Setelah mengatakan itu pamannya David menoleh ke arahku lalu berjalan meninggalkan kami. Lily yang masih berkeinginan untuk berbicara dengan pamannya David pun segera mengejar laki-laki itu. Tapi ketika ia menginjakkan langkah ketiga, Lily pun berhenti lalu menatapku dengan tatapan marah. “Ana, kau sengaja kan memancing-mancingku untuk mengatakan hal yang sebenarnya karena ada seseorang yang mendengarkan pembicaraan kita.”Aku memutar bola mata ke atas karena kesal. “Lily, kata-katamu sungguh tidak masuk akal. Kau sudah gila!” Aku pikir Lily sudah tidak wars karena keinginannya untuk mendapatkan posisi menjadi Nyonya Wales.Tiba-tiba ponselku berbunyi dan itu adalah pesan dari Jack. Ia mengatakan jika dirinya tidak bisa memecat pekerja yang telah memfitnahku karena keadaan ekonominya sangat mengenaskan. Dan keluarganya memang sangat membutuhkan uang. Itu adalah berita yang bagus untukku karena aku ingin menjalankan rencana untuk membersihkan namaku.[Jack, beritahu aku di mana dia be
Aku menepis tangan Lily lalu segera keluar dari mobil. Sebelum dia menghentikanku. Aku akan membongkar rahasia kebusukannya.“Halo Nona Lily Lopez,” pekerja yang mengfitnahku itu menyapaku setelah melihatku.Seperti dugaanku, Lily menyamar sebagai diriku dan menyuruh pekerja itu untuk memalsukan wallpaper dari grade A ke grade B. Ia lalu mengfitnahku, mengatakan kepada polisi jika aku yang memberinya perintah untuk melakukan kecurangan.“Aku ingin memberikan hadiah untuk kerja kerasmu.” Aku berbohong untuk memberikan uang tambahan, padahal aku tidak punya uang banyak, hanya beberapa ratus dolar, uang sisa pinjaman dari Mary.“Ah, Nona Lily Lopez, Anda sangat baik, tidak seperti sepupu Anda yang sangat jahat dan pelit. Kalian terlihat sama. Tapi dari tatapan mata Anda, Anda lebih berhati lembut dan dermawan.”“Benarkah?” Akhirnya apa yang kuinginkan telah terkabul. Pekerja itu memanggilku dengan nama Lily. “Ana Lopez!” Lily berlari ke arahku lalu menarik wig yang kupakai. “Apa tujuanm
Sikap David terlihat natural seperti pasangan normal pada umumnya. Seorang suami yang menunggu istrinya pulang kerja lalu makan malam bersama di restoran yang mereka pilih.Itu yang orang lihat dari luar. Kami seperti pasangan yang saling mencintai. Tapi aku tidak sebodoh itu. Perhatiannya pasti ada agenda di belakangnya. “Tuan Wales, bukankah aku sudah bilang jika aku setuju untuk tidak mengusik Lily. Lalu untuk apa kau datang lagi?”David menatapku kesal. “Apa kau pikir aku datang untuk itu? Aku suamimu, apa salah aku ingin bertemu denganmu untuk makan malam?"Aku pun balik menatapnya kesal. “Aku tidak perlu itu.”David lalu menghadangku. Ia diam tapi tidak membiarkanku untuk melewati tubuhnya.“Tuan Wales, permisi. Aku ingin makan malam dengan Mary.”“Aku antar.”Ucapan David mengagetkanku. Ia tetap ngotot untuk bersama denganku.“David Wales, restorannya berada di seberang sana. Apa perlu kau mengantarku?”Wajah David mengeras mendengar penolakanku yang kesekian kalinya.“Permisi,
Aku segera berlari turun ke bawah. Pikiranku takut jika mereka memergokiku. Tapi semuanya terlambat saat kubuka pintu, Lily dan bibi Amanda sudah berdiri di depanku.“Ana Lopez, apa yang kau lakukan di sini?” Lily menarik wig yang kupakai.“Diana!” Bibi Amanda memanggil nama seseorang. Mungkin ia memanggil nama pelayan yang membukakan pintu untukku.“Nyonya,” pelayan itu terkejut melihat ke arahku dan Lily. Ia pun langsung menundukkan wajah di hadapan bibi Amanda.“Buka matamu, bedakan mana nona rumah ini atau seorang pencuri!” bentak bibi Amanda.“Maafkan saya, Nyonya. Penampilan mereka sangat mirip. Saya tidak bisa mengenali jika Nona ini bukanlah Nona Lily.”Aku yang merasa kasihan kepada Diana langsung berusaha untuk membelanya. “Bukan salahnya, aku memang berpenampilan seperti Lily untuk bisa masuk ke sini.”“Lalu apa yang kau lakukan di sini? Apakah kau mencuri sesuatu?” Bibi Amanda menatapku tajam.Aku bergerak maju lalu mengeluarkan isi tasku di atas meja. “Periksa saja, aku
Nenek Lucy sepertinya bisa menebak pikiranku. Ia langsung meletakkan kunci rumah di telapak tanganku lalu menggenggamkannya. “Dan ini,” sebuah kartu debit juga diserahkan padaku. “Sisa uang simpanan ada di sini. Cukup untukmu biaya hidupmu selama satu tahun jika kau berhemat."“Nek, ini terlalu banyak.” Aku memberikan kembali kartu debit bank itu kepada nenek Lucy.“Ini tidak sebanding dengan penderitaan yang selama ini kau terima. Nenek tidak bermaksud untuk membeli penderitaanmu. Nenek hanya ingin memastikan hidupmu terjamin di luar sana.”Aku tidak bisa berkata apa pun setelah mendengar perhatian nenek Lucy yang sangat besar. Aku pun berada di rumah nenek Lucy sampai jam sepuluh malam. “Ada satu barang lagi yang harus kau terima.” Nenek Lucy mengajakku masuk ke dalam gudang.Mataku terbelalak saat melihat barang yang sedang aku cari. Komputer yang menyimpan gambar desain milik Elma.“Setelah kau menikah, George membuang seluruh barangmu. Kebetulan saat itu Nenek melihatnya. Nenek
Aku tidak ingin berbohong, jadi aku katakan saja sejujurnya. “Nenek Lucy sudah tahu tentang keadaan pernikahan kita yang buruk. Beliau membelikanku rumah dan melarangku hidup bersamamu.”“Ana Lopez, di mana kau bisa hidup tanpa aku? Cepat pulang dan aku tidak akan menjemputmu secara paksa.” Suara David terdengar marah.“Tuan Wales, aku tinggal di rumahmu. Namun kau tidak pernah pulang. Apa bedanya jika aku tidak tinggal satu atap denganmu?” David memang tidak pernah pulang ke penthouse-nya. Ia hanya akan pulang jika ingin menyalurkan hasrat biologisnya.“Ana, jangan pancing kemarahanku!” teriak David.Langsung kumatikan saja ponselku dan tidak ingin mendengar bentakannya. Sebenarnya jantungku berdebar saat David membentakku. Tapi aku ingin keluar dari cengkramannya David. Aku tidak ingin selamanya dikendalikan laki-laki itu.Perhatianku kembali ke komputer lamaku. Aku pun berdecak kesal, ternyata komputerku kembali tidak bisa dinyalakan. Sehingga memaksaku untuk membawa komputer terseb
“Ana, ambilkan nasi untukku.” “Hah, kau ingin tambah nasi lagi?” Ini adalah piring ketiga David meminta tambah nasi.“Ana, cepatlah. Kau tidak mendengar?” David menggerakkan piring yang telah disodorkan di hadapanku. Aku menggelengkan kepala. “David, ini sudah terlalu banyak. Apakah selama ini kau tidak pernah makan dengan baik?” omelku.David tidak menjawab apa pun. Namun menatapku seolah menanti untuk memberinya nasi yang diinginkannya.Tidak butuh lama David menghabiskan apa yang aku masak. Hanya menyisakan satu piring lauk untukku. Bahkan sup yang kumasak pun telah habis diminumnya.“Terima kasih, Ana. Aku sangat kenyang malam ini.” David mengelus perutnya.“Oke, karena kau sudah kenyang dan selesai makan. Sekarang kau pulanglah ke rumahmu aku ingin istirahat.”“Aku pinjam tabletmu, ada satu pekerjaan yang belum aku selesaikan.” David tidak mendengar ucapanku malah memintaku untuk meminjamkannya tablet.“David Wales, kau tidak mendengar apa yang aku katakan? Aku ingin istirahat.”
"Aku ingin mandi sekarang." ucap David tenang. "Silakan, aku ingin istirahat." Ingin aku mengusir David. Tapi melihat keadaannya, tidaklah mungkin. Bagaimana aku bisa mengusirnya di saat ia sedang sakit. Aku segera keluar dari kamar mandi lalu menatap ranjang king size milikku. Sungguh miris, malam pertama di rumahku aku harus mengalah untuk memberikan ranjangku kepada David. Aku memutuskan untuk tidur di kamar tamu karena aku tidak ingin seranjang dengan David. Sedangkan Mary kembali menghubungiku untuk bertanya tentang perkembangan sikap David padaku. Dan kami pun berbicara hingga aku tertidur. Aku merasa dingin ketika selimutku ditarik oleh seseorang. Mataku sangat berat untuk kubuka. Saat aku terkejut dan ingin berteriak karena tubuhku melayang di udara. Suara David menyadarkanku jika aku tidak sendirian malam ini. “Kenapa kau tidur di sini?” Aku tidak bisa menjawab di saat wajahku menempel di dadanya David yang terbuka. Kulit itu masih basah dan aroma wangi bunga mawar mengu