Ajeng berusaha untuk tidak memikirkan pembicaraannya dengan Oma Ana tempo lalu. Ia terusik, itu jelas. Namun ia berusaha untuk mengabaikan pikirannya dan memilih untuk fokus pada pekerjaannya.
Ajeng juga kuliah seperti biasa, ia masih tinggal bergantian di kediaman Lucas-Gisna dan Syaquilla-Gilang, namun ia berusaha untuk menutup telinga dan tidak mencari informasi apapun tentang Ilker, Ilsya ataupun Ayeleen.
Namun sekuat apapun ia mencoba menghindari informasi, informasi itu tetap saja datang sendiri kepadanya.
"Ilsya bilang dia gak suka sama tantenya." Ucap Hanna suatu sore saat Ajeng dan kedua kakak angkatnya janjian bertemu di sebuah mall untuk makan bersama.
"Ilsya bilang dia lebih suka main sama kak Ajeng daripada tantenya. Dia juga nanya Hanna kenapa kak Ajeng gak tinggal lagi sama dia. Hanna bilang, Hanna akan tanya kak Ajeng kalo ketemu."
Benarkah Ilsya berkata seperti itu? Tapi jelas Hanna dan Ilsya sama-sama masih bocah ingusan. Tidak mu
Main kucing-kucingan antara Ajeng dan keluarga Adskhan-Caliana tak bisa dihindari karena keadaan tak terhindarkan muncul. Itu adalah pernikahan Rayyan dan Silvania. Ajeng merasa cukup heran karena mendapat pemberitahuan yang mendadak kalau dua orang itu akan menikah. Entah dia yang selama ini terlalu tak peduli atau terlalu memikirkan dirinya sendiri sampai tidak menyadari ada yang berbeda diantara keduanya. Atau memang karena semuanya memang berjalan terlalu cepat. Ajeng tahu Rayyan memutuskan untuk meninggalkan kediaman orangtuanya demi menghindari fitnah, alasan yang sama kenapa Ajeng dibiarkan turun dari kediaman Adskhan-Caliana, namun ia tak menyangka kalau alasan aslinya karena cinta. "Akhirnya, playboy tobat juga." Celetuk Falisha, kakak tertua Rayyan tepat di samping Ajeng. Ajeng menoleh memandangnya dengan raut bingung. "Kalo Rayyan nikah, berarti tinggal satu lagi playboy keluarga kita yang tersisa. Dan itu juga aku yakin gak akan lama lagi
Dua minggu kembali berlalu dan Ajeng kembali terpaksa hadir dalam pesta yang dibuat keluarga Levent.Ya, ini adalah hari pernikahan Mirza dan Halwa. Putra bungsu pasangan Caliana-Adskhan, adik Syaquilla, adik dari Ilker pula.Jika diperbolehkan, yang Ajeng inginkan adalah tidak hadir dalam acara itu. Karena ia benar-benar ingin menghindar.Bukan dari keramaian, tapi ingin menghindar dari Ilker dan juga menghindar dari Nyonya Caliana yang selalunya membuat jantungnya berdebar kencang dengan cara yang berbeda setiap kali ia melihatnya, atau setiap kali mereka tanpa sengaja beradu tatapan.Ajeng ingin membuat alasan. Tapi semakin dipikir, semua alasan yang ia miliki terdengar tak masuk akal. Dan juga jika dia tidak datang, hal itu hanya akan menimbulkan kecurigaan dan perasaan tak nyaman antara dirinya dan keluarga angkatnya.Di saat seperti ini, Ajeng merasa menyesal, kenapa ia malah lari ke kediaman Syaquilla? Kenapa ia tidak bekerja di kota yang be
Mendengar suara Ajeng, Nyonya Caliana yang tengah berjalan di belakang suaminya menoleh."Kenapa sama Opa, Oma?" Tanya Ajeng khawatir seraya mendekat dengan langkah cepat.Nyonya Caliana tampak terkejut. Wanita berusia awal enam puluhan itu terlihat waswas. Matanya memandang sekeliling area sebelum menjawab. "Tidak apa, hanya kelelahan." Jawabnya tampak sedikit gugup.Supir membuka pintu bagian belakang dan kedua orang bertubuh kekar yang membantu membopong tubuh Tuan Adskhan mendudukkan Tuan Adskhan dengan sangat hati-hati. Ajeng tidak bisa melihat wajah Tuan Adskhan karena tubuh pria itu terhalang oleh tubuh para pria bertubuh kekar itu.Ajeng kembali memerhatikan Nyonya Caliana yang berjalan memutari bagian belakang mobil untuk masuk lewat pintu lain. Sebelum memasuki mobil, wanita itu berkata."Kembalilah ke pesta. Acara belum usai." Perintahnya dengan tegas dan tanpa bicara apa-apa lagi masuk ke dalam dan mobil langsung melaju dengan cukup ken
"Ini Gila!""Ini gak masuk akal!""Apa-apaan! Ini bukan permintaan yang masuk akal!"Ajeng berharap kalimat-kalimat itulah yang dia dengar dari orang-orang di sekitarnya. Namun sayangnya, yang ia dengar adalah keheningan. Keheningan yang cukup panjang. Seolah semua orang tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing."Kalau begitu, lakukan saja." Ucap Faiqa yang membuat Ajeng terenyak dari duduknya dan memandang wanita itu dengan bingung."Iqa!" Seruan itu terdengar dari Falisha. Ajeng dan beberapa orang lainnya kini mengalihkan perhatiannya pada Falisha. "Itu bukan ide yang buruk." Ucapnya yang membuat semua orang kaget. Karena jujur, Ajeng pikir wanita itu akan menolak ucapan Faiqa tapi nyatanya wanita itu malah tersenyum dan menganggukkan kepala."Fali!" Kini Tuan Lucas berujar menegur putri sulungnya."Apa masalahnya, Pa?" Falisha memandang ayahnya dan bertanya dengan nada yang lebih sopan. "Apa yang Uncle inginkan itu mas
Ajeng memandang Ilker dengan tatapan tak percaya. Dia menuntut penjelasan dari pria itu tanpa suara, namun Ilker sama sekali mengabaikannya."Jadi, kapan pernikahannya akan dilaksanakan?" Tanya Ilker lebih kepada ibunya.Ibunya bangkit dari duduknya dan mengusap air matanya dengan kasar."Siapa bilang kalau aku akan mengijinkan Ajeng menikah denganmu?!" Tanya Tuan Lucas dengan kasar yang membuat suasana ruangan semakin menegang."Aku tidak butuh ijin Uncle untuk menikahi Ajeng. Dia tidak butuh Uncle untuk menjadi walinya karena dia anak yatim piatu, bukan begitu?" Tanya Ilker kasar pada pamannya yang membuat Lucas terdiam.Sadar atau tidak, ucapan Ilker juga berhasil menyakiti Ajeng. Mengingatkan Ajeng akan siapa dirinya yang sebenarnya. Bahwa sekalipun Tuan Lucas menyebutnya dengan kata putriku’, dia tetaplah orang luar yang dibawa masuk."Itu tidak mengubah fakta kalau dia ada di bawah perlindunganku sekarang." Tuan
PERNIKAHAN BERLANGSUNG.Pagi hari Ajeng dijemput oleh mobil keluarga dan kemudian dibawa ke rumah sakit dimana Tuan Adskhan dirawat.Ya, pernikahan Ajeng dan Ilker memang akan dilaksanakan di rumah sakit, secara sederhana dan hanya dihadiri oleh anggota keluarga.Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, pernikahan Ajeng dan Ilker akan dilakukan secara agama terlebih dulu, baru kemudian didaftarkan di KUA, atau mungkin sebenarnya saat ini sudah di daftarkan, Ajeng tidak tahu.Sampai saat Ajeng dijemput, orangtua angkat Ajeng tidak banyak bicara. Ajeng tahu, sampai saat ini ayah angkatnya masih tidak memberikan restu pada Ilker untuk meminangnya. Tapi Ajeng berpikir kalau ini semua dia lakukan untuk kebaikan semua orang, untuk kebaikan ayah angkatnya sendiri. Karena Ajeng yakini, jauh di lubuk hatinya, ayah angkatnya itu ingin Tuan Adskhan kembali sehat.Setelah menengok Tuan Adskhan sejenak, Ajeng kemudian digiring ke salah satu kamar tidu
ILKER BERDIRI dengan perasaan tak menentu. Ia gelisah sepanjang malam memikirkan pernikahannya dengan Ajeng.Ini bukan pernikahan pertamanya, tapi tetap saja, mau tak mau ia harus mengakui kalau ia merasa gugup.Pagi hari, dua sepupunya sudah datang menjemputnya. Mengatakan kalau mereka takut Ilker berubah pikiran di detik-detik terakhir dan memilih untuk lari sebelum pernikahan dilangsungkan.Gila. Random sekali pikiran mereka. Kalau memang Ilker ingin lari, kenapa dia tidak lari dari berhari-hari yang lalu? Pikirnya sinis.Dia justru sangat siap menghadapi pernikahan ini, terlebih membayangkan pembalasan dendam yang akan ia lakukan pada Ajeng setelahnya membuat ia tidak bisa menghilangkan senyum licik di wajahnya.Ilker mandi dengan santai, tidak terburu-buru meskipun para sepupunya memintanya demikian.Walau bagaimanapun, sekalipun pernikahan ini akan dilangsungkan secara sederhana, Ilker tetap ingin terlihat sempurna.Saat melangk
"MAU KEMANA?" Tanya Ilker dengan nada dingin yang membuat bulu kuduk Ajeng merinding seketika."A-anu..""Jadi kau berniat untuk tidur terpisah denganku?" Tanya Ilker lagi dengan alis bertaut dan tatapan dinginnya yang membuat Ajeng menelan ludah dengan susah payah."Bu-bukan begitu, Sir. Aku...""Sir?" Seru Ilker dengan nada yang cukup tinggi. "Kau memanggilku, suamimu, dengan sebutan Sir?" Tanya Ilker dengan nada tak suka.Ajeng dibuat semakin serba salah karenanya. "A-anu.. itu..." Kenapa Ajeng mendadak menjadi gagap seperti ini? Ini seperti bukan dirinya. Keluhnya dalam hati."Ikuti aku." Perintah Ilker dan tanpa menunggu jawaban Ajeng, pria itu berjalan menjauh, melangkah menuju kamarnya sendiri.Ilker membuka pintu dan menahannya tetap terbuka, menunggu Ajeng menyusulnya.Dengan jantung berdebar kencang tak karuan, Ajeng melangkah masuk ke dalam kamar dan sesaat setelahnya, Ilker menutup pintu d