"Memulai semuanya dari awal."
***
"Kalau sakit lebih baik di rumah, jangan sampai kamu merepotkanku karena sakit itu." Angga melarang Amanda untuk bekerja setelah melihat wanita itu sedikit pucat. Sejak malam itu Amanda telah berubah, wanita itu tidak banyak bicara seperti biasa dan lebih banyak diam.
"Aku nggak pa-pa, pekerjaanku banyak di kantor." Amanda memalingkan wajah ketika Angga menatapnya. Pusing itu masih terasa meskipun sudah meminum obat, Amanda bingung harus memberikan jawaban seperti apa nantinya. Angga masih memperhatikan Amanda yang berbeda, jelas terlihat tidak ada rasa semangat dalam raut mukanya.
'Aku kenapa coba, sejak kapan mulai peduli sama dia. Apa karena ucapan mama waktu itu?'
"Awas saja kalau sampai kamu sakit," ancamnya, sambil menatap Amanda cukup tajam.
Amanda menoleh, menatap Angga dengan bingung. "Kamu khawatir sama aku?" tanya Amanda spontan.
"Jangan ge-er kamu, aku hanya menjalankan
"Kenapa kamu cegah aku semalam?" lontar Amanda setelah melihat pria itu menyiapkan sarapan di meja makan. Ia mengingatnya, kejadian semalam secara keseluruhan. Janji Angga, bujukannya dan juga dekapan pria itu sehingga ia tertidur dalam dekapan sang suami.Angga bergeming, menyiapkan roti bakar untuk keduanya sebagai sarapan. Tak berniat menjawab pertanyaan Amanda yang bahkan sudah ia jelaskan semalam."Sarapan dulu! Kamu lapar, 'kan?" ucapnya, lalu meletakkan roti bakar untuk Amanda di atas piring yang telah tersedia."Kenapa cegah aku semalam?" Amanda mengulangi pertanyaannya, tak perduli bila Angga sudah menyiapkan sarapan pertama kali untuk dia."Sarapan dulu, Amanda! Duduk di kursimu dan makan roti itu." Angga kembali pada sifat dinginnya supaya Amanda menurut dan tak banyak bertanya."Jawab pertanyaanku! Kenapa kamu cegah aku untuk susul mereka? Seharusnya kamu senang bisa terbebas dari aku dengan cepat. Bukannya ini yang kamu m
"Jarak adalah alasan supaya kita tahu seberapa berharganya orang itu."***Keputusan yang tepat bagi Amanda, perlahan tapi pasti ia akan menyiapkan hati bila Angga berniat mengakhiri hubungan. Ia tak ingin berharap karena sudah tahu bahwa Angga akan melakukan itu, meninggalkannya dan mulai mencari Nessa.Yuda pun masih mencoba mendekati, pria itu seakan tak perduli bahwa Amanda telah menolak cintanya. Ia hanya yakin mampu mendapatkan wanita itu dengan lebih mendekatinya lagi, meyakinkannya kalau ia mampu menjaga dan mencintai Amanda lebih dari sekarang."Aku nggak akan pernah menyerah, Amanda. Aku yakin suatu saat nanti kamu pasti akan terima rasa cintaku ini." Yuda begitu sangat yakin akan harapannya.Selama Amanda tak ada, Angga merasa ada yang berkurang dalam hidupnya. Jika dulu ini yang ia inginkan, tetapi tidak untuk sekarang. Tanpa Amanda ketahui pria itu selalu mengawasinya dari jauh, memastikan kalau wanita itu baik-baik saja.
Part 10 —Semakin hari sikap Angga kian jelas terlihat perubahannya, dari yang dingin dan kasar kini begitu perduli. Bahkan, tanpa pikir panjang pria itu telah melarang Amanda berdekatan terlalu lama dengan Yuda. Ia juga telah lancang menggunakan gawai wanita itu untuk mengirim pesan supaya Yuda berhenti mengantar-jemput sang istri.Amanda yang telah mengetahui kelancangan Angga sangat kesal, tetapi tak mampu marah berlebihan karena pria itu suaminya. Apalagi Angga sudah terang-terangan melarangnya berdekatan dengan Yuda meski tanpa alasan yang jelas.'Intinya aku nggak suka kalau kamu terlalu deket sama dia. Ingat status kamu, Amanda. Kita itu masih suami-istri di mata hukum dan agama. Jadi tugas kamu cuma satu ... nurut sama aku.'"Sibuk, Nda?" tanya Yuda sambil menghampiri kubikel milik Amanda dan berdiri di hadapan wanita itu membuat Amanda langsung tersadar dari lamunan singkatnya yang saat itu sedang memikirkan Angga."Lumayan sibuk,
"Amanda!" panggil Lina."Ada apa, Lin?""Kamu lagi pdkt, ya, sama Pak Angga?" tebak perempuan itu sambil menatap Amanda cukup lama.Amanda mengerutkan keningnya bingung, dalam hati dia sudah merasa was-was. "Kenapa kmu mikir kayak gitu?""Soalnya aku sering mergokin kalian makan bareng dan pulang bareng. Itu bukan cuma sekali tapi berkali-kali," lanjut Lina dengan tatapan menyelidik."Kapan? Jangan ngaco, deh! Aku mau antar berkas dulu."Amanda menghindari topik supaya teman satu ruangannya itu sampai tidak curiga kepadanya dan segera berjalan menuju ruangan Angga demi menghantarkan sebuah berkas."Ada apa?" tanya Angga saat Amanda sudah berada di depannya."Ini berkas yang Pak Angga minta." Amanda meletakkan map berwarna biru di tangannya ke atas meja sambil menunduk. Saat hendak melangkah pergi, Angga malah memanggil namanya."Amanda, tunggu!"Amanda berbalik dan masih menunduk. Dia tak berani mena
Amanda terkejut saat Angga tiba-tiba memeluknya dari belakang yang sedang membuat sup ayam pesanan pria itu semalam."Astagfirullah," pekik Amanda, karena belum terbiasa dengan tindakan sang suami. "Aku lagi masak, Angga, jangan ganggu!"Angga bergeming dan tak mengindahkan larangan Amanda sedikitpun, justru dia malah kian mengeratkan pelukannya."Angga, lepas, deh! Aku mau masak dulu.""Gak mau!" serunya sambil meletakkan kepala di atas pundak Amanda dan mengecup sekilas pipi istrinya itu, lalu menatap tangan Amanda yang masih asyik memotong bawang dan sayuran."Awas, Angga! Aku susah yang mau masak," protes Amanda saat pria itu malah begitu asyik bermain di area lehernya."Gak mau, Amanda!"Bukannya melepas pelukan, Angga makin mengeratkannya, mengabaikan larangan dan juga reaksi tubuh Amanda yang berlebihan atas sikapnya. Amanda terus meminta Angga untuk menjauh. Namun, pria itu bersikukuh dengan tindakannya. Memeluk sang istri dari belaka
"Minggir Yud! Aku harus kembali ke ruanganku," ucap Amanda setelah perbincangan mereka usai.Yuda bergeming enggan berubah dari posisinya yang menghalangi jalan Amanda hingga akhirnya dengan lancang lelaki itu mencium Amanda membuat wanita itu terbelalak tak percaya. Dia berniat menjauhkan wajah, tetapi Yuda berhasil menahan tengkuknya."Gila, kamu!" hardik Amanda ketika dia berhasil mendorong tubuh sahabatnya yang telah lancang itu."Kenapa? Aku salah," kata Yuda seolah perbuatannya adalah hal wajar.Amanda tercengang, ada apakah dengan Yuda? Dia seolah tak mengenali sahabatnya sendiri. Lelaki itu berubah menjadi orang lain."Kamu itu yang kenapa? Tiba-tiba cium aku seperti itu."Yuda tersenyum meremehkan. Mengatakan kalau Amanda tak perlu berpura-pura lagi, dia yakin bahwa wanita itu sudah sering melakukannya."Maksud kamu apa?" Amanda benar-benar tak mengerti dengan perkataan lelaki itu."Kamu pikir aku nggak t
"Amanda."Merasa namanya dipanggil dia menoleh, lalu terbelalak menatap seseorang yang telah dia rindukan selama beberapa tahun terakhir."Nggak lupa, 'kan, sama aku?" tanya lelaki manis berlesung pipi itu sambil menatap Amanda yang kini merubah ekspresi terkejutnya menjadi cemberut. Pria itu melangkah mendekat dan tanpa diduga Amanda langsung memeluknya cukup erat membuat si empunya merasa sesak dan hampir kehilangan napas, dengan wajah tanpa dosa dia melepaskan pelukan dan masih tak percaya kini dipertemukan kembali setelah bertahun-tahun tak bertemu. Tak ingin melewatkan waktu, mereka langsung memutuskan berbincang lebih jauh, saling melepas rindu sampai Amanda lupa akan kebiasannya di jam makan siang."Masih berteman juga sama Yuda?" tanya lelaki itu memulai perbincangan di sela makan siang mereka.Amanda mengangguk mengiyakan masih menikmati nasi goreng seafood di hadapannya. Namun, dia langsung mendongak ketika lelaki itu tahu tentang
"Sebentar!" teriak Amanda dari arah dapur saat rungunya mendengar suara seseorang mengetuk pintu."Iya sebentar!" teriak Amanda lagi sambil berusaha melanjutkan masakannya yang hampir selesai. Namun, orang iseng dari balik pintu masih saja mengetuk pintu tersebut."Astaga! Siapa, sih, yang mainin pintu kayak gitu. Lagian ada bel kenapa malah mainin pintu," gerutu Amanda sambil berjalan menuju pintu untuk memeriksa siapakah orang iseng tersebut.Tok! Tok! Tok!"Iya sabar!" ucap Amanda sambil memutar anak kunci.Setelah pintu terbuka Amanda semakin dibuat kesal saat tahu siapa pelakunya. Amanda mendengkus sambil berkacak pinggang ketika mengetahui siapa yang sudah membuat kegaduhan di rumahnya tersebut."Siapa, sih, Yang. Mainin pintu kayak gitu, berisik banget?" tanya Angga sambil keluar dari kamar dengan muka bantalnya dan berjalan menghampiri Amanda."Hai adik ipar," sapa Vero kepada Angga sambil melambaikan tangannya membuat pria yang baru