WANITA PANGGILAN 51 A
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Mendengar satu nama yang baru saja membangkitkan kenangan lalu pasti membuat pikiran mengacau. Berbagai macam kesimpulan menarik sisi keyakinan untuk menilai sesusi kemauan hati. Bukan sekedar halusinasi, melainkan sebuah intuisi tentang wanita yang sangat dicintai.
Lian sejenak terbawa angin yang melambungkan asanya setinggi awan. Ada getar dalam hati ingin menanyakan lebih jauh orang yang tengah dibicarakan bocah di depannya.
"Maaf, Dek ... tadi siapa nama yang masak semua ini?" Lian bertanya sembari menahan dadanya yang hampir meledak sekuat tenaga. Ada debar berhiaskan tumpukan rindu yang tidak pernah runtuh dan tetap utuh untuk sang wanita.
Bocah berseragam merah putih itu menoleh, tersenyum ceria seperti tidak ada beban. "Namanya Kak Esha, Kak ... dia cantik
WANITA PANGGILAN 51 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraKedua pria itu saling pandang memberi kode untuk mencari jalan terbaik. Dalam hati, Lian tidak ingin kehilangan kesempatan emas ini."Gimana, Vin? Kalau mindahin bingkisan itu terlalu lama," ucap Lian sambil menyisir rambut pendeknya.Entah kebetulan atau kesengajaan, pria yang dulu menebar puluhan duri tajam mendadak berada di belakang mereka. Ya, Nevan yang baru saja akan mengantar Sasmita pulang tertarik keramaian di rumah wanita peraih kewarasannya dulu. Perlahan, ia mendekat, ingin membaur dan menyapa orang-orang yang telah menyadarkan dirinya lewat beberapa hantaman."Maaf ... lancang ... apa ada yang bisa aku bantu? Aku perhatikan dari jauh sepertinya wajah kalian terlihat gelisah." Nevan—pria yang tidak tahu malu menawarkan bantuan secara tiba-tiba.
WANITA PANGGILAN 51 COleh: Kenong Auliya ZhafiraAda rasa empati yang terus menjalar simpati pada hati Lian yang memiliki nasib sama seperti bocah itu. Menjadi yatim karena sang ayah harus pergi dan tidak pernah kembali. Dalam hati, ia ingin mengajak bocah yang asyik bermain dengan legonya untuk hadir di acara Minggu besok."Hei, bocah ... boleh tahu nama kamu siapa?" tanya Lian sembari mendekat setelah beberapa saat mendengar cerita yang memilukan hati.Bocah itu menghentikan permainannya, lalu menatap pria dewasa yang tengah berjongkok sambil memainkan salah satu legonya. "Namaku Bayu Angkasa, Kak ...," jawabnya penuh percaya diri."Oke, Bayu ... besok Minggu datang ke swalayan Kakak ya? Nanti Kakak kasih bingkisan dan hadiah. Kamu boleh ajak ibumu. Bahkan, Kak Esha pun boleh diajak. Kamu mau?" tanya Lian sembar
WANITA PANGGILAN 52 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraRasa sakit karena sisa pilihan tersulit ketika melepaskan cinta demi hubungan yang semestinya terkadang bisa membekas dan meninggalkan luka berbalut ketakutan. Di mana hati yang terbelah dan berdarah dalam kesendirian tanpa ada pegangan. Keteguhan cinta yang sempat diagungkan perlahan menurun ke dasar karena kesadaran diri demi satu kenyataan.Mayasha masih merasakan hal itu. Rasa takut dan rendah diri akan dirinya mematahkan keberaniannya. Meski selama ini hidup dalam keadaan lebih baik, tetapi tidak menghilangkan rasa takut di kepalanya untuk bertemu Tante Elsa ketiga kali. Pertemuan kedua dulu masih menampar sisi wanitanya yang memiliki banyak kekurangan bahkan jauh dari kata sempurna.Lian yang bisa membaca raut wajah wanitanya kembali menggenggam jemari yang masih dihiasi cincin
WANITA PANGGILAN 52 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraPatah hati kedua kali dalam keadaan berbeda membuat Mayasha lebih kuat dan tetap berjalan lurus sejak pria bernama Lian Erza mengulurkan tangannya penuh cinta. Mengenggam erat jemarinya penuh kasih, dan melepasnya tanpa penyesalan. Mayasha merasa kali ini hatinya lebih kuat dan tenang, tidak seperti dulu.Keya dan Marvin tidak henti mengucap syukur karena bisa melihat sahabat yang dulu ia lukai tidak kembali tenggelam bersama gelapnya dunia. Bagi mereka, Lian adalah lelaki paling pantas menjaga berlian yang sempat terjatuh di kubangan lumpur. Karena nyatanya hanya Lian lah yang mampu membersihkan berlian itu menjadi kembali bersinar dengan segenap perasaannya.Elena—teman yang menemani masa sulit pun tidak kuasa menahan air mata bisa mempertemukan Mayasha dan Lian lewat dengan hina. Karena ca
WANITA PANGGILAN 52 COleh: Kenong Auliya ZhafiraLian menerima kunci itu sembari menata debar dalam dada yang kembali bertalu. Bisa berdua tanpa penganggu setelah tidak melihatnya dalam jangka waktu lama membuat gejolaknya naik perlahan. Rasa gerogi tiba-tiba merenggut logika."Ehem! Kita masuk," ucap Lian untuk menutupi hatinya yang mulai menggila.Wanita yang bisa merasakan perubahan itu hanya diam ketika jemarinya ditarik pelan untuk menuju rumah yang pernah ia tinggalkan. Langkahnya terus mengikuti hingga sampai berada di ruang tamu.Mayasha melihat puluhan bingkisan hampir menghiasai setengah ruang tamu. Hatinya penasaran bingkisan sebanyak itu akan digunakan untuk apa."Li, kamu mau mengadakan acara apa? Kok, banyak banget bingkisan ini?" tanyanya sembari menatap sang pria
WANITA PANGGILAN 52 DOleh: Kenong Auliya ZhafiraPerlahan, sang pria mengenggam erat jemari yang terasa dingin, lalu menariknya berjalan bersama menuju rumahnya. Lian sesekali melempar senyum karena kali ini sangat yakin akan membuat wanitanya menjadi orang paling bahagia di dunia.Mayasha terus memanjatkan doa dalam hati agar pertemuan kali ini tidak berakhir seperti sebelumnya. Sorot mata sang pria terpancar penuh keyakinan, membuat rasa takut menghilang perlahan."Kamu nggak usah gugup. Ada aku di sini." Lian kembali memberi semangat sebelum mengetuk pintu rumahnya.Wanita di sebelahnya hanya mengangguk, mencoba percaya akan semua ucapan pria yang tidak lelah bersemayam di hati meski fsldm kesunyian. Karena memang hanya itu yang bisa ia lakukan."Assalamu'alaikum, Bu ... Lian pulang." Pria
WANITA PANGGILANLast Episode AOleh: Kenong Auliya ZhafiraBertemu kembali seseorang yang kehadiranya mirip sebuah bayang hitam hanya akan menyisakan keraguan. Bukan ragu akan sosoknya, melainkan ragu akan kasih sayangnya. Apabila cinta itu telah mengakar kuat, maka tidak akan mungkin membiarkan orang itu menangis dan terluka.Mayasha tidak mendapatkan semua itu semasa kecil dari wanita di depannya. Nyatanya ia tetap pergi meski tangisannya berusaha menahan.Melihat putri yang selama ini ia lukai sekaligus ia rindukan terdiam, Maya memutuskan bersujud di kaki anaknya. Memohon ampunan untuk semua kesalahan karena telah tega meninggalkan keluarganya."Ibu minta maaf, Sha ... Ibu salah meninggalkan kamu. Ibu mohon ampun," ucapnya dengan air mata yang terus menetes membasahi pipi.Mayasha masih t
WANITA PANGGILANLast Episode BOleh: Kenong Auliya ZhafiraIni pertama kali wanitanya memuji apa yang ia lakukan di hadapan sang ibu. Padahal dulu hal ini yang membuat semua luka tercipta. Namun, semuanya telah berlalu, persis seperti goresan luka yang akan mengering seiring berjalannya waktu."Ehem! Jadi, aku dapet pujian nih ...?" tanya Lian pura-pura tersipu untuk mengukir senyum di sudut bibir wanitanya. "Bajuku kok, tiba-tiba sempit ya?" ujarnya lagi sembari meraba bajunya sendiri.Seketika semua orang tertawa melihat tingkah pria yang tengah berada di puncak bahagia. Bukan karena bertemu kembali dengan wanitanya, melainkan karena berada di antara orang-orang terkasih tanpa ada lagi luka yang tertanam di hati.Ibunya Lian pun baru menyadari, tidak semua wanita seperti Mayasha akan terus terkungkung dalam gelapnya hati,