“Sudah enggak marah kan sama, mas?” Mirwan mengecup puncak kepala istrinya yang berhijab. Rasanya sekarang dialah yang ingin memarahi istrinya. Andira bergeming. Masih diam saja sambil membaca novel online pada ponselnya. “Kenapa enggak pakai jilbab tadi? Huh?” Mirwan kecupi pipi putih mulus itu secara bertubi dengan perasaan gemas sebab yang ditanya masih diam saja. “Lagi pengen aja,” jawab Andira asal, buat Mirwan semakin jengkel. “Kalau tadi ada yang liat gimana?”. “Emang sengaja, biar dilihat sama fansnya, Mas.” “Kalau laki-laki yang liat?” tanya Mirwan kembali. Geram campur gemas ingin mengungkung istrinya. “Ya,…biar…” Dalam hati Andira beristigfar. Jangan sampai auratnya dilihat laki-laki lain. “Maksudnya gimana? Kamu mau ada laki-laki lain yang lihat kamu selain, mas?” geram sudah Mirwan jadinya. “Mas, juga kan banyak cewek yang merhatiin, tuh yang barusan masih aja bawain kue kesini. Maksudnya apa coba?” Andira mulai sensitif, meluapkan kemarahan. “Astagfirullah, masi
Irina mengemasi buku-buku pelajarannya yang akan digunakan untuk pelatihan semester akhir besok. Tak terasa gadis remaja ini, akan memasuki dunia kampus. Tentu bahagia dirasakannya, sebab tak lama akan bekerja juga. Ingin dipilihnya jurusan keguruan saja agar bisa mengajar seperti ayah dan mamanya.“Sudah siap buat ujian, Kakak?” Andira mendekati putrinya yang nampak sibuk. Tak terasa putri yang dulu kecilnya suka duduk di pangkuan Andira saat mengaji, sekarang menjadi putri sungguhannya, tak ada rasa bila Irina anak sambung, rasanya seperti anak kandung saja. Begitupun Irina, tak menganggap Mama Andira sebagai mama sambung. Piatu sejak kecil, lalu memiliki mama Andira rasanya seperti mendapatkan kasih sayang dari mama sambung. Tak ada rasa canggung diantara keduanya. Sebab kedekatan telah terjalin lama sebelum ayah Mirwan menikahi mama Andira.“Insya Allah siap, Ma. Mama doain ya,” Irina berdiri memeluk mamanya, yang masih nampak cantik dan langsing. Bagaimana mungkin ayahnya itu bis
Mirna nampak sibuk bersama bu Rohana di dapur, hari ini ia dan Sakha akan mengadakan syukuran atas mobil second yang baru di beli. Meski second namun mesin dan bodynya masih mulus. Sakha tak menyangka uang sewa rumah dan keuntungan kios yang diberikan pada Mirna mampu di kelolah wanita itu dengan baik, hingga bisa terkumpul dan nominalnya bisa kena satu buah moil second. Lama hidup menderita di kampung buat wanita ini tak pandai foya-foya atas rezeki yang suaminya berikan. Malah dikelolah dengan baik dengan cara ditabung dan menambah modal kios agar keuangan tetap berputar.Bahkan semalam mereka berdua juga mengabari Andira atas rezeki yang mereka terima, dan diajak pula mamanya Zafian itu untuk datang menghadiri syukuran sehabis azhar hari ini.“Insya Allah ya, Mbak Mir, soalnya disini sering hujan kalau sore dan mas Mirwan juga lagi sibuk. Tapi selamat ya, mduah-mudahan mas Sakha nanti banyak dapat penumpang.” Andira mengucap itu dengan tulus di telepon kemarin.“Aamiin. Tapi kala
Ingin rasanya Sakha melajukan mobilnya kembali, saat melihat Ristia yang berdiri di depan sana. Bahkan ia lihat senyum terbit diwajah lelah perempuan itu saat melihat taksi yang ia pesan sudah tiba. Kenapa pula Tuhan harus mempertemukan lagi dengan perempuan ini. Sakha sekarang sudah punya keluarga baru, sunguh kenagan yang lama ingin ia lupa dan buang saja seandainya bisa. Tujuh tahun dulu pernah bersama dengan wanita ini, bahkan pernah menjadi istri sirinya, namun semua berakhir seiring berkahirnya juga pernikahan Sakha dan Andira.Akhirnya Sakha turun hendak membantu Ristia memasukkan barang dagangan yang ia beli tadi secara grosiran. Rupanya Ristia ini juga membuka kios di depan rumah, demi menyambung hidup. Bila tadi Sakha yang tgerkejut melihat siapa penumpangnya, sekarang Ristia yang terdiam sejenak lalu tersadar saat Sakha mulai angkat dan masukka barang belanjaan Ristia.“Eh-Mas, biar saya batalkan saja orderannya, biar sa-saya cari taksi yang lain saja. “ gugup Ristia, tak
Sakha menurunkan belanjaan Ristia dan membantu wanita itu membawa barang-barang kios hingga ke teras kiosnya. Tak banyak kata yang Sakha ucapka, setelah menanyakan tentang kabar suami dari mantan istri sekaligus mantan selingkuhannya ini.Rumah tempat Ristia tinggal ini, masihlah Sakha ingat, sebab disini kerap kali Sakha datang untuk menjemput Ristia lalu pergi mencari hotel untuk memadu kasih yang haram kala itu. Rumah ini peninggalan oranng tua Ristia. Untung tak ada tetangga yang datang atau sekedar lewat, sebab beberapa dari mereka, sangat mengenal Sakha.Sungguh kenangan terkutuk.“Ini ongkosnya, Mas.” Ristia serahkan dua lembar uang biru dan uang dua puluh satu lembar. Namun Sakha hanya mengambil lima puluh ribu saja.“Ini saja. Lebihnya buat kamu pakai saja. Saya benar-benar ingin minta maaf atas perbuatan saya di masa lalu padamu.” Ucap Sakha tulus, dirinya benar-benar tak ingin mengingat lagi.Netra Ristia sudah memerah. Sebab ada rasa yang belum hilang di hatinya untuk pria
“Sebelumnya, mas mau minta maaf sama kamu, benar-benar mas tak tahu dan tak sengaja tadi itu.” Ucap Sakha tak jelas buat Mirna semakin penasaran. “Maksudnya gimana, Mas?” Mirna berkerut alis menanyai Suaminya, sebab ucapan yang menggantung. Sakha lalu menarik nafas panjang lalu menghembuskan dengan pelan, meraih tangan Mirna dan mengecupnya sesaat. Heran semakin heran dibuatnya. “Jadi, waktu kamu tadi nelpon, mas, itu mas lagi sama Ristia.” “MAKSUDNYA?” rasa cemburu dan emosi langsung menyeruak di hati Mirna. Sakha tersenyum melihat reaksi cemburu istrinya. “Jadi, itu bukan mas sengaja, sayang. Tapi penumpang terakhir yang mas muat, memang Ristia. Mana mas tahu kalau penumpang yang order taksi sama mas, orangnya yang ini atau yang itu.” Sakha memberi penjelasan dengan baik pada istrinya, namun tetap saja rasa cemburu dan khawatir menggoda nurani wanita ini. Sebab Mirna tahu masa lalu Sakha dan Ristia bagaimana. “Koq, bisa sih, Mas ketemu dia lagi?” bibir itu mengerucut jengkel,
Extra PartAndira tak kuasa menahan haru, saat ini ia bimbing putrinya untuk duduk di samping laki-laki yang sudah menghalalkannya menjadi istri secara agama dan negara. Abian, putra mama Syamira, adik ipar Nafia yang melamar putri Andira dan pak Mirwan ini. Andira tak menyangka kedatangan Nafia di rumahnya suatu sore bersama Abian adalah jalan jodoh anak gadisnya bertemu dengan jodohnya ini. Mama Syamira yang sisa kecantikannya masih nampak, duduk di samping Andira, berusaha menenangkan wanita yang pantas jadi anaknya, sebab Andira adalah kawan sejawat menantunya. Mama Syamira bersykur sebab kawan Nafia ini sekarang mendapatkan pengganti suaminya yang dulu berselingkuh, mama Syamira ingat dengan kisah hidup Andira. Sebab dulu beberapa kali melihat mama sambung Irina ini di rumah anaknya. Mama Syamira dan Andira pun tak menyangka bila akan menjadi besan di masa depan. Abian yang pertama kali melihat Andira di rumah pak Mirwan sore itu, buat ia langitkan do’[a tiap malam agar di jodohk
Extra Part 2.Andira dan Mirwan sedang menyambangi anak dan menantunya di rumah mama Syamira. Ya di rumah itu sekarang yang tinggal hanya mama Syamira, Abian dan Irina.Sementara mama Syamira dan Andira berbincang di ruang keluarga, dan Abian bersama ayah mertuanya terlihat berbincang serius di teras samping rumah. Teras ini sudah semakin luas, sebelum papa Hadi meninggal, papa mertua Irina itu merenovasi teras bagian samping rumah beliau, selain ditambah 2 meter kedepan juga di tambah kolam ikan kecil di sudut taman.“Bagaimana usaha bengkelmu, Nak?” Mirwan sudah mengganti panggilannya untuk Abian, bila dulu ia panggil Abian dengan sebutan mas Abian, sebab dulu sempat bekerja sebagai tenaga kontrak pada perusahaan BUMN yang mengurusi beras untuk pegawai Negeri Sipil dan Para Guru. Setelah kontraknya selesai, Abian memutuskan untuk membesarkan usaha bengkel milik kakaknya mengikuti saran Azlam dan kakaknya yang lain, sekarang mereka bukan hanya membuka satu bengkel tapi sudah ada cab