"Tu-Tuan Reza, se-sejak kapan Tuan berada disini?" Meli nampak gugup tatkala Reza sudah berada dibelakangnya. Setahu Meli majikannya seharusnya sudah berangkat kerja. Namun, kenapa sekarang masih berada dirumah ini.Wanita yang berprofesi sebagai asisten rumah tangga itu nampak takut, tangannya pun ikut gemetar. "Bukankah saya gaji kamu disini untuk kerja ya? Tapi kenapa kerjaan kamu, kamu kasih pada Kirana. Bukankah kamu tahu juga kalau Kirana sehari-harinya hanya mengurus anakku?!" Reza menegaskan jika mereka mempunyai pekerjaan masing-masing."Tau Tuan, tadi saya hanya bercanda kok. Lagian saya gak berani sama sekali, maaf Tuan." Meli nampak semakin ketakutan jika dirinya dikeluarkan dari kerjaan yang sudah 5 tahun ini bekerja disini bersama Reza dan keluarga."Tapi Tuan, lihat jidat saya berdarah. Ini semua itu gara-gara Kirana, kalau saja semalam dia tidak mendorong tubuh saya, mungkin kepala saya tidak sakit begini. Sekarang saja rasanya pusing sekali, akibat terlalu banyak
Tok! Tok! Tok!Gedoran demi gedoran terdengar di telinga pria muda yang statusnya sedang galau itu. Reza Kusuma begitu terganggu saat sang pembantu tak kunjung membukakan pintu. "Kemana Kirana dan Meli, mengapa mereka tidak membuka pintu," gumam Reza sembari terdiam tatkala ada orang yang menggedor pintu dengan kasar. Pada akhirnya pria tampan itu pun mengambil tindakan, sebab suara yang begitu kasar.Pada saat Reza sudah sampai di ruang utama hendak akan membuka pintu tiba-tiba Kirana pun menghampiri. "Tuan biar saya yang bukakan pintu," sahut Kirana sembari tangan memegang knop pintu. Reza pun masih terdiam dan enggan untuk melangkahkan kaki melanjutkan rencana ya tadi. Kriiieeet! Pintu Pun terbuka lebar, terdapat dua sejoli yang menurut Kirana sangat tidak asing di matanya. Dan disana terdapat pria yang selama ini dicarinya dan bahkan mungkin sekarang akan teramat dibencinya. "Dia, sedang apa dia disini?" Alvin terlonjak kaget tatkala melihat sang mantan yang disia-siakan ber
Reza memperlihatkan sikapnya yang mesra di depan mantan istrinya dan juga Alvin. Membuat Tiara yang saat itu melihat mencibirkan bibir.'Apa maksudnya Tuan Reza? Mengapa dia memegang kedua tanganku begitu erat. Apa dia melakukan semua ini agar Mbak Tiara malu?' batin Kirana ikut bertanya."Aku tak menyangka ya Mas, sekarang selera kamu rendahan banget. Dulu kamu nikahi ratu tapi sekarang kamu malah nikahi babu. Lucu banget tau gak," cibir Tiara diiringi gelak tawa yang begitu menghina.Sedangkan Kirana masih tak percaya dan begitu tegang saat dirinya berada disebelah majikannya. Rasanya seperti mimpi bisa sedekat itu."Aku tak perduli mau ratu ataupun babu, yang jelas aku butuh kesetiaan bukan hanya janji dusta!" Reza menatap mantan istri dengan tatapan kecewa dan amarah yang tak terbendung lagi."Oyah, kita lihat saja nanti Mas, kamu akan bertahan lama atau tidak bersama calon istri baru kamu ini, dia begitu udik. Aku tak percaya kamu bisa mencintainya seperti kamu mencintai aku Mas
"Ngapain Lo senyum senyum gak jelas gitu?! Kayaknya ada yang lagi ngarep nih sama Tuan Reza! Hah jangan terlalu percaya diri kamu! Tuan Reza gak cocok sama kamu, beliau cocoknya sama Meli Kusuma."Di lantai dua terdapat Meli yang sudah siap berdiri di hadapan Kirana. Sepertinya wanita itu sudah melihat gelagat Kirana sejak tadi. Kirana pun tak menggubrisnya sama sekali, ia bahkan hanya memberi seulah senyum ramah."Aku doakan semoga Mbak Meli sama Tuan Reza berjodoh,"sahut Kirana tak ingin berbasa-basi. "Ia harus banget lah, kalau pun tak berjodoh pokoknya harus dijodohin." Tok! Tok! Tok!Ditengah perbincangan antara Kirana dan Meli tiba-tiba suara gedoran pintu itu hadir lagi. Serentak membuat pikiran Kirana heran."Masa iya Mbak Tiara datang lagi, atau jangan-jangan bersama Mas Alvin lagi," pikir Kirana mulai merasa resah saat dirinya harus membukakan lagi pintu untuk sang mantan pacar yang sudah menyia-nyiakannya itu."Kirana Lo budek ya? Di luar ada tamu ketuk pintu!" pekik Meli
"Reza, maksud kamu apa? Apa kamu tidak salah bicara atau salah pilih. Dari penampilannya saja dia lebih pantas menjadi pembantu bukan jadi istri kamu!" protes Bu Sinta merasa tidak setuju dengan ucapan Reza barusan. Wanita paruh baya itu begitu kaget tatkala Reza memperkenalkan wanita yang terlahir dari kalangan yang menurutnya bawahan."Aku tidak salah pilih Ma, aku kasihan jika melihat Griz harus tumbuh besar tanpa kasih sayang dari seorang ibu. Jika Kirana tidak keberatan maka aku akan menikahinya besok juga.""Besok hari?! Tuan, apa maksudnya ini?!" Wanita muda itu begitu tercengang dengan ungkapan demi ungkapan yang diucapkan sang majikan. Bagaimana bisa menikah dengan waktu yang begitu cepat, sedangkan dirinya dan majikannya baru saja saling mengenal. Itupun hanya sebatas majikan dan seorang pegawai. Dan tidak semestinya menikah terlalu cepat juga."Tapi, tuan apakah harus secepat itu? Aku ini orang baru disini. Dan kita hanya sebatas majikan dan aku pegawai yang Tuan gazi. Ma
Tok! Tok! Tok!"Ma, bolehkah aku masuk. Ada sesuatu hal penting yang ingin aku bicarakan pada Mama."Gedoran demi gedoran dari balik arah pintu kamar Bu Sinta. Reza sedang menunggu sang Mama membukakan pintu."Mau membicarakan apa lagi, aku tak sudi untuk mendengarkannya! Pergi kamu dari kamar Mama, Reza. Atau, Mama saja yang akan pergi," teriaknya dari kamar tanpa membukakan pintu untuk anak lelakinya yang masih menunggu.Krieeet! Tangan Reza pun terpaksa membuka pintu kamar Bu Sinta. Ia terpaksa masuk walaupun wajah sang Mama sedang cemberut sebab ia sangat marah. "Mama mau kemana lagi? Bukankah Mama baru saja pulang ke rumah Reza. 10 tahun Mama di singapura meninggalkan Reza sendiri dan sekarang Mama malah ingin pergi lagi. Kemarin Tiara meninggalkan Reza dan sekarang Mama pula? Ma, haruskah Reza bersimpuh di hadapan Mama, agar Mama memaafkan Reza," lirih Reza dengan penuh permohonan. Ia berharap bahwa Bu Sinta tak lagi pergi meninggalkannya yang kedua kali. Selama ini Bu Sinta p
"Kirana apa kamu sudah siap? Hari ini kita menikah, dan aku sudah menyuruh sopirku untuk menjemput bapak kamu yang berada di kampung," imbuh Reza datang ke kamar wanita muda itu, hanya ingin memberitahu bahwa hari ini sudah bisa dimulai pernikahannya. Kirana yang baru saja terbangun sontak bimbang, di hatinya ada rasa bahagia dan juga kecewa dengan pernikahan yang terlalu cepat dan mendadak. Tapi, siapa juga yang akan menolak jika diajak nikah dengan pria tampan dan mapan seperti Reza."Baik Tuan, kalau begitu sebelum dirias aku akan mandi dulu," sahutnya sembari menguap beberapa kali akibat masih mengantuk.Wanita muda dengan tubuh semampai itu beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dulu. Sanggupkah ia nanti siang akan bertemu lagi dengan sang bapak yang dimana dulu pernah memaksa menikahkannya dengan Juragan Anton.***"Sah?" "Sawah," ucap riuh bahagia para tamu undangan, dan juga saksi di acara pernikahan Kirana dan juga Reza. Walaupun
Kriiiett! Daun pintu kamar pengantin pun terbuka lebar, diatas ranjang sudah ada Reza yang sedang tertidur pulas. Sepertinya ia kelelahan. Padahal tadi pria itu bilang ada kerjaan, tapi tak terlihat ada laptop di sekelilingnya.Seharusnya ini malam pertamanya dengan Reza, akan tetapi pria tampan itu malah meninggalkan tidur. "Selamat tidur suamiku," lirih Kirana sembari tangan menutupi tubuh Reza dengan selimut.Jujur saja bagi wanita beranak satu itu hari ini salah hari terbahagia di hidupnya, walaupun kisah cintanya begitu singkat. Untuk bisa menikah Reza mungkin dulu hanya mimpi, namun sekarang malah jadi suami. ***Esok hari. Tangan kiri wanita muda itu bergerak, seharusnya di sebelah kiri terdapat tubuh suami. Namun naas ketika Kirana melihat hanya ia saja yang tertidur seorang diri. "Mas Reza," sahut Kirana.Dan ternyata Reza sudah siap dengan jas dan juga kemeja putih sudah Rafi akan berangkat kerja. "Mas Maaf aku kesiangan semalam. Mungkin kemarin aku kecapean hingga ak