“Papa kamu gak pernah tahu di mana janin itu. Semua diserahkan dokter. Janin kamu telah aku selamatkan dari ritual persembahan dan kemarin kami musnahkan karena telah terkontaminasi siluman serigala. Itu mengancam nyawa kamu.”Akhirnya, Vino usai sudah menjelaskan semua yang harus diketahui oleh Sandra. Dengan jentikan kedua jari di depan mata Sandra, Vino memulihkan kesadaran wanita muda tersebut. Sandra masih seperti orang linglung. Otak dan pikirannya berusaha mencerna semua penjelasan panjang Vino barusan. Si pria memeluknya erat-erat. Dia tahu betul bahwa Sandra sedang terguncang.“Beauty?”Vino memanggil lirih sambil memegang kedua bahu Sandra. Wanita berambut lebat tersebut mengerjap-kerjapkan kedua mata lalu tersenyum. Kemudian, buliran bening meleleh membanjiri pipinya. Vino segera mengusap tetesan air mata dengan ujung jari.“Gak usah percaya dulu! Sekarang ikut Abang!” ajak Vino sambil menggandeng tangan Sandra.“Abang gak bohong, kan?” tanya Sandra sambil menghentikan lang
“Ngapain kita ke sini, Bang?” tanya Sandra terkejut karena dia mengenal betul tempat tersebut. “Ini gudang di perkebunan punya keluargaku, Bang.”“Sekadar pembuktian semua ucapanku,” balas Vino sambil menunjuk sebuah peti yang tergelatak di pojok ruangan.“Kamu liat itu, kan?” tanyanya kepada Sandra.“Ada mayat?” tanya Sandra sambil mengamati peti berjarak beberapa meter dari mereka. “Liat saja setelah ini. Ada yang pergi dan datang,” ucap Vino sambil memegang tangan Sandra.Sesaat kemudian, tampak peti peti bergerak-gerak lalu mulai terbuka. Tepat di saat sesosok keluar dari peti tersebut, mulut Sandra spontan melongo disertai kedua mata terbelalak. Wanita muda ini tak percaya dengan penglihatannya.“Itu Radit, Bang!” teriak Sandra saking histerisnya.Vino seketika memeluk tubuh serta membungkam mulut si kekasih dengan sebelah tangan.“Meski tubuh kita tak tampak oleh siapa pun, tapi suara kita masih terdengar,” bisik Vino ke telinga Sandra. Si wanita seketika menganggukkan kepala.
“Kalian lekas perketat penjagaan mayat dan tempat si putri suci!” teriak Derick sambil meringis menahan perih.“Baik, Tuan Muda Derick. Kami pamit,” ucap serentak ratusan anak buahnya. Mereka pun lenyap dari pandangan mata.Sepeninggal pasukan anak buahnya, Derick segera berlari ke arah air terjun yang berada di sisi tebing. Panglima siluman serigala tersebut masuk ke dalam guyuran air terjun. Namun sebelum beranjak masuk air terjun, pandangan tajam Derick sempat menatap lurus ke arah selaput bening tempat pasangan kekasih, Sandra dan Vino.“Dia lihat kita, Bang?” tanya Sandra yang merasa khawatir.“Gak. Dia hanya dengar percakapan kita. Daya pendengaran bangsa Derick dan aku adalah tajam. Kami bisa menangkap bunyi ultrasonik dengan frekuensi di atas 20.000 Hz. Selevel dengan daya dengar kelelawar,” jelas Vino seraya merangkul tubuh kekasihnya.“Apa dia tahu kalo kita?” tanya Sandra dengan mata awas ke arah air terjun.“Dia gak mungkin tahu. Suara kita telah Abang ubah. Macam dua wani
“Abang dapat info dari mana?” tanya Sandra dengan bersedekap. Tampak raut wajahnya semakin kesal. “Udah dibilang. Abang tahu semua kisah hidup kalian, sebelum Tuan Anggara lahir.” “Serius, Bang! Gak usah becanda!” “Abang serius, Sayang,” balas Vino dengan mimik wajah meyakinkan. “Oh My God! Berapa umur Abang?” “Nanti, kenalan dengan keluarga Abang. Mau?” “Emang keluarga di mana sekarang?” “Sedang ada misi.” Obrolan mereka terhenti seketika. Ada suara menggelegar dari arah altar. Sejoli segera mengarahkan pandangan ke sana. Tampak kilatan petir menyambar jasad Mahendra. Sosok pucat tersebut terlihat mengejang beberapa saat. Kemudian tubuh pria yang sebelumnya sudah jadi mayat berubah hidup kembali. Dia bergerak selayaknya manusia biasa. Derick tertawa terbahak-bahak hingga suaranya bergaung ke sekitar. “Bagus! Kamu sekarang tinggal membiasakan diri menjadi manusia normal. Sanggup?” tanya Derick sambil merangkul Mahendra. “Sanggup Tuan Muda,”jawab Mahendra bersemangat. “Masih
Nyonya Gustav yang digandeng oleh Alice masih saja tak mengalihkan pandangan dari Sandra. Tampak hidung wanita tersebut mengendus-endus. Alice berusaha membujuk maminya dengan memberi sesuatu. Suara mereka masih terdengar hingga ruang tamu.“Alice, Mami gak suka ini. Mami pengen yang barusan. Aromanya menyegarkan dan manis.”“Mami lupa pantangan kita? Masih ingat dengan ancaman Papi? Aku dan Vino gak mau kehilangan Mami. Tahan diri Mami, plis!”Vino memegang telapak tangan si kekasih yang dingin karena syok. Dia kasian melihat Sandra yang tampak tertekan oleh perilaku maminya barusan. Vino menyibakkan rambut Sandra lalu berbisik,”Gak apa. Maaf, Mami sedang tak sehat.”Sandra dengan jantung berdebar-debar hanya menganggukkan kepala sesekali ekor matanya melirik ke arah kepergian dua wanita tadi. Samar-samar masih terdengar suara mereka. Vino yang melihat Sandra yang masih gelisah seketika merangkul pundaknya.“Selamat datang di rumah kami, Sandra. Maafin istri saya. Dia kurang sehat. A
“Saya merasa tersanjung dengan sambutan istimewa ini. Maaf, Sandra gak bawa oleh-oleh. Habisnya Bang Vino ngajaknya dadakan,” ucap Sandra dengan menunduk. Wanita muda tersebut merasa tak enak hati.“Gak apa, Sayang. Lain kali kalo mau ke sini, aku kasih tahu lebih dulu. Tadi emang tiba-tiba dapat ide ngajakin kamu buat kenalin ke keluarga,” ucap Vino yang langsung mencium pipi kekasihnya. “Lain kali kalo ke sini gak usah bawain makanan. Kita gak biasa makanan manusia,” balas Nyonya Gustav.Tentu saja, ucapan Nyonya Gustav barusan membuat Sandra terkejut. Makanan manusia? Tanyanya dalam hati.Vino paham dengan kegundahan yang dirasakan oleh Sandra. Dia berusaha tersenyum untuk mencairkan suasana yang kaku setelah ucapan dari Nyonya Gustav barusan.Pria ini merangkul Sandra lalu berbisik,”Ayo aku antar ke ruang makan. Kak Alice udah mempersiapkan hidangan istimewa untukmu.”Sandra tersenyum manis lalu melihat ke arah Nyonya Gustav dan Vino bergantian. Wanita berambut hitam lebat ini b
"Pikirkan dalam-dalam hubungan kalian. Ambil sikap tegas karena hubungan kalian berbahaya bagi keluarga kita, terutama kamu dan dia.” Nyonya Gustav menasihati sembari mengelus pucuk kepala Vino.“Kalo dia jadi seperti kita?” tanya Vino dengan raut wajah serius.“Dia itu pembawa darah suci. Hanya junjungan kita satu-satunya yang berhak merasakan darahnya,” ucap Nyonya Gustav tegas.Ucapan maminya barusan semakin membuat Vino kacau. Bagaimana mungkin, dia merelakan darah kekasihnya diisap oleh Raja mereka?“Aku antar Sandra dulu, Mam,” ucap Vino yang langsung membopong tubuh kekasihnya menghilang. Beberapa saat kemudian, pasangan kekasih tersebut telah berada dalam lift. Vino segera menekan tombol keluar. Begitu pintu terbuka, pria dengan wujud manusia tersebut membawa tubuh Sandra keluar. Langkah kaki Vino agak diperlambat.Dia merasa ada yang aneh. Kedua mata mengamati secara detail bentuk interior sepanjang koridor yang dilewati. Sampai akhirnya terasa ada sedikit gerakan di bahu Vi
“Gimana dapat restu? Mama kamu saja menentang hubungan kita.”“Kamu tahu dari mana, Sayang?”“Mama kamu ngomong langsung ke aku,” ungkap Sandra yang seketika membuat Vino kaget.“Saat kalian ngobrol di ruang makan?”Sandra pun menganggukkan kepala dengan tatapan mata sedih sekaligus terpukul. Wanita ini benar-benar terpukul di awal perjumpaan dengan keluarga kekasihnya. Vino dengan mudah bisa menebaknya. Vino pikir itu adalah hal paling ceroboh yang dilakukan oleh mamanya. Vino segera merangkul Sandra lalu mengusap bekas air matany“Emang Nyonya Gustav tahu semua tentang aku?” tanya Sandra sesengukan.“Abang gak pernah cerita apa pun ke keluarga, kecuali hanya mau kenalin kamu ke mereka. Itu saja.”Sandra seketika mendongak lalu menatap kedua bola mata Vino. Ada kejujuran di sana.“Bukan salah kamu. Ini semua salah Abang. Cinta Abang ke kamu sudah gak bisa ditahan lagi. Kamu harus jadi milik Abang. Itu yang membuat Mami marah,” jelas Vino.“Salahnya di mana? Kita saling mencinta dan j