di tangan Crystal lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh Crystal dan sebuah kecupan mendarat di kening Crystal membuat air mata Crystal semakin merangkak keluar dari kelopak matanya.
Pria seperti apa sebenarnya Chiaki? Pria itu terus saja berubah-ubah, ia mengira telah sedikit mengenal Chiaki selama beberapa hari kebersamaan mereka, tetapi nyatanya ia tidak mengenal pria itu. Sedikit pun tidak.
Tepat saat Chiaki beringsut hendak menjauh, Crystal membuka matanya lalu meraih pergelangan tangan Chiaki. "Biarkan aku mengenalmu," ucapnya dengan suara parau nyaris tersangkut di tenggorokan.
Chiaki menyingkirkan rambut di kening Crytsal dengan sangat hati-hati. "Kau akan membenciku jika kau mengenalku lebih dari ini."
Crystal bangkit, ia duduk sambil satu tangannya terus mencengkeram pergelangan tangan Chiaki. "Kau selalu mengatakan jika aku adalah wanitamu, maka biarkan aku mengemalmu." Ia menatap Chiaki dengan sungguh-sungguh.
Chiaki menyeka air mata yang mengalir membasahi pipinya Crystal. "Wanitaku tidak cengeng."
Crystal menggeleng dengan pelan. "Aku tidak cengeng."
Chiaki duduk di tepi tempat tidur. "Tidurlah."
Crystal menatap Chiaki seolah-olah ia takut jika pria itu meninggalkannya. "Aku ingin tidur dalam pelukanmu."
Bibir Chiaki mengulas senyum tipis, ia mengangguk. "Aku akan memelukmu."
Seolah tidak percaya dengan apa yang barusan Chiaki ucapkan, Crystal menatap Chiaki dengan tatapan takjub. Ia mengusap kelopak matanya yang masih sedikit sembab menggunakan punggung tangan kemudian berucap, "Terima kasih."
"Crys," ucap Chiaki ketika mereka telah berada di bawah selimut yang sama. Nada suaranya sangat lembut.
Crystal tidak menyahut dengan menggumam pelan, ia enggan menjauhkan wajahnya dari dada pria yang baru saja membuatnya menangis.
"Kau boleh mengenalku, tapi... ada beberapa hal yang harus kita sepakati."
"Sejak awal, aku telah bersedia menyepakati apa pun."
"Aku ingin kau mengukir namaku di tubuhmu."
Crystal tersenyum diam-diam dari balik dada Chiaki. "Aku akan melakukannya."
"Apa kau tahu konsekuensinya?"
"Namamu akan aku bawa hingga aku mati."
"Itu berarti, kau tidak akan kulepaskan, karena kau akan menjadi kelemahanku."
Cukup berat kedengarannya. Tetapi, ia menginginkan Chiaki. Bukan sekedar mengenal pria itu, ia menginginkan lebih dari itu. Seorang pria yang penyendiri dan penuh misteri, pasti memiliki rahasia besar. Dan untuk hal itu, Crystal tidak ingin mundur. "Aku tahu rasanya dikhianati, aku tidak akan mengkhianati."
"Jika kau mengkhianatiku, Cryst, aku tidak akan segan. Pikirkan kembali, kau masih memiliki jalan untuk mengurungkan niatmu."
Crystal mendongak, ia menatap Chiaki. "Aku sama sekali tidak perlu waktu untuk berpikir ulang."
"Aku ingin hanya aku yang bisa melihat namaku di tubuhmu." Chiaki menatap langsung ke mata Crystal.
Ada sedikit ragu menyelinap di benak Crystal, mungkinkah Chiaki sendiri yang akan menorehkan tato di tubuhnya. "Kau sendiri yang akan membuatnya?"
"Kau tidak percaya padaku?"
Crystal mengulurkan tangannya, ia menyentuh cambang di wajah Chiaki. "Kapan kau akan melakukannya?"
Chiaki tersenyum lembut, ia meraih telapak tangan Crystal lalu mendaratkan bibirnya di bagian dalam telapak tangan Crystal. Sangat lembut, bahkan seolah tidak pernah terjadi apa-apa yang membuat Crystal mengeluarkan air mata beberapa menit yang lalu. "Besok, setelah kau selesai berlatih."
Crystal mengangguk. Ia beringsut sedikit untuk mengecup bibir Chiaki dan berucap, "Selamat malam."
Chiaki sedikit mencondongkan tubuhnya untuk mengecup puncak kepala Crystal. "Selamat malam, Ma Chère." Ia lalu memeluk Crystal dengan perasaan bersalahnya karena telah melewati batas hingga membuat Crystal menangis.
Ia mengutuk dirinya, ia mengutuk kebodohannya yang tidak mampu mengendalikan rasa cemburunya saat Crystal diam-diam mencuri-curi pandang ke arah Tian.
Andai posisinya adalah seorang pengusaha biasa, akan mudah mendapatkan Crystal dan mendeklarasikan bahwa gadis itu miliknya. Tetapi, dengan pekerjaannya, ia tidak ingin membahayakan gadis yang ada di dalam dekapannya karena dunia yang ia geluti bukanlah dunia normal seperti yang tampak di permukaan.
Valerius Collin, ayah dari ibu kandung Chiaki adalah ketua mafia yang paling berbahaya di Italia, sedangkan Edgar Storm, pria itu di permukaan adalah pengusaha di dunia musik Eropa. Tetapi, faktanya pria itu juga pria yang berbahaya, pria itu adalah memimpin dunia hitam di Perancis.
Edgar memiliki banyak club malam dan tempat perjudian di beberapa tempat di Perancis yang cukup ternama, tetapi tidak seorang pun tahu siapa pemilik asli tempat itu selain Chiaki dan ayahnya. Begitu juga Valerius, di Italia, ia adalah pemilik sejumlah klub malam dan tempat perjudian di sana.
Chiaki adalah satu-satunya penerus kerajaan hitam di dua negara, ia adalah calon pemimpin dari dua klan yang bisa dikatakan sangat banyak memiliki musuh yang tidak bisa dianggap remeh.
Crystal tidak tahu apa pun tentang itu, ia tidak tahu jika keluarga Winter memproduksi wine dan sampanye yang dijual kepada keluarga Storm dan keluarga Collin. Bisnis mereka telah berjalan dengan sangat baik secara turun temurun, bahkan saat keluarga Storm mengalami masa sulit, keluarga Winter pernah menolong hingga mereka mampu bangkit kembali.
Atas dasar itulah, saat ia mendengar kabar bahwa orang tua Crystal tewas dalam sebuah kecelakaan, Edgar langsung berpikir untuk melindungi Crystal, satu-satunya keturunan resmi keluarga Winter.
Pria itu menugaskan Chiaki untuk mendapatkan Crystal bagaimanapun caranya mengingat gadis itu masih terlalu muda untuk mengurus hidupnya sendiri. Chiaki tidak keberatan untuk melaksanakan apa yang diperintahkan oleh kakeknya, terlebih lagi, ia tahu betul siapa Crystal. Tetapi, ternyata ia kalah satu langkah, Jack telah mengacaukannya, pria itu telah menyingkirkan Crystal.
Keinginannya sangat kuat untuk memiliki gadis yang mencoba bunuh diri hanya karena seorang pria. Setiap kali ia mengingat Crystal yang dengan bodohnya mencoba bunuh diri karena Tian, dada Chiaki terasa membengkak, darahnya terasa menggelegak.
Ia mencintai Crystal, ia ingin Crystal hanya melihatnya, memikirkannya, bukan memikirkan Tian. Dengan perasaan setengah putus asa, ia kembali mengecup rambut di puncak kepala Crystal. Di dalam benaknya ia bersumpah, bertekad akan melepaskan diri dari dunia hitam, ia akan menikahi Crystal dan hidup sebagai pengusaha normal. Bukan dunia bawah tanah yang kelam berhujan peluru dan darah.
Paginya, Crystal membuka mata dan mendapati Chiaki masih terlelap di sampingnya. Entah perasaan macam apa yang melingkupinya, yang jelas ia merasa sangat bahagia terbangun di dalam pelukan Chiaki. Bibir Crystal tersenyum lebar, ia kemudian menggigit bibir bawahnya sambil matanya menatap bibir tipis Chiaki yang tampak merah dan lembut. Crystal memutuskan untuk kembali memejamkan matanya, ia membenamkan wajahnya di dada Chiaki, menikmati paginya yang menyenangkan.
Setelah beberapa saat ia mencoba memejamkan matanya, faktanya ia sama sekali tidak mendapatkan kantuknya. Crystal berniat meninggalkan tempat tidur, ia beringsut dengan hati-hati agar tidak membangunkan Chiaki.
Namun, pria itu justru mengeratkan lengan yang melingkar di pinggang Crytsal. "Mau ke mana?"
"A-aku ingin membuatkanmu sarapan," jawab Crystal acak, ia mendadak merasa gugup menghadapi Chiaki pagi itu.
Chiaki membuka matanya, ia menatap Crystal yang tampak berantakan pagi itu, tetapi masih terlihat cantik. "Apa kau tidak pernah berkeliling di rumah ini?"
Crystal menggeleng cepat, ia memang tidak pernah keluar dari kamar karena maid selalu mengantarkan kebutuhannya ke dalam kamar.
Chiaki tersenyum sambil menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Dasar, Bodoh, tidak ada dapur di rumah ini."
Crystal mengerjapkan matanya. "Lalu makanan yang ada di rumah ini?"
"Hotel kami menyediakan untukmu," ujar Chiaki sambil memindahkan tubuh Crystal ke atas tubuhnya. "Bagaimana jika kau siapkan hal lain yang lebih menggoda di banding sarapan untukku?"
***
"Keparat kau, Chiaki!" umpat Jack setelah membaca berita pagi itu. Ia membanting iPad di tangannya hingga layar benda itu retak dan tidak berbentuk setelah menghantam lantai yang terbuat dari marmer.
Ma Chere = Sayangku
Bersambung....
Jangan lupa tingalkan jejak komentar dan Rate yah, rate gratis plis 🙄🙄🙄🙄🙄
Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.
🍒15. Skin Care EffectCrystal Winter bergabung dengan Storm Studios.Berita itu menghiasi sebagian besar headline berita hiburan di Jerman tetapi juga di Eropa. Bukan hanya Jack yang nyaris tidak percaya dengan apa yang ia baca pagi itu, seluruh pelayan sibuk berbisik-bisik membicarakan kemunculan Crystal yang tidak terduga. Gadis itu tampil mengenakan pakaian dan perhiasan dari brand ternama, masih seperti dulu, tampak sangat cantik saat ia menggesek biola.Dua tahun lalu saat ia menjauhkan Crystal, ia berharap Crystal mengemis, memohon, dan mengiba padanya. Tetapi, ia salah. Gadis yang ia cintai hanya menatapnya dengan tatapan penuh kebencian dan luka lalu meninggalkan rumah keluarga Winter.Dua Minggu setelah Crystal menghilang, ia bertemu Chiaki yang datang untuk bertemu dengannya. Pria itu menawarkan kerja sama bisnis yang te
16. Just a HumanCrystal menatap wajah Chiaki yang tampak serius, pria berambut gondrong itu sedang membubuhkan tato di salah satu bagian tubuh Crystal. Chiaki tidak mengenakan pakaian, ia hanya mengenakan celana pendek yang terbuat dari kain yang nyaman untuk di kenakan di dalam rumah. Rambutnya diikat ke arah belakang menggunakan ikat rambut kecil berwarna hitam, dengan penampilan seperti itu, keseluruhan wajah Chiaki tampak jelas, tidak terhalang rambutnya yang biasanya bagian depan terurai ke sebagian wajahnya.Sesekali Chiaki mendongak menatap ke arah Crystal membuat tatapan mereka beradu sesaat dan setiap kali itu pula, Crystal merasa jika darahnya terkumpul di wajahnya hingga menyebabkan rasa panas hingga menyebabkan kulit pipinya merona."Kurasa, kau harus memotong rambutmu," ucap Crystal memberanikan diri menyuarakan apa yang ada di benaknya. "Juga... kau harus bercukur." Ia mengamati jambang dan kumi
17. Italiano"Crys, letakkan anjingmu di bawah," ucap Maddie, ia tampak kesal menatap anjing berjenis maltese berwarna putih di atas meja makan."Titi tidak mengganggumu," sahut Crystal acuh, ia sedang mengocok adonan es krim menggunakan mixer. "Jika kau terganggunya, kenapa tidak kau saja yang pergi dari sini?""Chiaki memintaku untuk menjagamu." Maddie melotot ke arah anjing yang bernama Titi. Meski anjing itu tampak lucu, tetapi ia sama sekali tidak tertarik.Crystal tertawa kecil karena ucapan Maddie yang menurutnya berlebihan. "Aku tidak dalam bahaya, untuk apa kau menjagaku?""Ya, tapi Bedebah itu menginginkan aku mengawasimu." Chiaki bahkan menginstruksikan agar Maddie tinggal di rumah yang didiami oleh Crystal."Aku tidak akan kabur, lagi pula aku tidak memiliki tempat selain rumah ini." Ada kepedihan saat ia mengucapkan kalimat itu, senyum yang tadinya ter
18. Let Her Know"Kembalilah ke Paris," ucap Rossa yang sedang mengemasi barang-barangnya.Chiaki menyandarkan kepalanya di sandaran sofa, menghisap lintingan kecil berisi ganja dalam-dalam, mata pria itu terpejam seolah sangat menikmati ganjanya."Kau terlihat sangat kacau." Rossa memasukkan alat-alat medisnya ke dalam tas, menuangkan air dari dalam botol minum ke dalam gelas lalu meneguknya beberapa kali. Ia berjalan ke arah putranya. "Kudengar Crystal akan menjadi bintang tamu di sebuah konser?"Chiaki membuka matanya, ia mengamati lintingan ganja yang ia jepit menggunakan ujung ibu jari dan jari telunjuknya. "Ya," gumamnya singkat lalu kembali menghisapnya.Rossa mengamati putranya yang sedang menghisap ganja hingga selesai. "Untuk apa menyentuh barang ini lagi?" Ia mengambil lintingan ganja dari tangan Chiaki.Chiaki mengepulkan asap dari ganja yang ia hisap melalui
19. It's Amazing!Kepala pelayan mengatakan jika Titi telah ditemukan, tetapi hingga tiga puluh menit, binatang lucu kesayangannya itu belum juga kembali bersamanya.Crystal duduk bersila di atas tempat tidurnya, otaknya dipenuhi oleh rasa penasaran dengan kamar yang tidak boleh ia masuki juga penuh dengan rasa bosan, matanya terus menatap pintu kamarnya yang tertutup berharap seseorang datang membawakan Titi untuknya.Suara nada pesan terdengar dari ponsel yang berada di dalam tas membuat Crystal melompat dari atas tempat tidur, secepat kilat ia menyambar tas yang berada di atas meja, dan mengambil ponselnya.Mata Crystal seketika berpendar manakala ia menyaksikan nama pengirim pesan di layar ponselnya. "Chiaki," desahnya.Crystal menggeser layar ponsel menggunakan jari telunjuknya, ia tersenyum membaca isi pesan."Kapan kau kembali?" Crystal menuliskan pertanyaannya ta
At the Same MomentCrystal menyandarkan kepalanya di tepi bathtub, matanya terpejam, sedangkan pikirannya sama sekali tidak menikmati air di dalam bathtub yang beraroma mawar berpadu dengan vanila. Ia memikirkan perkataan Maddie di mobil beberapa saat yang lalu.Maddie tidak mengatakan alasan yang jelas, tetapi Maddie menawarkan padanya cara untuk lepas dari Chiaki dengan cara yang paling aman. Crystal langsung menolak tawaran Maddie yang ia nilai terlalu kejam tanpa sedikit pun ingin mempertimbangkannya terlebih dahulu.Crystal menghela napasnya dalam-dalam lalu mengembuskannya, semakin ia berusaha mengenal Chiaki, justru semakin banyak teka-teki yang memenuhi rongga kepalanya. Dimulai dari sikapnya yang berubah-ubah membuatnya kesulitan mengetahui sifat Chiaki yang sesungguhnya hingga rahasia rumah yang ia tempati, rumah yang berada di pinggiran kota, tanpa dapur, dan kamar yang tidak boleh ia masuki.Chiaki
Chika's PastTidak ada yang salah dari Crystal, tidak juga Chika. Chika menginginkan Crystal, tetapi Crystal tidak. Bukan karena Crystal menolak Chika tetapi karena Chika tidak pernah mengatakan perasaannya kepada Crystal hingga ia meninggalkan dunia ini untuk selamanya."Pergilah ke Jerman, kejar dia." Chiaki kala itu memberikan gagasan kepada adiknya untuk mengejar Crystal."Dia masih terlalu muda untuk kudapatkan sekarang," sahut Chika yang sedang menatap lukisan hasil karyanya. Entah berapa banyak lukisan yang ia buat dan semuanya terinspirasi dari Crystal."Usianya tujuh belas tahun, dia baru saja meninggalkan bangku sekolah menengah atas, dia telah dewasa." Chiaki duduk sambil mengelus bulu-bulu janggutnya. "Kau bisa menyamar sebagai dosen seni lukis atau apa pun di universitas tempatnya kuliah, gunakan kecerdikanmu."Chika tersenyum hambar. "Berpena
His PromisedCrystal meletakkan kepalanya di atas paha Chiaki yang duduk di bersandar pada kepala ranjang dengan posisi kaki berselonjor, sebelah kakinya ditumpangkan di atas kaki lainnya. Mereka menonton acara televisi setelah menyelesaikan makan malam seperti pasangan normalnya yang hidup satu atap, sedangkan tidak jauh dari mereka, Titi meringkuk.Satu lengan Chiaki melingkar di pinggang Crystal sementara satu tangannya memegangi remote control, sesekali ia mengganti siaran televisi saat jeda iklan berlangsung.Chiaki mengalihkan tatapannya dari layar televisi saat ia menyadari jika Crystal menguap. "Kau mengantuk?"Menonton acara debat calon presiden Amerika membuatnya merasa bosan karena ia sama sekali tidak tertarik pada hal-hal berbau politik. "Tidak juga," sahut Crystal disertai gelengan pelan kepalanya.Chiaki tersenyum, ia mengusap rambut di puncak kepala Crystal. "Tidurlah."&n