Sebuah lonceng tanda kedatangan seorang tamu di salah satu kafe pinggir kota itu membuat Alle yang memang duduk menghadap ke arah pintu masuk tersenyum saat mengetahui jika orang yang ditunggunya telah datang.“Hai, Jer.” Sapa Alle dengan senyum lebarnya, membuat Jeremy ikut melambaikan tangannya, dan begitu tepat di depan Alle, tanpa sungkan pria itu mengacak-acak rambut Alle dengan gemas, membuat dirinya mendapatkan pukulan ringan di lengannya.“Apa kabar, sayang?” Tanya Jeremy mengedipkan matanya genit, membuat Alle yang mendengarnya mendengus malas. Namun, Jeremy justru tertawa melihat ekspresi kesal Alle yang justru terlihat lucu.“Berapa lama kau akan ke China? Benar-benar dua minggu?”“Kenapa? Apa kau akan merindukanku?” Jeremy menaikkan sebelah alisnya dengan tatapan genit, membuat Alle kembali kesal dan memukul tangan Jeremy lagi.“Akan lebih menyenangkan jika kau menetap di sana bersama Vale.” Alle menjawabnya malas, membuat Jeremy kembali tertawa.“Apa yang akan kau lakukan
Jet pribadi milik Earl telah menunggu begitu keduanya tiba di bandara, Alle dengan manja mengalungkan lengannya pada lengan Earl dan menyandarkan kepalanya di bahu pria itu. Entah kenapa kepalanya sedikit pening namun dia tidak ingin hari ini gagal. Dia ingin menikmati waktu bersama Earl sekali lagi.Earl yang melihat Alle terlihat berbeda dan lebih berani hanya bisa tersenyum, wanita itu benar-benar membuktikan ucapannya, berperan menjadi istri yang baik dan begitu mencintai suaminya.“Apa kau ingin kita bermalam di Paris dan pulang besok pagi?”Alle yang mendengar itu langsung mendongak dan tersenyum lebar pada Earl.“Tentu, jika kau tidak keberatan, aku ingin menikmati malam di Paris bersamamu, kita bisa pulang jam enam pagi dan aku tidak akan mengganggu pekerjaanmu.” Senyum Alle yang terlihat begitu bahagia membuat Earl merasa ikut bahagia, dan dia tidak lagi memiliki kuasa untuk menolak keinginan Alle jika bisa membuat wanita itu bahagia.Hanya membutuhkan satu jam empat puluh me
Rasanya semua berjalan dengan indah sejak kepulangannya dari Paris minggu lalu. Alle bahagia dengan sikap Earl yang sekarang, mereka layaknya sepasang suami istri bahagia walau Alle tau, mungkin Earl melakukan ini untuk menepati janjinya menjadi suami yang baik dan menjalani pernikahan seolah mereka saling mencintai.Mengingat besok adalah weekend, Alle sudah merencanakan weekend-nya untuk kembali menikmati waktunya bersama Earl, ingin memiliki lebih banyak waktu berdua bersama Earl dan dia telah menentukan tempat untuk menghabiskan akhir pekannya bersama pria itu.Memikirkan dan membayangkan besok akan menjadi weekend yang menyenangkan membuat wajah Alle terlihat berseri-seri saat wanita itu tengah menyiapkan makan malam dan menunggu kepulangan Earl. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam, dan mungkin sebentar lagi Earl akan pulang.Sebuah pesan masuk dari Jeremy membuat keningnya mengernyit.-Alle, menurutmu apakah aku harus melakukannya? Entah mengapa aku merasa ragu.- Sebuah p
Wajah yang terlihat pucat, lingkaran hitam di sekitar matanya juga wajah yang sembab adalah apa yang Alle lihat dari dirinya pagi ini. Kepalanya yang terasa pening tidak ia hiraukan. Wanita itu terlihat tergesa menuju kamar mandi seolah memiliki acara pagi ini.Dirinya hanya tidur tiga jam semalam, dengan ide-ide gila yang ingin ia lakukan untuk lebih menyakiti hatinya. Dia juga tidak tau, kenapa dirinya dan wanita-wanita di luar sana sering sekali mencari sesuatu yang jelas melukai hatinya. Ide itu muncul begitu saja semalam. Dia ingin menyusul Earl ke China, ingin melihat sejauh mana kedekatan dan hubungan keduanya, walaupun dia tau dia akan melukai hatinya lebih dalam, tapi dia ingin memastikan sesuatu, sesuatu yang akan menjadi langkahnya selanjutnya.Maka pagi ini, dengan keadaan berantakan setelah menelpon sekertarisnya jam tiga dini hari untuk dicarikan tiket ke China yang didapatkannya jam delapan pagi. Alle bergegas untuk bersiap dan terburu-buru menuju bandara.Jeremy yang m
Jeremy mengantarkan Alle menuju hotel yang telah dia reservasi untuk wanita itu. Lalu mengajak wanita itu makan siang bersama dan ingin mengetahui apa yang akan Alle lakukan dan apa yang membuat wanita itu akhirnya memutuskan ke China untuk melihat Earl dan Vale menghabiskan waktu bersama yang pasti akan sangat melukainya.“Kau baik-baik saja? Wajahmu sedikit pucat.” Tanya Jeremy penuh kekhawatiran, membuat Alle menyentuh wajahnya sendiri dan menggeleng bingung sebab dia tidak merasakan apapun yang berbeda dari tubuhnya.“Tidak. Aku baik-baik saja. Bagaimana hubunganmu dengan Vale? Kalian sudah seminggu bersama, seharusnya kau memiliki banyak kesempatan untuk mendekatinya dan membuatnya jatuh cinta padamu.” Alle langsung menanyakan pertanyaan itu, membuat Jeremy menghela napasnya panjang.“Mungkin aku memang harus mundur, Xa. Aku telah berusaha melakukan semua yang aku bisa untuk membuatnya mencintaiku. Entah berapa kali penolakan yang aku terima, mungkin sudah tak terhitung, selama s
Vale terus merangkul lengan Earl selama film berjalan, sesekali mengecup dada bidang Earl dan menyandarkan kepalanya dengan nyaman di sana.“Sayang, aku harus ke toilet. Tunggu sebentar ya.” Earl berusaha melepaskan pelukannya, membuat Vale mendengus kesal namun membiarkan Earl pergi menuju ke toilet sedangkan Vale kembali fokus dalam romansa film bergenre sad romance tersebut.Menuju pintu keluar, dia justru melihat dua orang yang terlihat tidak asing. Membuat langkah kakinya reflek berjalan lebih cepat untuk memastikan sesuatu. Saat yakin jika itu adalah istrinya dan Jeremy, hatinya mendidih seketika. Dengan cepat dia berusaha mencapai keduanya dan menanyakan apa yang mereka lakukan.Namun adegan di depannya justru membuat tubuhnya menegang kaku, dengan dada yang terasa sesak, saat Jeremy begitu mudah bisa memeluk Alle. Tubuhnya mematung, bahkan di saat dia begitu dekat dan bisa mencapai mereka dan melepaskan pelukan Jeremy yang dengan lancang berani memeluk istrinya.“Allexa.” Hing
Puluhan missed call dan pesan dari Vale membuat Earl mengusap wajahnya kasar. Bertanya-tanya pada dirinya sendiri bagaimana bisa dia langsung melupakan Vale dan meninggalkan gadis itu di bioskop.Namun, keadaan Alle dan bagaimana raut pucat juga wajah yang penuh darah membuat Earl hilang arah, dia tidak mau meninggalkan Alle. Dia tidak akan sanggup. Baru kali ini dia melihat Alle tidak berdaya, wanita itu selalu kuat dan jarang sekali sakit. Melihatnya tak berdaya benar-benar membuat Earl merasakan perasaan lain akan takut kehilangan wanita itu. Pikirannya sudah ke mana-mana. Hingga dia lupa akan semua hal.Pria itu menarik napas panjang sebelum mengangkat panggilan Vale untuk yang kesekian kalinya. Teriakan Vale yang disusul dengan isakan tangis wanita itu membuat Earl merasa bersalah.“Kau kemana?! Bagaimana bisa kau meninggalkanku sendirian di sini, Earl?! Tega sekali dirimu?!” Teriak Vale diikuti dengan isak tangisnya, membuat Earl memijat pelipisnya yang terasa pening. Rasa bersa
Vale benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang sebenarnya ada di pikiran Earl hingga meninggalkannya begitu saja. Hatinya cukup sakit memikirkan jika dia bukanlah prioritas pria itu. Hatinya juga terus bertanya-tanya sebenarnya apa yang membuat Earl dengan begitu mudah melupakannya apalagi mengabaikan semua panggilannya.Dia menatap lalu lalang orang yang semakin sepi di bioskop itu, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam dan dia belum melihat Earl di mana pun. Membuatnya menggeram kesal hampir menangis, kenapa Earl lagi-lagi menggagalkan kencan mereka?‘Tidak mungkin karena Alle lagi kan? Wanita itu di Jerman jadi tidak mungkin bisa mengganggunya.’ Vale membatin, meyakinkan jika semua ini bukan karena Alle.“Sudah menunggu lama, Nona? Apa aku terlambat dan membuat kadar kemarahanmu semakin melambung tinggi?” Suara seseorang yang tidak ia harapkan membuat Vale mendongak dan mengernyit bingung menatap Jeremy yang kini ada di depannya dengan senyum yang sulit diartikan.“Earl m