Bab84
Wiliam mencoba mengirimkan proposal pengajuan kerjasama pada Giant Company Group.
"Kenapa wajahmu lesu?" tanpa Wiliam, ketika Abraham asistennya, telah kembali dari Giant Company Group.
"Ditolak," lirihnya, sembari meraih kursi, dan duduk di depan bosnya itu.
"Alasannya?" tanya Wiliam dengan sikap masih tenang.
"Tidak ada alasan, setelah mendapat panggilan telepon dari Bos mereka. Asisten Ibu Zambora, mengatakan Bosnya menolak kerjasama."
"Proposal ini, bahkan tidak mereka sentuh sama sekali," lanjut Abraham, sembari memijit pelipisnya.
Benar apa yang di katakana Afkar Savire, mereka sulit untuk di dekati, apalagi untuk disentuh.
"Ini seperti tantangan," gumam Wiliam, sembari memutar otaknya.
"Penolakan, sama saja dengan penghinaan. Kamu, cari tahu sekutu mereka," titah Wiliam.
"Emm, baiklah, Wiliam," jawab Abraham.
Sudah menjadi kebiasaannya, menyebut nama Wiliam, ketika mereka hanya berdua. Ab
Bab85Juana membuka kamar mandi, setelah lelah melayani lelaki tua itu.Dia mendesah berat, dan mengguyurkan air di kepalanya."Sampai kapan aku begini? Menjadi boneka lelaki tua itu, sungguh hidup yang tidak bahagia," keluh Juana, sembari memejamkan matanya, menikmati dinginnya air yang mengguyur tubuhnya."Kau harus menghancurkan kekuasaan Zambora di kota Yuzong. Atau, aku akan menghancurkan kekuasaanmu di kota Monarki ini."Ancaman lelaki tua itu, kembali membuat tubuhnya bergetar hebat. Marah yang kian membuncah dalam dadanya, tidak mampu dia tahan.Juana menangis di dalam bathup, sambil menenggelamkan dirinya.Hidup yang nampak berkuasa, punya segalanya dan di pandang hebat, tapi penuh tekanan."Untuk apa semua ini? Keluarga? Jika pada akhirnya mereka harus kuhancurkan, untuk apa kekuasaanku? Gila, ini benar-benar gila," batin Juana.Tapi bagaimana mungkin dia berani melawan lelak
Bab86Juana membaringkan dirinya di bawah cahaya matahari sore.Sungguh indah baginya, bisa berbaring dengan tenang, sambil memandangi langit yang nampak indah."Mau minum jus?" tanya Wiliam, dengan segelas jus jeruk di tangannya.Juana tersenyum tipis, ia pun duduk, dan meraih gelas jus itu."Terimakasih," katanya, sembari menyeruput jus itu hingga tandas."Haus?" ejek Wiliam, ketika Juana menegok minumannya sekaligus."Ah, nggak juga," sahut Juana dengan santai. "Hanya jusnya terasa beda, karena di minum dalam keadaan pikiran tenang."Wiliam hanya tersenyum.Semenjak pertemuan manis itu, Juana mulai sering menghabiskan waktunya di pantai. Sesekali, Wiliam bertemu dengannya.Dan mulai hari ini, mereka pun dekat."Aku melihat kamu dengannya," teriak Aluna Welas, yang ternyata mengetahui pertemuan Juana dan Wiliam.Tentu saja Aluna mengetahui semua itu, sebab tujuannya memang memata-ma
Bab87Binar-binar kebahagiaan, bagaikan bintang yang indah, menghiasi kedua bola mata Juana."Aku, seperti melihat seseorang di matanya. Mata itu, persis seperti mata laki-laki yang sangat aku sukai, sekaligus aku benci," ungkap Juana, dengan mata mulai berkaca."Sekaligus dibenci? Sepertinya itu berat," sahut Aluna menanggapi."Aku tidak perduli dengan curhatanmu. Yang aku inginkan, kamu jauhi calon suamiku. Sebelum, kukupas habis kehidupan gelapmu ini. Maka kupastikan, karir dan nama baikmu hancur," ucap Aluna dalam hati.Wanita cantik ini menatap Juana dengan tatapan penuh kebencian. Meskipun Juana bersikap baik dan mengistimewakan Aluna. Namun Aluna, tetap kukuh dengan tujuan awalnya, membuat Hancur karir dan kehidupan Juana."Baiklah Aluna, aku akan pergi menemuinya hari ini. Dia mengirimkan pesan untukku, dan mengajak kami bertemu," ungkap Juana lagi.Dalam hati Aluna, dia sangat terkejut, karena tahu Wiliam, mengajak Juana bert
Bab88Aluna menabrak seorang pejalan kaki hingga terpental.Pejalan kaki itu baru keluar dari mobil, dan berniat ke hotel tersebut juga.Jika tidak tahu, jika ada seorang pengendara mobil yang gila, berusaha menabrak dua sejoli itu.Lelaki itu terpental, hingga meregang nyawa di tempat. Sedangkan Aluna yang sempat melakukan rem mendadak, pun sia-sia.Banyak orang berdatangan, menggerembungi mobil Aluna. Wiliam dan Juana pun ikut terkejut, melihat kecelakaan di belakang mereka.Wiliam yang mengenali mobil itu pun, bergegas berlari ke arahnya.Sosok di dalam mobil, menatap penuh kebencian pada Wiliam.Di tambah lagi, Juana yang datang mendekat, langsung memeluk tangan lelaki itu, membuat Aluna semakin murka.Namun disisi lain, dia sedikit panik, sebab banyak orang mengelilingi mobilnya dengan arogan, dan memintanya untuk keluar.Aluna menguatkan diri, dan keluar dari mobil."Kamu gila, apa yang kamu lakukan
Bab89Aluna terkekeh, melihat wajah Wiliam, yang begitu sangat antusias."Kartu matinya, biar menjadi rahasiaku," jawab Aluna. Membuat Wiliam berdecak kesal."Kau sungguh-sungguh? Tidak ingin memberitahuku?""Belum saatnya, aku ingin bermain-main dulu dengan wanita itu," ungkap Aluna, dengan tersenyum menyeringai."Terserah," sahut Wiliam dengan nada kecewa. Ia pun bangkit dari peraduan mereka, dan meraih pakaiannya yang berserakan."Wow, kau merajuk?" ejek Aluna. Wanita itu merasa senang kali ini, melihat wajah masam lelaki itu.Namun Wiliam tidak menggubris ejekan Aluna sama sekali. Lelaki itu bergegas mengenakan pakaiannya dan pergi meninggalkan rumah rahasia mereka.Sepanjang perjalanan menuju apartemen. Wiliam gusar, memikirkan cara.Cara mengetahui, kartu mati Juana, wanita yang begitu dia ingin hancurkan. Hingga, bisa menyaksikan, kematian tragis dalam hidup wanita itu.Sebuah notifikasi pesan dari Af
Bab90"Aluna, Ayah ingin kamu mengenali Juana," ungkap Welas, dengan tersenyum tipis ke Putrinya.Aluna tersenyum menyeringai. "Apakah Ayah berniat menikah dengannya? Memberiku Ibu tiri?"Welas menghela napas, melihat seringai penuh tanda tanya putri semata wayangnya."Come on, Aluna. Sayang, kamu tetap yang utama di hati Ayah!""Aku ingin punya Ibu tiri, tapi bukan wanita seperti dia!" tunjuk Aluna, sembari tersenyum remeh.Wajah Juana seketika masam, emosi dalam dadanya kian berpacu. Sekuat mungkin, Juana menahan diri, mendapat penghinaan sekejam ini."Aluna, jaga sikap kamu! Minta maaf dengan Juana sekarang juga!" titah Welas, yang marah dengan sikap dan tingkah anaknya itu."Untuk apa aku minta maaf? Itu ungkapan dari hati," jelas Aluna, tanpa rasa bersalah."Kamu ...." Welas berniat membentak Aluna lebih keras lagi, namun Juana menahan tangan Welas, memberi isyarat untuk sabar."Tahan, Tuan," pinta Juan
Bab91Usai makan, Welas mengajak Juana ke ruang tamu, untuk berkenalan dengan Wiliam.Juana tidak bisa menghindar lagi, dengan gontai, ia pun berjalan, mengikuti langkah Welas.Namun Juana sedikit merasa lega, sosok Wiliam tidak ada di ruang tamu. Welas yang penasaran pun, menanyakan pada pelayan."Tuan Wiliam ke kamar Nona Aluna."Hati Juana merasakan butir kecemburuan. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkin dengan keadaan ini, Juana bisa memanfaatkannya, untuk menghindari bertemu Wiliam di rumah Welas._____"Ada apa?" Wiliam heran, melihat Aluna yang mengamuk sedari tadi di kamarnya. Melihat Aluna memalingkan wajah, membuat Wiliam sangat kesal."Cih, dasar bayi," ucapnya dengan raut wajah merah.Mendengar ucapan Wiliam, Aluna tersulut emosi kembali."Ya, aku memang anak kecil. Jika aku dewasa dan pintar, aku tidak mungkin mencintai lelaki bajingan sepertimu!" maki Aluna. "Apakah kamu lelaki yang tid
Bab92"Jonas Welas, apa yang membawamu kemari?" tanya Welas. Ia pun berjalan ke arah keponakannya itu, dan memeluknya dengan hangat."Aku hanya ingin mengunjungimu," sahutnya santai, kemudian ia beralih menatap Juana."Dia Juana," ucap Welas, memperkenalkan wanitanya."Juana Zambora?" tanya Jonas.Juana tersenyum dengan penuh kebanggaan. "Iya, Juana Zambora dari Kota Yuzong."Mereka bersalaman cukup intens."Wow, wanita hebat dan pandai dalam berbisnis. Kecerdasaan Anda dalam dunia bisnis, sudah di akui dunia," terang Jonas secara berlebihan.Membuat hati Juana kian melayang tinggi ke awan. Namun mendengar suara deheman dari Welas, Juana kembali bersikap elegan."Semua berkat Tuan Welas," kata Juana lagi, mencoba menyanjung Welas, yang wajahnya mulai masam.Namun mendengar pujian indah itu, membuat binar di mata Welas memancarkan cahaya, juga senyuman tipisnya terlihat melegakkan hati Juana."Jo