Share

Nafkah Batin

"Aku udah kenyang!" ucapku jengkel.

"Kenyang? Kenyang makan cinta?!"

"Bang Dem itu kenapa sih?"

"Kamu yang kenapa?"

"Aku udahan makannya, soalnya sudah tidak berselera lagi!" Mendorong piring menjauh, akan tetapi sang pemilik rahang tegas malah menariknya lalu menyuapiku.

"Aak! Buka mulut!" Dia menyodorkan sesendok nasi di depan mulutku.

Aku menggeleng menolak.

"Buka mulut, Rivani. Kamu harus makan!!" bentaknya seraya menggebrak meja dengan sekuat tenaga. "Makan! Jangan egois. Ingat bayi kamu!" Mata elang milik Bang Damian terus menatap tajam.

"Aku udah keny..."

"Makan. Kamu seharian bekerja dan malah menolak untuk makan. Jangan menye-menye jadi perempuan. Hanya karena laki-laki tidak berguna seperti Erlangga saja kamu langsung ngambek, dan tidak mau makan.

Liat badan kamu sudah seperti tengkorak hidup. Apa kamu nggak kasihan sama diri kamu sendiri, Vani. Di dunia ini hampir tidak ada orang y
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status