"Saya akan sampaikan kepada keluarga pasien dok," ucap perawat. Yang dijawab dengan anggukan kecil dari dokter. Sementara dokter kembali memberikan penanganan sementara kepada Lita.Perawat melangkah menuju ke pintu keluar. Ketika ia membuka pintu Fernando dan seluruh keluarganya langsung bangkit dari tempat duduknya dan mengerumuni perawat tadi guna memperoleh informasi mengenai Lita. Termasuk Shanaz, karena ia merasa bersalah imbas dari perbuatannya."Bagaimana keadaan istri saya Suster?" tanya Fernando dengan nada cemas."Istri Anda memerlukan transfusi darah segera, sebab telah kehilangan banyak darah," jawab perawat. "Akan tetapi PMI saat ini kehabisan darah golongan O plus. Apakah ada anggota keluarga di sini yang mempunyai golongan darah O plus?" tanyanya.Lita bernasib baik, karena golongan darahnya sama dengan ibunya. Dengan ayahnya juga sebenarnya. Hanya saja ayahnya sudah meninggal, jadi hanya ibunya kini yang menjadi harapan satu-satunya.Ibunya Lita langsung mengangkat t
Mobil Lorenzo berhenti di depan rumah dengan pagar besi bercat putih yang menjulang tinggi. Supir pribadi Lorenzo turun dari mobil, lalu menekan pintu yang ada di samping pintu gerbang. Kemudian seorang satpam membukakan pintu gerbangnya dengan menggesernya."Maaf Anda siapa? Dan ada keperluan apa?" tanya satpam kepada supir pribadi Lorenzo."Tuan Lorenzo ingin menemui Nona Meisya. Tuan, saya sebelumnya sudah ada janji dengan Nona Meisya," jawab supir pribadi Lorenzo.Satpam itu langsung mengangguk mengerti, karena majikannya yang bernama Meisya tadi telah berpesan kepadanya untuk menyuruh masuk tamunya yang bernama Lorenzo."Oh, kalau begitu silakan masuk, Pak.""Baik, Pak. Terimakasih," ucap satpam rumah Meisya."Sama-sama Pak," sahut supir pribadi Lorenzo, lalu ia berbalik badan dan masuk kembali ke dalam mobil. Pintu gerbang telah dibuka lebar-lebar oleh satpam rumah Meisya. Supir pribadi Lorenzo kemudian memasukkan mobilnya melewati gerbang, lalu memarkirkan mobil di halaman. Lor
Lorenzo menggelengkan kepalanya. "Bukan. Shanaz mengalami kecelakaan dan sudah dinyatakan meninggal," jawab Lorenzo dengan raut wajah menahan rasa sakit, karena dia mempercayai Shanaz masih hidup sampai saat ini. Dan sebenarnya keyakinannya itu memang benar."Lantas?" tanya Meisya. "Dia sudah menikah lagi?" tebak Meisya dengan jitu.Kali ini Lorenzo mengangguk. "Itu benar. Nama istrinya yang sekarang adalah Lita dan saat ini sedang hamil," jawabnya. "Seperti yang aku katakan tadi, dia sedang mengalami pendarahan karena sebuah Insiden," lanjutnya.Meisya mengangguk. "Aku mengerti sekarang. Kalau begitu aku akan bersiap-siap dulu, dan kita segera pergi ke rumah sakit," ucap Meisya.Lorenzo mengangguk. "Terimakasih atas bantuanmu Mei," ucap Lorenzo.Meisya bangkit dari tempat duduknya. "Sama-sama. Kamu tunggu di sini ya. Aku hanya sebentar," pamitnya. Secepat kilat ia menaiki tangga menuju ke kamarnya. Lorenzo menunggu dengan cemas.Lorenzo langsung bangkit dari tempat duduknya, saat mel
"Lita mendapatkan pendonor darah berkat Nabila," beber ibunya Fernando."Bagaimana bisa?" tanya Lorenzo."Tadi saat Kakak tak kunjung datang, kami semua meminta tolong kepada siapa saja yang mempunyai golongan darah O plus, dan ternyata seorang pelayan di rumah menghubungi Nabila dan mengatakan bahwa mempunyai golongan darah yang sama," jawab Fernando."Aku sebagai suami dan calon anak untuk bayiku mengucapkan terimakasih banyak kepada Kakak dan Kak Meisya. Dan aku berharap kalian tak merasa tersinggung dengan hal ini," ucap Fernando.Meisya menggelengkan kepalanya. "Oh, tidak, tidak. Aku tidak merasa tersinggung sama sekali. Aku bersyukur karena istrimu mendapatkan pendonor darah lebih cepat," sahut Meisya.Diam-diam ibunya Lita saat ini hatinya sedang mengalami pergolakan batin. Ia kini merasakan penyesalan karena sempat merasa curiga berlebihan kepada Shanaz. Padahal malah kepala pelayannya itu yang berhasil menghadirkan pendonor darah pada saat tepat untuk anak dan calon cucunya.
Ingin protes akan tetapi ibunya Lita takut. Jika ia memaksakan kehendak bisa-bisa semuanya akan berantakan. Ibunya Lita bagai macan yang kehilangan taringnya saat ini."Baik, Nyonya," sahut Shanaz. Ia tersenyum samar karena senang akhirnya dapat kembali ke rumah yang ditinggali oleh Fernando. Sebab dia akan mengalami kesulitan untuk balas dendam jika tak berada di rumah itu."Sudah sana, kamu masuk duluan. Temui istrimu di dalam. Dia pasti sedang menunggumu sejak tadi," perintah ayah Fernando.Fernando mengangguk. Lebih baik dia masuk dan meninggalkan segala problematika mengenai urusan para ibu-ibu. Karena istri dan anaknya jauh lebih penting baginya. "Kalau begitu aku masuk dulu," pamitnya. Ia memutar kenop pintu lalu masuk."Maaf telah membuatmu berpindah-pindah terus menerus seperti ini ya," ucap ibunya Fernando."Tidak apa-apa Nyonya. Sudah menjadi tugas saya mematuhi perintah dari Nyonya Besar," sahut Shanaz.Lorenzo mengepalkan tangannya menahan emosi. Ingin protespun percuma.
"Aku ingin tinggal sementara waktu di rumah ibuku," jawab Lita.Fernando pusing tujuh keliling mendengar jawaban yang diberikan oleh Lita. Bukannya dia tak memperbolehkan bukannya tanpa sebab, melainkan karena istrinya tersebut akan melahirkan. Semua akan terasa sulit jika tiba-tiba Lita merasakan kontraksi."Sayang aku mohon jangan pergi sekarang, kamu sebentar lagi akan melahirkan," tolak Fernando dengan halus.Akan tetapi bukannya menurut, emosi Lita malah kian meluap. Itu karena aku punya alasan lain. Tak ada seorangpun yang dapat mencegahnya kini."Tidak! Aku tetap akan ke rumah Ibuku!" Lita bersikukuh. "Hari perkiraan lahir anak kita masih lama, dan sebelum melahirkan aku mau menginap di rumah Ibu," imbuhnya."Tapi kondisimu saat ini dan biasanya berbeda Lita. Banyak bergerak hanya akan membahayakan kesehatanmu. Tolong mengertilah," bujuk Fernando.Akan ada Lita tetap tidak mau mengalah. Ia tetap memaksa untuk pergi. "Tidak akan terjadi sesuatu yang buruk kepadaku dan bayi kita
"Kamu bilang akan ada proyek besar di perusahaan kan? Kalau kamu meninggalkan proyek itu bagaimana dengan nasib perusahaan nanti?" tanya Lita. Beberapa hari yang lalu Fernando bercerita mengenai proyek terbarunya di perusahaan dengan Lita. Beruntung ia mengingat hal itu, sehingga bisa dijadikan senjata olehnya. Lita padahal biasanya tak tahu menahu soal perusahaan. Dia saja bekerja di perusahaan Fernando hanya selama setahun, lalu setelah berhasil merayu dan mendapatkan Fernando ia langsung berhenti dari perusahaan. Untuk apa lelah bekerja jika ia bisa dengan mudah merebut bos dari pemilik perusahaan itu.Fernando menepuk jidatnya sendiri ketika mengingat hal itu. "Ah, benar juga. Aku baru ingat. Untung kamu mengingatkan aku," sahutnya.Lita mengangguk-angguk. "Itulah gunanya seorang istri sayang, mengingatkan jika kamu lengah," ucap Lita. Ia kemudian bergelayut manja di lengan Fernando.**Hari berikutnya Lita sampai di rumah orangtuanya. Fernando mengantarnya bersama 2 orang pelaya
Di rumah ibunya Lita melakukan segala upaya agar dapat segera melahirkan, mulai dari naik turun tangga, senam ibu hamil dan yang terakhir yang paling manjur adalah meminum jus nanas. Setelah menenggak segelas jus nanas hingga tandas, Lita meletakkan gelasnya di atas meja makan dengan kasar, hingga menimbulkan suara yang nyaring.Di depannya, ibunya sudah duduk dan menunggu reaksi dari minuman tersebut. Yang berdasarkan pengalaman pribadinya ketika menjelang persalinan. Ia menatap wajah Lita dengan intens. "Bagaimana?" tanyanya penasaran.Lita menggelengkan kepalanya. "Aku belum merasakan sesuatu Bu," jawab Lita."Tunggu saja sebentar lagi kamu akan mengalami kontraksi," ucap ibunya Lita dengan yakin.Dan keyakinan ibunya Lita memang tidak salah, tak lama Lita merasakan perutnya mulas, lalu merasakan kontraksi. Ia menangis sambil memegangi perutnya. "Ibu sakit," rintihnya.Ibunya Lita mengangguk. "Kamu sabar saja. Tunggu sampai ada tanda-tanda, misal flek atau pecah ketuban," sahutnya.