"Zoya!" gumam El dengan bingung. Bagaimana bisa Zoya berada di sini, di samping mobil Dareen. Bukankah tadi Zoya meminta ijin untuk pergi ke kamar mandi. Kenapa sekarang dia sudah berada di sini. Pikir El kemudian.
"Tidak ada Tuan! Saya hanya memberitahu anda soal anak laki-laki yang merangkul bahu Zoya!" ujar El dengan memperhatikan wajah Dareen dari depan kaca spion."Jalan!" suruh Dareen dengan nada sedikit ketus. Dareen memikirkan saat bahu Zoya di rangkul oleh seorang anak laki-laki dengan begitu akrabnya. Bagaimana bisa? Pikir Dareen."Baik tuan!" sahut El dengan terus memperhatikan wajah Dareen sampai El menjalankan laju mobilnya."Hah!" terdengar hembusan napas kasar dari mulut Dareen. Apakah Dareen sedang memikirkan Zoya? "tidak! Memangnya apa urusan gadis bodoh itu denganku? Aku sama sekali tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh gadis bodoh itu di luar jam kerjanya bersamaku!" batin Dareen, bergumam tidak jelas, memikirkan tentang Zoya yang akhir-akhir ini mengusik pikirannya."Apakah anda sedang memikirkan Zoya tuan! Aku harap begitu. Semoga saja tuan bisa melupakan kisah masa lalu tuan bersama
"Ayolah Zoya! Aku ini kan sahabat mu yang paling baik, tampan dan juga mempesona," ucap Gio dengan memuji-muji dirinya sendiri, "selain itu, aku ini juga adalah orang yang dapat di percaya. Aku bisa menyimpan semua rahasia apapun yang keluar dari mulutmu!" lanjut Gio dengan lebih meyakinkan Zoya."Kau ini bicara apa sih! Aku benar-benar tidak mengerti tahu!" balas Zoya yang masih terus mengelak. Namun bukan Gio namanya, jika ia tidak bisa memaksa Zoya untuk berkata jujur dan mengakui segalanya."Cepat katakan Zoya! Kalau tidak, aku tidak akan mentraktir mu makan siang lagi," ujar Gio dengan ancamannya."Apa-apaan itu, kau mengancam ku. Ini tida adil, " balas Zoya dengan membelalakkan mata, bisa-bisanya Gio mengancamnya dengan ancaman seperti itu."Semuanya adil dalam kasus tanya jawab Zoya. Aku bertanya padamu dengan cara mengancam, karena kau tidak mau memberitahu ku. Dan kau menjawab karena mendapa
Plak! Plak! Plak! El menampar wajah dua orang pria muda dan pria paruh baya secara bergiliran. Tanpa ampun dan tanpa kasihan. Plak! Plak! Dua orang pria berbeda generasi itu hanya terdiam, tidak melakukan perlindungan apalagi memberikan perlawanan. Keduanya berdiri terdiam membisu, hanya menerima setiap tamparan yang El berikan kepada mereka secara bergantian. "Berani-beraninya kalian berdua menjadi kucing pencuri di perusahaan Atmaja Group! Kalian mau mati hah!" ujar El dengan nada bicara yang berapi-api, merasa sangat kesal dan geram kepada kedua orang pria di hadapannya. Berani-beraninya mereka berdua melakukan penggelapan uang di perusahaan Dareen. Plak! "Ampuni kami sekretaris El!" ujar seorang pria paruh baya yang duduk bersimpuh di hadapan El. "Lepas! Aku tidak sudi kau memegang kakiku seperti ini," balas El dengan menggerakkan kakinya ke sa
Saat pertama Zoya berangkat hingga pulang dari sekolah. Suasana terasa ada yang berbeda dan terasa sangat ganjal untuk Zoya, dimana biasanya sang adik yaitu Mayra, selalu mengganggunya dengan berbagai macam cara agar Zoya merasa tersakiti dan terhina. Kini, hari Zoya terasa lebih berbeda. Lebih tenang tentunya.Zoya tidak melihat sosok Mayra muncul di hadapannya. Bahkan, batang hidung Mayra pun tak terlihat sama sekali. Padahal jelas-jelas Zoya melihat, jika Mayra tadi pagi sudah memakai seragam sekolah. Tapi Zoya tak melihat keberadaan Mayra di sekolah sama sekali, setelah dari rumah."Kenapa Zoya?" tanya Gio saat Zoya hendak keluar dari gerbang sekolah, "kau rindu dengan kejahilan dari adik tersayangmu itu?" tanya Gio kembali, dengan tangan yang seperti biasanya. Merangkul sang kawan bicara yang sedang ia tanya."Huh! Lepaskan tanganmu!" kesal Zoya, karena gio selalu saja merangkul bahunya. Walaupun Gio sudah terbiasa
"Cupu!" kata El dengan wajah mencibir ke arah wajah Gio. Membuat Gio membelalakkan mata serta rasa percaya diri yang luntur dalam waktu sekejap mata."Hah!" kaget Gio, "menyesal aku tadi memujinya!" lanjut Gio dalam hati. Ia sama sekali tidak mempunyai keberanian untuk mengatakan secara langsung kepada El."Cepat masuk!" kata El dengan nada memerintah kepada Zoya. Namun pandangannya masih tertuju pada sosok pria berkacamata bernama Gio, hingga menimbulkan kesalahpahaman."Sa-saya sekretaris El?" tanya Gio dengan nada bicara yang gugup. Ia benar-benar menyangka, jika El menyuruhnya untuk masuk ke dalam mobil."Bukan!" jawab El membuat hati Gio kembali hancur berkeping. Ia yang sudah percaya diri dengan ajakan El barusan. Harus menelan lagi rasa percaya dirinya itu untuk diri sendiri."Lalu! Anda menyuruh siapa sekretaris El?" tanya Gio ragu-ragu."
"Kenapa kau menjemputku? Apa tuan akan menghukum ku karena kejadian tadi pagi?" tanya Zoya dalam hati. Ia sedikit takut untuk bertanya kepada El, karena sesuatu yang dia sendiri tidak mengetahui apa alasan di balik ketakutannya itu.Hening!Tidak ada yang membuka suara sampai mobil berhenti di sebuah gedung mewah yang menjual berbagai pakaian dan barang mewah lainnya, yang hanya bisa di beli oleh orang-orang yang mempunyai banyak uang."Butik!" heran Zoya. Ia bertanya-tanya dalam hati. kenapa dirinya di bawa ke sebuah butik? Apakah El akan membelikannya sebuah baju? Zoya rasa itu tidak mungkin. Atau mungkin, El akan menyuruh Zoya untuk bekerja di butik ini? Sepertinya itu sedikit masuk akal. Pikir Zoya lagi. Terus menerus memikirkan hal yang sama sekali tidak akan El lakukan pada Zoya."Keluar!" kata El dengan nada memerintah. Dan Zoya langsung keluar dari dalam mobil, mengikuti langkah El yang sudah berjala
"Apa? Apa yang akan kalian rencanakan padaku? Apa kalian akan menjualku untuk dipekerjakan di butik ini?" tanya Zoya dalam hati. Ia sangat ketakutan dengan apa yang baru saja di obrolkan oleh Dareen dan juga El. "Bagusnya dia kita apakan Tuan?" tanya El lagi, sepertinya ia belum kapok dengan jawaban dari Dareen yang mengatainya bodoh. "Mau di apakan juga dia tetap saja jelek. Tidak menarik sama sekali!" ujar Dareen dengan mata yang tertutup rapat, dan kepala yang ia sandarkan pada dinding sofa, dengan tangan yang menjadi sandarannya. "Aku memang jelek! Tapi kau tidak usah memperdalam kejelekan ku itu dengan kata-kata mu yang pedas itu Tuan! Aku sudah merasa sadar diri, dengan tampangku yang seadanya ini. Dan kau membuatku merasa sangat jelek dengan ucapanmu itu. Itu sangat jahat sekali!" Zoya berteriak-teriak dalam hati, membenarkan semua yang Dareen katakan. Namun juga merasa sangat kesal kepada
"Dareen!" kata Megan, "kenapa kau membiarkan wanita manis ini berpenampilan seperti ini? Kau benar-benar kejam!" sambung Megan dengan mata yang terus menerus tertuju pada penampilan Zoya."Hei El, katakan pada wanita yang tidak berhenti mengoceh itu. Apakah aku mengenalnya?" kata Dareen dengan raut wajah datar seolah ia memang tak mengenal Megan.Megan membelalakkan matanya saat mendengar ucapan Dareen barusan. Terlebih lagi saat ini, ada Zoya yang mendengar ucapan Dareen dengan sangat jelas. Dareen benar-benar mengacaukan harga diri seorang Megan. Kesal Megan dalam hati."Kau memang jahat! Pria menyebalkan!" kata Megan dengan wajah kesalnya, menatap Dareen dengan perasaan ingin mencekik."Lakukan saja tugasmu Megan! Kau seperti tidak tahu Tuan saja!" kata El memperingatkan, dan Megan kembali menunjukkan wajah kesalnya pada El. Namun di detik berikutnya, ia kembali menormalkan wajahnya, lalu me