A Fans
Crystal duduk tepat di depan konduktor, ia memegang biolanya dengan caranya yang anggun, tetapi penuh tekad, juga semangat. Ketika konduktor berambut putih mulai mengayunkan tongkatnya, Crystal menatap konduktor dan mengikuti ketukan tongkat yang diayunkan oleh pria di depannya, ia mulai menggesek biolanya dengan caranya. Sekilas caranya menggesek biola tampak terlalu lemah gemulai, tetapi tidak dengan nada yang dihasilkannya dan itu merupakan ciri khas yang mungkin tidak dimiliki oleh pemain biola lain.
Bibirnya terus mengulas senyum, senyum yang sama sekali tidak ia buat-buat setiap kali ia berada di atas panggung pertunjukan seolah panggung hanya miliknya, seolah ia sedang menunjukkan pada dunia betapa indah nada yang ia hasilkan setiap gerakannya, ia mampu mengajak penonton untuk terpaku ke arahnya tanpa berkedip.
Meskipun kali ini ia berada di dalam orkestra dan posisinya duduk, Crystal sama sekali tidak berp
Looks Messy"D-di mana yang lain?" desah Crystal ketika ia telah berada tepat di depan Chiaki.Chiaki menurunkan satu kakinya, matanya masih tidak meninggalkan wajah Crystal, begitu pula senyum yang masih tergambar di bibirnya. "Duduklah."Crystal merasa kecanggungan melingkupinya dan lebih parahnya lagi, ia merasakan gugup padahal ini bukan kali pertama ia hanya berdua dengan Chiaki. Ia mengejawantahkan perintah Chiaki untuk duduk dikursi yang disediakan untuknya.Selang beberapa detik seorang pelayan pria datang dengan memegang nampan yang berisi dua buah gelas kristal yang dan sebuah botol sampanye diikuti pelayanan lain yang membawakan hidangan dan dalam hitungan menit hidangan telah siap di atas meja dengan penyajian yang luar biasa.Keduanya mulai menyantap makanan yang disajikan tanpa percakapan apa pun di antara mereka, hanya sesekali Chiaki memberikan potongan daging ke mu
I Won'tMaddie sedang mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi saat ponselnya berdering, setengah mengernyitkan dahi ia mengurangi kecepatan untuk menjawab panggilan dari Chiaki."Di mana Crystal?" pertanyaan Chiaki tentu saja mengejutkannya karena baru beberapa menit yang lalu ia meninggalkan Crystal di kamar Chiaki."Dia ada di kamarmu, seperti perintahmu.""Dia tidak ada di sini, hanya ada ponselnya di sini." Ucapan Chiaki terdengar tenang, tetapi Maddie tahu jika Chiaki tidak begitu."Tetap di tempatmu dan bernapaslah dengan benar, aku akan tiba di sana dalam lima menit." Meski tidak tahu pasti apakah Chiaki mengalami serangan hypervetilation atau tidak, setidaknya ia mengingatkan Chiaki. "Aku akan menginstruksikan pegawai hotel untuk memeriksa kamera pengawas." Maddie menambah kecepatannya lalu membelokkan setir mobil untuk memutar arah.Sayangnya pa
Chapter 31Ice CreamMaddie pasti berbohong.Pemikiran itu yang pertama terlintas di benak Crystal saat ia memasuki kamar. Tidak ada kekhawatiran di raut wajah Chiaki seperti digambarkan oleh Maddie, sedikit pun tidak.Kekecewaan melingkupi seluruh rongga dada Crystal, ia kira sikap Chiaki manis hanya kepadanya karena ia adalah wanitanya, simpanannya. Nyatanya terhadap Caren, sikap Chiaki juga manis, berbicara dengan nada lembut, dan yang paling membuatnya merasa iri adalah Chiaki dan Caren berbicara berdua di tengah pesta dengan cara yang terlihat akrab.Ia ingin berada di posisi Caren, ia ingin dirinya diakui keberadaannya. Dengan kata lain keserakahan benar-benar mulai tumbuh dan berakar di dalam dirinya.Mungkinkah jika Caren juga salah satu simpanan Chiaki?"Ayo, kembali ke rumah," ucap Chiaki datar.Crystal hanya bisa mengangguk lalu mengikuti
Chapter 32Ex SisterCrystal meringkuk dengan nyaman, pagi itu tempat tidurnya terlalu hangat untuk ia tinggalkan. Meski matanya masih terpejam, tetapi bibirnya tersenyum. Ia menghirup aroma tubuh pria yang melingkarkan lengannya di pinggangnya dengan cara yang sangat posesif, seperti dirinya. Lengan Crystal juga melingkar di pinggang Chiaki."Kurasa kita perlu sarapan," gumam Chiaki, suaranya terdengar serak."Jam berapa kita pergi ke Jerman?" tanya Crystal, dengan suara yang serak pula."Jam berapa kau ingin?"Bukannya membuka mata, Crystal justru semakin merapatkan tubuhnya pada Chiaki. "Bukankah kau memiliki pekerjaan?""Pekerjaanku bisa menyesuaikan." Chiaki mengunci kedua kaki Crystal menggunakan satu kakinya."Kalau begitu, bisakah kita tidur beberapa menit lagi?"Tadi malam, mereka melalui
Chapter 33ApologiesCrystal mengamati kondisi makam orang tuanya yang sangat terawat, tetapi justru membuatnya tersenyum sinis.Jack, Bajingan itu rupanya merawat makam orang tuanya. Tetapi, itu sama sekali tidak membuat perasaan Crystal bahagia. Pria itu tetaplah pria brengsek di matanya.Ia meletakkan dua ikat bunga lili berwarna putih di atas makam orang tuanya, ia kemudian berjongkok di depan makam ibunya. Sejak memasuki area makam, ia bertekad untuk tidak lagi menangisi kepergian ayah dan ibunya, tetapi saat ia berada tepat di depan makam mereka nyatanya tekad yang telah ia bangun seolah tidak memiliki fondasi."Mom, Dad," isaknya. "Maafkan aku, aku baru bisa mengunjungi kalian. Tapi, aku berjanji, mulai sekarang aku akan lebih sering mengunjungi kalian."Ia menelan ludah, batinnya berkecamuk penuh rasa sakit. Andai waktu bisa diulang, andai ia tahu umu
Chapter 34PregnancyManusia merancang kehidupannya sendiri, tetapi bagaimana pun juga Tuhan yang menentukan hasil akhirnya. Chiaki menempatkan bidak catur dengan sempurna di atas papan, tetapi kemunculan Jack yang terlalu cepat, juga menyaksikan betapa bahagianya Crystal saat mendapatkan kembali seluruh harta peninggalan orang tuanya membuat semua yang telah ia rancang berubah menjadi kepingan-kepingan kecil yang tidak lagi tertata.Rencananya ia ingin membangkrutkan perusahaan keluarga Winter hingga berada di titik nol lalu mengambil alih. Ia berencana memindahkan pabrik anggur ke Belgia dengan pertimbangan jarak tempuh yang lebih pendek. Ia hanya akan menyisakan perkebunan anggur dan peternakan di Jerman, juga mungkin rumah peninggalan keluarga Winter di sana.Namun, semuanya hanya tinggal rencana saat Crystal dengan wajah yang polos menyerahkan semua urusan perusahaan kepadanya. Jika ia membiarkan perusahaan mil
Chapter 35StrangerCaren menyeruput kopi dari cangkir tanpa repot-repot mengangkat cangkir dari atas meja. "Kau tahu? Aku sangat ingin melakukan hal-hal konyol seperti ini bersama temanku."Crystal terkekeh oleh ucapan Caren. "Kau sering melakukannya?""Ini yang pertama." Ia menyeringai lebar, matanya tampak berkilat-kilat karena bahagia."Benarkah?"Caren mengangguk."Biar kutebak," ucap Crystal geli. "Kau menjaga imej di depan teman-temanmu?"Caren menyeringai lebar sambil menggelengkan kepalanya. "Sangat akurat.""Kenapa kau tidak melakukan di depanku?""Entahlah, yang jelas kurasa kau bukan orang yang mementingkan tata krama yang menyebalkan."Crystal tertawa. "Jadi, kau sedang mengataiku tidak mementingkan tata krama?""Kelihatannya ka
Chapter 36Hallucination"Kebetulan ada yang ingin aku sampaikan," ujar Chiaki. Ia menjauhkan punggungnya dari dinding yang ia sandari tanpa melepaskan tatapannya dari wajah Crystal.Kerongkongan Crystal terasa mengering dan jantungnya terasa mengentak-entak penuh dengan kekhawatiran. Ia balas menatap Chiaki meski ia merasa gamang.Chiaki justru terkekeh. "Tidak perlu terlalu tegang, ini justru berita baik untukmu."Namun, sepertinya tidak. Crystal bisa merasakan jika atmosfer di antara mereka berbeda, sangat berbeda. Ia menelan ludah. "Aku ingin mengedarkan berita baik itu."Chiaki meneguk hingga habis anggur di dalam gelas yang ia pegang lalu ia berjalan kembali ke meja untuk kembali mengisi gelasnya yang telah kosong. Pria itu menyandarkan pinggulnya dengan gerakan sangat santai, tatapan matanya melembut. "Crys, kurasa tidak bijaksana jika aku terus menahanmu di