"Perumahan Katedral, blok A nomor 14."
Sedari tadi, hanya kalimat itu yang diucapkan Arthur berulang kali. Tangannya meraih bungkus sereal dan menuangkannya pada mangkuk dilanjut dengan susu putih yang sudah ia siapkan sebelumnya.
Tadi sore, ia berhasil menemukan Chloe dan berinisiatif untuk mengikuti langkah gadis itu. Memasuki sebuah mobil Audy merah dan melesat jauh. Hingga akhirnya, mobil itu terhenti pada sebuah komplek perumahan yang tidak terlalu jauh dari kantor Dave.
Sepertinya, anak sulung dari keluarga Taylor itu telah mempersiapkan segalanya. Terlihat dari dua penjaga yang selalu mengawasi sekitar di depan rumah.
Selepas memantapkan hatinya, Arthur keluar dari mobil dan berjalan mendekat pada rumah bercat putih itu. Langkahnya memelan ketika dua penjaga itu melihatnya dengan penuh intimidasi.
"Aku adiknya Dave, anak bungsu dari keluarga Taylor." ujar Arthur yang sama sekali t
Tadi, pagi-pagi sekali, Garvin sudah tiba dirumah Dave. Tujuannya hanya satu, mengecek kondisi Chloe yang mungkin saja dalam keadaan tidak baik.Mengingat jelas jika Dave kembali dengan perasaan gusar. Garvin merasakan itu, merasakan tatapan berang Dave yang seolah ingin membunuhnya ditempat. Tanpa bertanya, ia sudah menebak apa yang terjadi. Jawabannya hanya satu, Celine.Dibalik tembok, Garvin memandang dengan tangan terkepal melihat Dave keluar dari kamar Chloe. Melihat dari penampilan dan aura wajah, pasti Dave baru saja menyetubuhi Chloe untuk memuaskan dirinya. Lagi, adiknya yang malang itu harus menanggung segala perbuatannya.Tangan Garvin meraih secangkir kopi hitam hangat yang masih mengepulkan asap di atas meja lalu menyesapnya. Cairan pekat itu sedikit membantunya meringankan beban yang berkecamuk di otak. Meski tak berlangsung lama, kepalanya kembali berdenyut sakit seolah ditimpa batu besar.
Sebuah kejutan yang membuat Chloe benar-benar terkejut, Dave mengantarnya ke universitas dan mengijinkannya untuk kuliah, hal baik yang untuk pertama kali dilakukan Dave padanya. Meski dengan syarat, setelah kuliah selesai Chloe harus segera pulang, tidak boleh terlalu lelah karena setiap malam ia harus melayani Dave ketika ingin. Tentu saja, selalu ada timbal balik dalam kamus Dave."Aku tahu apa yang kau lakukan selama aku tidak dirumah. Tapi, karena semalam kau berhasil menenangkan pikiran dan juga menghangatkan tubuhku dengan sangat memuaskan maka aku mengurungkan niat untuk menghukumu." ujar Dave begitu sensual. Sepertinya, pria itu tidak peduli jika kegiatan malam mereka diketahui banyak orang. Maksud Chloe, ada Nancy dan Garvin di sini."Dan, aku juga telah membayar segala administrasi yang dibutuhkan. Uang yang kau keluarkan, sudah masuk kembali ke dalam rekeningmu."Selain terkejut ini juga sulit dipe
Arthur mengetuk-ngetukan jarinya di atas meja sebuah kafe untuk menunggu kedatangan seseorang. Tadi, sebelum ia melesat menemui Dave, orang itu lebih dulu menghubunginya dan mengatakan jika ia mendapat informasi dari beberapa hal yang ia ingin ketahui. Maka, ia memilih waktu sekarang ketika selesai menemui Kenneth, akan ada banyak pertanyaan dan informasi yang memerlukan waktu lama. Meski masih terlalu pagi, pukul sepuluh siang.Tidak berapa lama, dari arah pintu muncul seorang bertubuh tinggi menjulang dan berjalan ke arahnya."Sudah menunggu lama?""Tidak terlalu." sahut Arthur enteng. Ya, hanya berkisar sepuluh menit."Baiklah, kau ingin berbasa-basi lebih dulu atau segera ke pembasahan?"Arthur berdecak, ia sudah tidak sabar ingin mengetahui fakta yang di sembunyikan oleh Dave. Dan pria ini, malah membuatnya tersulut emosi. Sejak pertemuannya dengan Dave, suasana hatinya langsung memburuk
Dave terlihat aneh, tidak seperti biasanya. Jika malam-malam sebelumnya, setiap kali kembali ke rumah, pria itu segera menggerayangi tubuhnya begitu pintu tertutup.Kini, Dave hanya terdiam. Bahkan, sepertinya ia tidak sadar jika sudah sampai ke dalam kamar. Meski belum terlalu lama hidup bersama, sudah sedikit banyak ia mengetahui tentang Dave.Sekarang ini, nyawa Dave seolah tidak sedang bersamanya begitupun pikirannya yang tengah berkelana entah kemana. Terbukti, sedari tadi pria itu hanya merangkul bahunya tanpa ada niat melakukan apapun.Bukan, bukan maksud Chloe ingin disentuh dan melakukan sesuatu. Hanya saja, kondisi sekarang terlihat sangat aneh. Seperti ada yang salah dengan Dave hari ini.Selepas menumbuhkan keberanian, Chloe melepaskan rangkulan Dave dan menghadap sepenuhnya pada pria itu. Tak ada reaksi berlebih yang ditunjukkan, mungkin benar jika sesuatu sedang mengganjal hatinya. Meski ha
Alasan mengapa Garvin menyerahkan Chloe pada Dave adalah ibu mereka dan syarat yang Dave ajukan agar mau menolongnya.Saat itu, menginjak tiga tahun Dave, Garvin, dan Celine saling mengenal dan berteman baik. Sedari dulu, sebelum ada Garvin, Celine sudah sering kali bercerita pada Dave, begitupun sebaliknya, mereka saling berbagi kisah entah apapun itu.Meski terkadang, Celine acap kali mengacuhkannya Dave tetap menjadi sahabat yang selalu ada untuk gadis itu. Seperti sekarang ini, ketika Celine tidak ada yang menjemput Dave menemaninya pulang hingga sampai dirumah seraya menuntun sepedanya, mungkin jika sepeda Dave memiliki jok belakang mereka tidak akan berjalan kaki."Kurasa aku menyukai seseorang." ujar Celine sore itu selepas sekolah. Tidak ada Garvin di sana, hanya mereka berdua yang tengah berjalan dengan bungkus makanan dan sekotak susu ditangan masing-masing."Benarkah? Siapa?" tanggap Dave saat itu s
Hujan melanda ibu kota ketika Arthur berhasil masuk ke dalam rumah Dave melalui balkon yang pintunya terbuka. Berkat keahliannya memanjat pohon ia bisa sampai di sini. Dan untung saja, dahan pohon itu tidak berjarak terlalu jauh dari balkon.Arthur menyembunyikan dirinya dibalik sebuah lemari usang yang terdapat di pojok ruangan kala terdengar suara derap langkah mendekat. Tak lama, mengecil hingga akhirnya menghilang.Menghela napas lega dan perlahan keluar dari balik lemari dengan tatapan was-was mengamati sekitar. Langkahnya sangat pelan mencoba agar tidak menimbulkan suara sedikitpun.Tadi, selepas Arthur mengetahui beberapa fakta perihal Dave, ia langsung membulatkan tekadnya ingin merebut Chloe dari tangan Dave dan juga, Garvin. Entah mengapa, rasa benci itu menguar ketika mengetahui dalang dibalik semua ini. Mungkin saja, jika Garvin tidak mengiyakan syarat yang diajukan Dave, Chloe tidak akan menjadi korban dari keegoisan me
Dave melempar begitu saja kemejanya kemudian berlalu menuju tempat permandian guna segera mengguyur seluruh tubuhnya dengan air dingin yang mengucur dari shower, menyegarkan badan sekaligus pikirannya yang tengah keruh seperti air kubangan di pinggir jalan.Tapi, alih-alih menyegarkan, pikirannya yang sudah keruh malah semakin bertambah keruh, sawang bayangan itu bagai film kapasitas HD yang begitu jelas berputar di otaknya.Pintu kaca itu sudah berembun bagai dipenuhi kabut pagi yang sejuk rasanya. Titik-titik air perlahan menjatuhi bumi diiringi gertakan kecil yang menggema di atas sana. Tapi sayang, aroma tanah yang berbaur dengan air hujan tidak menghalangi pikiran Dave yang masih saja terngiang ucapan anak buahnya sepuluh menit yang lalu.Hatinya seperti terbakar setelah ia mendengar kabar jika Arthur berhasil menerobos masuk ke dalam rumah dan juga menemui Chloe. Terlebih lagi, Arthur dengan mudah mengorek rahasia
Hampir setengah jam, Chloe menghabiskan waktunya untuk mandi. Bukan sekedar mandi, tapi juga menangis keras, lagi-lagi ia meratapi nasib buruk yang entah kapan akan berakhir.Semua orang di luaran sana mengira kalau berada dalam posisi Chloe sungguh menyenangkan. Siapa yang tidak ingin menjadi seorang istri dari pria tampan dan mapan seperti Dave? Semua pasti bersorak mau.Namun, mereka tidak menyadari jika yang tampak indah dari mata tidak selamanya begitu. Menjadi istri dari pria arogan malah menjadi malapetaka dan neraka dunia bagi Chloe.Rasanya, baru sebulan ia hidup bersama Dave, tapi sakit dihatinya seolah sudah menyarang bertahun-tahun. Terlalu sakit diingat namun sulit di lupakan, terkesan serba salah.Hidup sebagai tempat pelarian nafsu yang dimana sosok itu seperti kepribadian ganda. Semalam memukulnya dengan penuh amarah dan seakan ingin membunuhnya. Tapi sekarang, ia duduk dengan