Share
Fakta Menyakitkan
Bab terkait
Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai Desakan Arin
Arga masih diam, otaknya seakan berhenti untuk bekerja bahkan tenggorokannya terasa tercekat. Ia benar-benar tidak menyangka jika fakta menyakitkan ini terjadi pada hidup Naima. Arga pikir Naima hanya sakit biasa, tapi justru lebih dari yang ia kira. Bahkan Naima sudah berkorban demi Alifah, putrinya yang sempat Arga tolak kehadirannya dulu."Apa kamu menyesal setelah mengetahui semua ini, tapi penyesalanmu sudah tidak ada gunanya lagi, Arga. Terlalu dalam dan lama kamu menyakiti hati dan perasaan Naima, orang yang sudah mengabdikan diri selama hampir tujuh tahun. Tapi apa yang dia dapat, hanya rasa sakit," ucap Frans. Mendengar itu Arga hanya diam, karena apa yang sepupunya itu katakan memang benar."Apa Naima masih bisa sembuh?" tanya Arga, setelah cukup lama terdiam. "Kami para dokter tidak bisa menjamin, karena kanker yang Naima derita sudah stadium akhir. Kemoterapi yang Naima lakukan, hanya bisa untuk mencegah agar sel kanker tidak menyebar. Bahkan dokter Ali menyatakan jika Na
Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai Meminta Rujuk
Arga terdiam setelah melihat video itu, tidak menyangka kalau Arin merekamnya dan menyimpannya. Padahal seingat Arga saat itu ia hanya numpang istirahat usai bertengkar dengan Naima. Tapi tidak tahunnya sampai kejadian seperti itu, jika Naima sampai tahu, masih adakah maaf untuknya."Untuk apa kamu merekam dan menyimpannya." Arga menatap wajah wanita yang duduk di sebelahnya. Ia benar-benar kecewa dengan apa yang Arin lakukan.Arin menyunggingkan senyumnya. "Untuk senjata agar kamu tidak ingkar janji, aku merasa kalau kamu ragu untuk menikah denganku. Itu sebabnya aku melakukan ini.""Sial, Arin benar-benar licik. Tapi kalau sudah seperti ini aku tidak bisa berbuat apa-apa." Arga membatin. Otaknya kembali kacau gara-gara video tersebut, ia tidak ingin Naima sampai melihatnya."Arga bagaimana? Aku tidak ingin kecewa gara-gara kamu masih terlalu peduli dengan Naima. Ingat, aku sudah kembali, seharusnya sejak dulu kamu menceraikan perempuan itu," ungkap Arin. Ia akan terus membujuk Arga
Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai Kedatangan Naima
Naima menatap wajah Arga, lelaki yang pernah menghalalkan dirinya. Hampir tujuh tahun lamanya ia mengabdikan diri sebagai seorang istri. Berharap suatu saat nanti pintu hati Arga terbuka untuknya, tapi apa yang terjadi. Justru hanya rasa sakit yang Naima dapatkan, tak ada secuilpun perasaan cinta untuknya.Meskipun Naima nantinya mau memberikan Arga kesempatan, belum tentu ia dapat merasakan kasih sayang atau cinta darinya. Karena nantinya Arga juga akan menikah dengan Arin, justru rasa sakit yang akan ia terima. Cukup sudah selama ini Naima menderita dan merasakan sakit hati karena tak pernah dianggap.Kini Naima ingin bebas, ia ingin hidup tenang tanpa kehadiran seorang suami, menikmati sisa hidupnya seorang diri. Naima rela memberikan hak asuhnya kepada Arga, agar lelaki itu mau menyayangi Alifah. Karena bagaimanapun juga Alifah itu putrinya, darah dagingnya. Meski Arga pernah menolak kehadirannya dulu."Naima." Suara Arga mempu membuat Naima tersadar dari lamunannya. Wanita yang t
Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai Fakta Tersembunyi
Arga menggeleng, ia pikir Naima sudah lupa dengan surat perjanjian itu, tapi nyatanya tidak. Jika sudah seperti ini, Arga tidak akan bisa berbuat apa-apa lagi. Membujuk Naima, rasanya tidak mungkin, mantan istrinya pasti akan menggunakan surat perjanjian itu sebagai senjata. Dan memang Arga akui, dirinya tidak akan bisa berkutik lagi.Sementara itu, Arin yang memang tidak tahu tentang surat perjanjian tersebut masih diam. Wanita itu menatap suami serta Naima secara bergantian. Jika benar Arga dan dirinya harus angkat kaki dari rumah itu sesuai dengan isi surat perjanjian. Itu artinya Arin gagal untuk menjadi nyonya di rumah mewah yang baru saja ia tempati semalam."Mas ini pasti bohong kan? Tidak mungkin rumah ini ... pokoknya aku tidak mau keluar dari rumah ini," ucap Arin. Mendengar itu Naima tersenyum, rasanya senang bisa membalas perbuatan orang licik seperti mereka."Kalau kamu masih ingin tetap tinggal di rumah ini tak masalah. Tapi dengan satu syarat, kamu harus menjadi pembant
Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai Arga Turun Jabatan
Arga menggeleng tak percaya, tapi semuanya ia dengar secara langsung. Tidak mungkin pendengarannya salah, fakta yang telah disembunyikan selama ini. Dan mungkin ibunya tidak akan menceritakan hal tersebut. Mungkin ini alasan kenapa almarhumah neneknya sangat menyayangi Naima."Aku nggak nyangka kalau selama ini mama sudah menyembunyikan rahasia sebesar ini, jika aku bukan anak papa. Lalu siapa papaku," lirihnya. Arga menekan dadanya yang terasa sakit, setelah itu ia memutuskan untuk pulang. Ia mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan Naima, mantan istrinya.Niatnya ingin bertemu Naima telah gagal, Arga terlanjur kecewa dengan kebohongan yang sudah ibunya sembunyikan. Arga tidak menyangka jika Naima adalah anak dari istri pertama ayahnya. Namun yang lebih mengejutkan, jika lelaki yang Arga panggil ayah, ternyata bukan ayah kandungnya.Sementara itu Rianty masih bungkam, ia merasa jika keberadaan Naima sangat berbahaya. Terlebih sekarang mantan menantunya itu sudah tahu kebenarannya, R
Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai Karma mulai Berlaku
Arga merasa jika sikap kakeknya terlalu berlebihan, membela yang bukan cucunya sendiri. Sedangkan Arga yang jelas-jelas cucunya, justru diabaikan seperti orang lain. Ini benar-benar tidak adil, tapi mau protes pun tidak akan bisa. Apapun yang sudah menjadi keputusan kakeknya tidak akan mungkin bisa diubah."Ini benar-benar tidak adil, kek. Aku yang cucu kakek, tapi kenapa diperlakukan seperti orang lain. Sedangkan dia yang jelas-jelas orang lain justru kakek perlakuan seperti cucu sendiri," ungkap Arga dengan raut wajah kecewa serta menahan amarahnya. "Apanya yang tidak adil, kalau saja kamu tidak membuat ulah. Mungkin semuanya masih tetap menjadi milikmu, itu sebabnya jangan bertindak sembarangan," sahut Surya dengan begitu santai. Berharap cucunya itu mau berubah, walaupun Arga anak dari hasil perselingkuhan, Surya tetap menyayanginya. Hanya saja ia tidak suka dengan sikapnya yang mungkin menurun dari ibunya itu.Arga hanya menghela napas lalu menyenderkan kepalanya di sandaran sof
Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai Sebuah Ancaman
"Dok apa tidak cara lain, selain operasi. Maksud saya selain harus mengangkat rahimnya?" tanya Arga. Berharap jika ia dan istrinya masih diberi kesempatan untuk memiliki seorang anak."Tidak ada, Pak. Kami harus melakukan tindakan ini, apa lagi ibu Arin mengalami pendarahan. Kalau, bapak setuju silahkan tanda tangan," sahut dokter yang menangani Arin. Tidak ada pilihan yang lain, dengan terpaksa Arga menyetujuinya."Baik, Dok." Arga mengangguk, setelah itu ia beranjak meninggalkan tempat tersebut. Selain untuk tanda tangan, Arga juga harus membayar biaya operasi istrinya.Setelah semuanya beres, Arga bergegas kembali, karena operasi juga akan dilakukan saat ini juga. Beruntung uang dalam tabungan masih cukup untuk membayar biaya operasi Arin. Tapi untuk ke depannya, Arga harus lebih giat bekerja, karena ATM miliknya sudah terkuras cukup banyak. Gaji sebagai OB mungkin hanya cukup untuk makan saja, terlebih Arin yang tidak bisa memasak."Sudah kamu bayar biaya operasi Arin?" tanya Rian
Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai Meminta Hak Asuh
Rianty masih diam, ia tidak ingin dipenjara karena dirinya tidak merasa bersalah. Rianty mundur satu langkah, Naima dapat melihat dari raut wajahnya. Jika mantan ibu mertuanya benar-benar ketakutan, hal tersebut membuat Naima menyipitkan matanya. Kesombongan serta keangkuhan yang biasanya Rianty tunjukkan, kini seakan lenyap."Awas saja kalau kamu berani melaporkan saya ke polisi. Kamu akan tahu sendiri akibatnya." Setelah cukup lama terdiam, kini Rianty kembali bicara. Wanita itu memang sangat pandai mengancam."Aku tidak takut, toh sudah ada buktinya. Dan mama pantas untuk mendapatkan balasan atas perbuatan yang sudah dilakukan," sahut Naima dengan begitu tenang. Menghadapi orang seperti Rianty memang harus dengan kepala dingin dan hati yang tenang."Itu tidak akan pernah terjadi, kamu itu hanya perempuan kampungan dan miskin yang tak bisa apa-apa." Setelah mengatakan itu Rianty melenggang pergi meninggalkan Naima yang masih berdiri. Wanita berjilbab itu hanya menggeleng melihat sik
Bab terbaru
- Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai Video di Hari Pernikahan
- Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai Bertemu Mantan
- Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai Permintaan Terakhir Naima
- Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai Memutuskan untuk Kembali
- Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai Datang Kembali
- Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai Lamaran
- Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai Dilabrak Pelakor
- Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai Kepergok Selingkuh
- Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai Meminta Hak Asuh
