Naka dan Surya saling memandang. Kemudian, Naka berbalik untuk pergi.Surya melihat punggung Linda. Sebelum dia bisa mengatakan apa-apa, Linda berkata terlebih dahulu, "Bagaimana? Apakah semuanya lancar di Kamber selama ini?""Ya, itu nggak buruk." Surya awalnya berpikir bahwa Linda akan menyalahkannya dan marah padanya, tapi dia tidak menyangka bahwa Linda akan peduli padanya. Ini mengejutkan Surya.Linda berjalan dengan langkah kecil, memutar pinggang rampingnya, lalu berjalan mendekati Surya. Dia mengangkat lengannya, membelai sisi wajah Surya. Dia mengatakan dengan penuh kasih sayang sambil cemberut, "Lihat dirimu, kamu jadi lebih kurus selama beberapa waktu ini.""Kamu tunggu saja, aku akan membuatkanmu semangkuk mie sekarang. Aku akan menambahkan dua butir telur supaya kamu bisa mendapat energi."Setelah mengatakan itu, Linda langsung melangkah keluar. Surya menghela napas lega, tersenyum sedikit, lalu menatap Linda sambil berkata, "Cepatlah sedikit.""Aku mengerti, kamu tunggu s
Surya berpikir sejenak. Mengingat Konsorsium Pelita sekarang ada di Juwana, mau tidak mau mereka pasti akan berurusan dengan museum jika ingin mendapatkan posisi di Juwana di masa depan. Bagaimanapun juga, Surya juga adalah seorang patriotik. Rumah Lelang Konsorsium Pelita sudah didirikan oleh Konsorsium Pelita di luar negeri, sehingga mereka sering menerima beberapa koleksi Aerovia yang hilang di luar negeri.Meskipun hanya ada sedikit koleksi-koleksi yang bisa dibilang barang-barang berkelas tinggi seperti harta nasional, masih ada banyak barang kecil yang memiliki banyak kenangan dan layak untuk dikoleksi.Karena koleksi tersebut sangat berarti bagi Aerovia, jadi Surya sudah lama berpikir untuk mengumpulkan kembali koleksi tersebut, lalu mendonasikannya ke museum secara gratis.Sekarang, Wirdo berinisiatif untuk menghubungi Surya. Ini jelas memberikan kesempatan kepada Surya untuk menunjukkan ketulusan hatinya.Surya berkata, "Baiklah, kalau begitu besok pagi kamu ikutlah denganku."
Surya sudah bertemu dengan banyak orang, juga melihat berbagai macam karakter manusia. Karena Wirdo berbicara seperti itu, ini menunjukkan bahwa dia pasti akan mengajukan permintaan selanjutnya. Jika permintaannya tidak begitu berlebihan, Surya bisa dengan terpaksa menyetujuinya. Untuk menghindari situasi menjadi canggung, Surya buru-buru berkata, "Benar, volume transaksi Rumah Lelang Konsorsium Pelita memang besar.""Tapi, karena ini adalah rumah lelang, kami hanya mendapat keuntungan dari selisih harga. Barang itu sendiri bukan milik rumah lelang, jadi keuntungannya nggak begitu banyak, hanya seadanya saja."Saat Wirdo mendengar Surya berkata demikian, dia terkejut sejenak. Kemudian, setelah memahami maksud Surya, dia mengangguk sembari berkata, "Ini wajar. Karena pada dasarnya, orang yang berbisnis pasti pernah mengalami kerugian. Aku tahu Konsorsium Pelita juga memiliki kesulitannya sendiri, jadi permintaanku nggak akan terlalu tinggi."Surya dan Linda saling memandang, mengerutkan
Surya mengangguk sambil berkata, "Meskipun sikap Pak Wirdo nggak begitu baik, Konsorsium Pelita memang perlu melakukan sesuatu untuk Juwana. Karena Pak Wirdo memiliki niatan ini, kita bisa mengikuti arus saja. Lagi pula, sumbangan koleksi ini nggak akan dijual.""Bukankah Pak Wirdo tadi mengatakan itu? Angka 2 miliar hanyalah sebagai syarat, nggak akan menggantikan nilai sebenarnya."Linda mengangguk, lalu menjawab, "Aku harap begitu. Tapi aku penasaran, apa yang akan kamu lakukan kalau Pak Wirdo menjual koleksi ini?"Surya tahu bahwa Linda sedang bercanda dengannya, tapi dia membalas dengan serius, "Kalau sampai ini terjadi, aku pasti akan mengambil semuanya kembali.""Baiklah, ayo naik ke mobil.""Ya."Linda pergi mengambil mobil, sementara Surya berdiri menunggu di pinggir jalan. Saat itu, sebuah mobil McLaren berhenti di pinggir jalan. Salah seorang pria mengenakan jaket kulit dengan rambut bergelombang turun dari mobil. Sementara dari kursi penumpang turun seorang pemuda dengan ra
Meskipun Surya bisa mencari barang antik yang mengandung energi spiritual dan kekuatan khusus untuk memberi persembahan di altar Dewa Naga, lalu mendapatkan rahmat naga. Namun, karena sekarang ada kaldron perunggu, Surya sangat ingin tahu berapa banyak aura naga yang dapat disimpan oleh kaldron perunggu tersebut.Tanpa ragu, Surya mengendalikan aliran aura di dalam tubuhnya, lalu melepaskannya melalui pori-porinya. Seiring dengan pelepasan aura naga, tekanan di dalam tubuh Surya mulai berkurang. Aura naga yang dilepaskan terus berputar di sekitar Surya. Dengan pikirannya, Surya mengendalikan aura naga, lalu mengangkat kaldron perunggu.Kaldron perunggu terus berputar di udara. Kemudian, dengan cepat menelan semua aura naga yang dilepaskan Surya.Surya menatap kaldron perunggu sambil menunjukkan ekspresi tidak percaya. Kemudian, Surya merasa sangat gembira. Dia tahu bahwa dia sudah mendapatkan harta karun. Dengan senang hati, Surya buru-buru berlatih. Dengan aliran aura naga, tubuhnya b
"Jangan khawatir, Kak. Serahkan saja masalah ini padaku," balas Raka.Setelah makan, Rio berkata, "Akhir-akhir ini aku punya banyak waktu luang, jadi aku melatih keterampilan mengemudiku. Aku pikir aku sudah mencapai tingkatan puncak dalam kemampuan mengemudi."Surya tersenyum simpul, menepuk bahu Rio, lalu berujar, "Kamu bukannya berlatih kultivasi dengan keras, tapi malah berlatih keterampilan mengemudi. Sepertinya sikap kekanak-kanakanmu nggak pernah hilang, ya?"Rio membalas sambil tersenyum, "Tentu saja. Bagi seorang kultivator, berlatih kultivasi memang adalah hal yang penting, tapi sedikit hiburan juga diperlukan."Raka berkata, "Baiklah, aku akan bersaing denganmu untuk melihat siapa yang lebih cepat.""Raka," panggil Surya.Rio menjawab, "Baiklah, ayo kita balapan dengan dua mobil."Raka melirik Surya, mengangkat satu jari sembari berkata, "Satu mobil."Rio bertanya dengan ekspresi bingung di wajahnya, "Bagaimana kita bisa bersaing hanya dengan satu mobil?"Raka menjawab, "Kam
Rosa melihat sesuatu yang aneh dalam ekspresi Surya. Dia mengerutkan kening sembari bertanya, "Kenapa? Apa ada sesuatu yang terjadi?"Surya menatap Rosa, menjawab pertanyaannya, "Apakah Organisasi Tongin tahu sesuatu tentang kondisi Kamber?"Rosa adalah anggota Organisasi Tongin, jadi dia pasti mengetahui beberapa informasi internal Organisasi Tongin. Rosa mengangguk, lalu menjawab, "Kamber dikendalikan oleh orang-orang dari dua faksi utama, Faksi Daun Merah dan Faksi Daun Hijau. Awalnya, Organisasi Tongin juga berspekulasi tentang apa yang terjadi kali ini. Konferensi internasional nggak akan mengajukan keberatan secara terbuka. Pada akhirnya, semua ini akan diserahkan pada pihak Kamber untuk menyelesaikan masalah secara internal.""Pada akhirnya, hasilnya sesuai dengan apa yang kami duga, ternyata memang demikian.""Lalu ... seberapa banyak yang kamu ketahui tentang Faksi Daun Merah dan Faksi Daun Hijau?" Surya bertanya lagi, ingin mengetahui lebih banyak dari Rosa, melihat apakah Or
"Apa kamu tahu betapa sombongnya bocah itu tadi?"Rio keluar dari mobil dengan wajah muram, lalu berkata, "Pak Raka, orang itu nggak mau hidup. Kita nggak perlu bersaing dengannya. Cepat atau lambat, orang seperti itu akan bertemu dengan seseorang yang lebih kejam darinya.""Sialan, sebaiknya jangan sampai aku melihatnya lagi lain kali!" Raka menendang botol air mineral yang tergeletak di tanah. Surya melangkah mendekat, lalu bertanya, "Rio, ada apa dengan kalian? Apa yang terjadi?"Rio menjawab dengan wajah muram, "Aku dan Pak Raka sedang balapan mobil di luar. Di tengah jalan kami bertemu dengan seseorang yang nggak takut mati. Orang itu mengendarai McLaren. Dia mengira kami sedang menantangnya, jadi dia mengejar kami. Dia bahkan menghalangi jalan di tengah perjalanan. Pak Raka merasa nggak terima, jadi dia mau menantangnya, tapi aku menghentikannya.""Jadi, dia sangat marah saat ini."Surya menenangkan Raka dengan mengatakan, "Sudahlah. Raka, jangan marah lagi. Kalian hanya berkenda