Happy reading and enjoy!
Chapter 42
Jealous of Axel
Rain menatap beberapa potong sandwich yang tersaji di atas meja dengan sorot mata enggan. Sudah tiga hari Cloudy tidak membuat makanan untuknya mereka, wanita itu memesan makanan dari restoran siap saji setiap kali waktu makan, dan bukan hanya itu saja karena Cloudy juga mengacungkannya.
Cloudy bahkan selalu bangun lebih pagi darinya dan yang paling menjengkelkan dari itu semua adalah Cloudy menjaga jarak di tempat tidur. Wanita itu sengaja tidur dengan posisi memunggunginya.
Rain tidak suka diacuhkan, tetapi juga tidak ingin mencoba mencairkan ketegangan di antara mereka, apa lagi persoalan yang membuat Cloudy mendiamkannya hanya masalah sepele dan menurutnya sangat kekanak-kanakan.
Bukankah sudah menjadi rahasia umum jika kebanyakan masyarakat meragukan kinerja depart
Happy reading and enjoy! Chapter 43 Feel Warm Alyssa berjalan memasuki sebuah restoran bernama La Bernardin, yang terletak di tengah-tengah kota Manhattan, tepatnya di W 51st St. Restoran ala Perancis itu merupakan salah satu tempat favoritnya dari sekian banyak restoran yang menyediakan hidangan laut di Manhattan, hingga beberapa kali ia memilih tempat itu sebagai tempat untuk bertemu teman-temannya di saat ia memiliki waktu luang untuk setelah makan seraya mengobrol dan menikmati cocktail. Tetapi, ia tiba-tiba menghentikan langkah dan mengambil ponselnya yang berada di dalam tasnya kemudian ia berbalik meninggalkan tempat itu. "Gabi, apa Bannet ada di rumah?" tanya Alyssa kepada adiknya melalui telepon setelah sedikit berbasa-basi seraya matanya mengawasi keadaan di dalam restoran melalui jendela kaca tempat itu. Suasana tidak terlalu ramai sehingga ia dapat den
Happy reading and enjoy!Chapter 44Shoping?"Selamat pagi, Papa."Suara Cloudy pagi itu membuat Rain membuka matanya. Tidak jauh dari tempat tidur Cloudy berdiri Iry bersama Iry yang berada di dalam gendongannya."Selamat pagi, Papa," sapa Cloudy sekali lagi dengan suara dibuat-buat seperti anak kecil seraya mendekat kemudian duduk di sisi tempat tidur.Rain tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh telapak kaki Iry. "Jam berapa ini?""Ini pukul tujuh," jawab Cloudy seraya tersenyum kepada Iry dan menggoda bayi mungil itu.Rain mengamati dua orang di depannya selama kurang dari sepuluh detik. "Jam berapa kau bangun?""Sekitar lima belas menit yang lalu," jawab Cloudy tanpa mengalihkan pandangannya dari Iry.Rain meng
Happy reading and enjoy! Chapter 45 Liars "Rainer...." Kembali wanita itu mendesahkan nama Rain seraya bangkit dibantu oleh dua orang yang bersamanya. Rain berhenti sekitar dua meter dari tempat wanita itu berdiri, bibirnya mengulas senyum sinis tanpa mengucapkan apa pun. Hanya menatap wanita yang tidak lain adalah ibunya dengan tatapan dingin. Wanita itu mungkin usianya enam puluh lima tahun, gurat tua terlihat jelas di wajahnya, tetapi kejayaan di masa lalu masih membekas. Kecantikannya tidak sepenuhnya memudar termakan usia. Wanita itu melangkah untuk mendekati Rain dan berucap, "Sudah kuduga kau memang setampan ayahmu," ucap Anita. Namun, Rain tidak memberikan kesempatan kepada wanita itu untuk mendekatinya, ia menjauh dan melangkah mengitari makam Ryan kemudian berhenti di samping makam hingga membuat posisinya berada di seberang ibunya berdiri.
Happy reading and enjoy! Chapter 46 Mine! Setelah dokter dan perawat meninggalkan mereka, Robert kembali ke samping ranjang pasien di mana Rian duduk dengan posisi ditopang ranjang. "Aku tidak mengerti kenapa kau bertindak seperti sedang bermain film Fast and Furious," sinis Robert. "Itu menyenangkan, kau harus mencobanya." "Bermain-main dengan nyawaku?" "Tidak juga karena pabrik mobil mendesain air bag dengan kualitas cukup baik. Karena kau sedikit penakut, kurasa kau paling hanya akan menderita luka memar." "Berapa kecepatan mobilmu saat terjadi kecelakaan?" tanya Robert. Sudut bibir Rain terangkat. "Kurasa tidak terlalu cepat karena aku cederaku termasuk sedikit." Sedikit? Robert tidak mengerti mengapa Rain terlihat sangat santai d
Happy reading and enjoy! Chapter 47 Kissing the Rain "Maaf, membuatmu menunggu, Sweet Heart," ujar Etta seraya mengulurkan gelas Starbucks yang berisi Hazelnut Signature. "Kau selalu tahu apa yang kuinginkan," ucap Cloudy kemudian menancapkan sedotan dan menyeruput isinya. "Sebenarnya aku butuh kopi, bukan...." Ia menggelengkan kepalanya dan mengangkat gelasnya sejajar dengan bahunya. "Cocok untuk ibu menyusui." Etta mengedipkan sebelah matanya kemudian duduk di samping Cloudy di bangku tunggu di lorong rumah sakit. Cloudy mendengus pelan. Ternyata Rain dan Etta memiliki kesamaan. "Aku mendambakan kopi, ya Tuhan...," erangnya. Etta terkekeh seraya meletakkan gelas kopi di tangannya ke atas bangku di tengah-tengah antara dirinya dan Cloudy. "Aku tidak akan sanggup tidak mengonsumsi kafein meski hanya sehari."&n
Happy reading and enjoy! Chapter 48 Kissing the Cloud "Kau bisa membuka matamu perlahan, Mr. Holter," ucap dokter yang menangani Rain. "Berapa lama kira-kira mataku akan pulih total?" tanya Rain. Cloudy melirik ke arah dokter yang mungkin berpikir seperti dirinya. Rain bahkan belum mencoba membuka matanya, tetapi justru menanyakan perihal kesembuhannya. "Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhanmu," jawab dokter. Cloudy melihat senyum Rain, tetapi itu bukan senyum ramah. Kemudian ia mengamati wajah Rain, di sudut pelipis kiri pria itu terdapat luka yang mulai mengering dan beberapa memar di sekitar mata yang telah berubah warna menjadi ungu kebiruan. Bulu mata Rain bergetar, kelopak matanya bergerak-gerak, dan perlahan kelopak matanya terbuka. Tetapi, ia kemba
Happy Reading and enjoy. Chapter 49 Little Party for Daddy Marcus memasuki sebuah toko anggur yang cukup ternama, ia tersenyum kepada seorang pegawai toko yang menyambut kedatangannya dengan senyum ramah. "Ada yang bisa kubantu, Tuan?" sapa pegawai itu. "Aku mencari beberapa botol anggur," sahut Marcus. Pegawai itu mengangguk. "Boleh aku tahu untuk perayaan apa anggur yang kau cari? Mungkin aku bisa memberikan saran." Marcus tidak memerlukan anggur mahal seperti ROMANEE-CONTI atau anggur tua berumur 100 tahun yang dipajang Rain di ruang koleksinya. "Bukan perayaan besar, hanya makan malam keluarga," jawab Marcus. "Oh, menarik sekali." Pegawai itu membawa Marcus melewati beberapa orang sedang melihat-lihat pajangan anggur yang tersusun di rak. "Mungki
Happy reading and enjoy! Chapter 50 Rainbow 'Welcome, Papa.' Rain tertawa pelan membaca spanduk yang dibentangkan di ruang utama tempat tinggalnya. Rain mengira beberapa orang pelayan di rumahnya akan berdiri berjejer dengan rapi kemudian mengucapkan 'selamat datang' untuknya. Tetapi, sungguh di luar pemikirannya karena spanduk yang dibentangkan dan petasan kertas juga beberapa balon di samping spanduk, lebih cocok berada di ulang tahun Iry. Bukan untuk menyambut kepulangannya. "Jadi, ini yang disebut pesta kecil?" tanyanya kepada Cloudy. Terdengar sinis, meski tidak terlalu. Cloudy mengambil satu sebuah petasan kertas dan menembakkannya ke arah Rain, membuat potongan-potongan kertas seketika menghujani kepala pria itu. "Selamat datang," serunya. Marcus terkekeh seraya mendekati Rain dan mengalungkan bun