Share

Bab 13 | Pesona Chaira

"Aku gak mau memilikinya, aku gak mau memilikinya, aku gak mau!"

Chaira meremas hadiahnya dengan gemas, tempo hari Chaira memenangkan juara harapan ke dua lomba model. Ia sangat menyesali, kenapa ia harus memiliki prestasi dari bakat yang tidak diinginkannya?

Ia menjatuhkan dirinya ke kasur, tepat saat itu ponselnya berbunyi.

"Hhh ... Anak Korea itu."

Belakangan ini, Jun Ki beberapa kali mengiriminya pesan. Bertanya kosakata yang tidak diketahuinya, tapi entah kenapa meski merasa aneh, Chaira tetap membalas semua chat dari lelaki tampan itu.

"Kak!" panggil Karmila setelah memasuki kamar Chaira yang tidak tertutup rapat.

"Eh, ada apa Mil?"

"Kakak dapet hadiah darimana?"

"Oh, ini ... kamu mau?" Chaira memyerahkan syal berwarna marun pada adiknya.

"Wah, bagus banget. Buat aku nih?"

"Ambil saja kalo mau."

"Makasih, jadi ... ini dari siapa?"

Chaira menggela napas, "Itu hadiah dari lomba."

"Wah, lomba apa?"

"Model."

"Hebat kamu kak!" seru Karmila tak percaya, "Dapet juara berapa?" lanjutnya.

"Juara harapan ke dua. Oh iya, sama uang nih."

Chaira menyerahkan dua lembar uang kertas berwarna merah pada adiknya.

"Buat aku?" tanya Karmila lagi yang dibalas anggukan oleh sang kakak.

"Tapi, ini kan ... uang-"

"Pake aja, kakak masih ada kok. Ayah dimana?"

"Ayah sudah mulai bekerja lagi."

"Apa?! Emangnya ayah udah sembuh?"

"Katanya sih gitu."

Chaira melamun membayangkan sang ayah harus bekerja kembali di tengah terik matahari begini. Ia mengambil baju di lemari, lalu memakainya.

"Mau kemana?"

"Aku kerja dulu ya."

***

Sandi memeperhatikan Bian yang terlihat diam saja dari tadi, tidak seperti biasanya.

Ia menepuk pundak temanya, "Lo kenapa diem aja?"

"Haduh ... emak gue, masa nyuruh gue buat bantuin dia ngajar anak TK?" jawab lelaki berambut gondrong itu.

Seketika Sandi tertawa, lalu mencolek Jun Ki yang juga ikut tertawa.

"Gampang itu mah." ujar Sandi setelah meredakan tawanya.

"Diem, lo."

"Nih, tinggal ajarin mereka gini aja, Hemat pangkal kaya, Rajin pangkal?"

"Paha!" seru Jun Ki yang membuat Bian dan Sandi terkejut.

"Heh Jun Ki! Darimana lu dapet kata2 begitu? Bisa-bisanya lu merusak pepatah nasihat negara Indonesia." Omel Bian, namun tidak bisa menahan tawanya.

Jun Ki hanya tertawa.

"Gue yakin nih, kali ini pasti dia udah tau. Cuma pura2 polos aja!" ucap Sandi, lalu mereka saling menoyor.

Para Mahasiswa memasuki kelas, lantas beberapa yang sudah di kelas pun duduk bersiap.

"Jungki, lo mu kemana?" tanya Bian saat Jun Ki yang biasa duduk di sebelah Sandi, memilih pergi ke tempat duduk lain.

Tanpa menjawab pertanyaan Bian, Jun Ki malah tersenyum seraya mengacungkan jari berbentuk ceklis di dagunya.

"Sok cantik!" ejek Bian.

"Dia ngapain kesana?"

"Entah tuh, anjir ternyata dia duduk di deket Chaira!"

Sementara Chaira yang baru datang, merasa heran tiba-tiba Jun Ki sudah di samping tempat duduknya.

"Kamu ngapain di sini? Emang ini kelas Pak Ilham?"

"Kiara, apa sekarang kau memilih untuk mengurusiku terus?" goda Jun Ki.

"Namaku Chairaaa!!" ralat Chaira dengan nada gemas, sudah berapa kali Jun Ki salah menyebut namanya?

Namun, Jun Ki malah tertawa melihat ekspresi Chaira yang menggemaskan.

Setelah kelas selesai, Chaira menyerongkan duduknya, matanya memicing melihat Jun Ki masih betah di tempat duduknya.

"Kenapa kamu masih di sini?"

Melihat posisi Chaira, Jun Ki mengubah posisi bangkunya menghadap Chaira.

Kemudian tersenyum, "Kau lupa sesuatu."

"Ngapain kamu kaya gitu?"

"Chaira, kamu lupa sesuatu."

"Sihirisnyi Kimi miminggilki ippi!" ejek Chaira.

"A-apa itu? Apa maksudmu?" Jun Ki berpikir sebentar, setelah ia mengerti yang dimaksud Chaira, ia terkekeh.

"Benar!"

"Kamu sekarang mengaturku! Lagian ngapain aku manggil kamu begitu, kamu saja masih salah memanggil namaku!" cecar Chaira.

Jun Ki bertepuk tangan, "Wah Chaira, ternyata kamu cukup cerewet. Ehm, tapi kan sekarang aku sudah benar memanggil namamu."

Gadis berjilbab itu memalingkan wajahnya.

"Chaira, ayo kita buat kesepakatan. Kau panggil aku Oppa, dan aku takkan salah menyebut namamu lagi."

"Gak!" tolak Chaira.

"Kau memang gadis yang cuek, kalau dipikir-pikir, cuma kamu yang tidak memanggilku Oppa."

"Hih, dia sangat haus panggilan aneh itu." gumam Chaira yang masih terdengar oleh Jun Ki.

"Apa katamu?"

Kali ini Chaira memilih mengabaikan lelaki di sampingnya, ia membuka buku dan membacanya. Namun Chaira teringat sesuatu,

"Jun Ki, ada hubungan apa kamu dan Pak Rayyan? Apa kalian masih satu keluarga?"

Chaira menoleh ke samping, saat cowok Korea di sampingnya itu malah mendiamkannya.

"Jun Ki!"

"Call me Oppa ..." ucap Jun Ki dengan nada seolah sedang bernyanyi.

Dasar cowok sok keren satu ini, Chaira benar-benar kesal dibuatnya. Ia berdiri dari duduknya, menatap Jun Ki, lalu berteriak. "OPPA!!"

Semua orang yang tersisa di kelas serentak melihat Chaira, tadinya Chaira masih tidak sadar, dengan mata melotot, Chaira membuat ekspresi seolah ingin mencabik-cabik pria di depanya.

"Ne ... sayang ..."

Menghela napas kasar, Chaira hendak mengomeli Jun Ki namun matanya sekilas melihat sekeliling, langsung saja Chaira duduk kembali, dan melanjutkan membaca bukunya.

Ia malu sekali, bisa-bisanya sih ia berteriak di kelas dengan banyak orang, yang sedang membaca, karna kelas selanjutnya ada kuis.

'Aku ngapain sih?'

ucapnya dalam hati.

***

"Chaira, kamu jadian sama Jun Ki?"

Chaira terkejut mendapati pertanyaan yang sama dari teman-temanya.

"Hah? Nggak ..."

"Cieee ... dapet cowok Korea." ejek salah satu teman kelasnya yang bernama Ajeng.

"Apaan sih, nggak kok."

"Kemaren kamu kenapa kok teriakin dia 'Oppa!" tanya Ajeng sembari meragakan bagaimana Chaira berteriak kemarin.

"Dia bikin kesel."

Kemudian Chaira memilih duduk di kursinya, alih-alih meneruskan obrolan yang tak jelas itu.

"Kok ngantuk ya?" tanyanya pada diri sendiri.

Chaira menguap untuk yang ke beberapa kalinya, ia melirik jam dinding, "tidur dulu deh, mempeng Dosen belum dateng." ucapnya, lalu menjatuhkan kepalanya ke meja.

Beberapa saat kemudian, seseorang menoel lengan Chaira. Awalnya Chaira tak peduli, namun ia sadar dirinya sedang di kampus.

"Apa Dosen sudah datang?" ucapnya setelah duduk dengan tegap.

Namun yang ia dapati adalah cowok Korea yang sudah duduk di sampingnya, sambil memperhatikan Chaira.

"Kenapa kamu disini?"

"Chaira, kamu sangat pelupa ya?"

"Apa sekarang kelas Pak Ilham?"

"Call me Oppa ..."

Chaira menutup kedua telinganya, mendengar Jun Ki lagi-lagi menyanyikan lirik asal-asalannya itu.

Heran, kenapa teman-teman Jun Ki membiarkan cowok Korea ini duduk di samping Chaira sih? Biasanya mereka langsung mengganggu Jun Ki.

Gadis itu memperhatikan kedua lelaki di bangku terakhir sana, mereka tengah mengobrol ria tanpa memperdulikan satu temannya yang ada di samping Chaira.

Tiba-tiba kepala Jun Ki menghalangi Chaira yang tengah melihat Bian dan Sandi, seolah sengaja, Jun Ki mengikuti kepala Chaira ke kiri dan ke kanan. Menghalangi gadis berjilbab itu.

Dengan kesal, Chaira menarik kuping Jun Ki dengan keras.

"Aww! Aaaww!!"

Setelah melepasnya, Chaira menghadap ke depan dan memilih mengabaikan Jun Ki.

"Chaira, kau kasar sekali." keluh Jun Ki, sambil mengusap-ngusap telinganya.

***

Jangan lupa vote, coment dan berlangganan ya!

I* : Reast07

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status