“Jang, coba tebang pohon tomat yang disebelah sana. Soalnya kalau tidak dipotong mobil gak bisa keluar." teriak Aki Karma kepadaku sembari memotong tumbuhan dan semak belukar yang menghalangi mobil itu.
“Ki, tidak apa-apa ini pepohonan kita tebang. Soalnya hampir setengahnya kita harus tebang semua kalau mobil itu ingin keluar. Ini kebun tomat sama jantung nya juga jadi hancur padahal belum waktunya panen,” Kataku
“Tidak apa-apa. Si Nandi dan Mamat sudah negosiasi dengan Mang Jamal pemilik kebun, mereka juga berjanji akan mengganti rugi atas kerusakan kebun ini,” kata Aki Karma meyakinkanku.
“Tebang aja semua Mang, kita buka jalan supaya mobil ini cepat keluar
Terima kasih sudah menjadi pembaca setia WARUNG TENGAH MALAM Jangan lupa support WARUNG TENGAH MALAM di dalam event Goodnovelvaganza di media sosial Vote dan Komen bintang lima ya supaya saya masih tetap semangat untuk uploab bab terbaru terima kasih
Nama Gunung Sepuh yang sudah dikenal beratus-ratus tahun yang lalu sebagai gunung yang dikeramatkan oleh para manusia diluaran sana, tidak serta merta menyandang predikat tersebut tanpa banyak campur tangan manusia yang ikut menyebarkan rumor-rumor tentang Gunung Sepuh itu. Namun juga ada beberapa yang sengaja mengajak para manusia lain yang ingin mendapatkan kekayaan dan kejayaan dalam waktu yang singkat, mereka rela menempuh jalan yang sangat jauh dari tempat tinggalnya. Hanya untuk mengajak orang-orang yang ingin mendapatkan kekayaan. Sebenarnya hal-hal seperti ini sangatlah sistematis, para makhluk tidak serta merta mempromosikan dirinya sendiri kepada para manusia yang hidup dan beraktifitas di dunia ini tanpa ada sosok manusia lain yang sudah bekerja sama terlebih dahulu dengan para makhluk itu. Mungkin ini
Sudah beberapa malam hari ini Kampung Sepuh tampak ramai, di datangi oleh mobil-mobil yang melintasi kampung menuju ke Gunung Sepuh. Mobil-mobil yang tampak bagus dan mewah datang dan melintas, rata-rata mobil SUV atau mobil 4x4 dengan ban yang besar. Mungkin karena jalanan kampung yang belum rata, masih penuh dengan batu kerikil dan tanah. Sehingga hanya mobil-mobil tersebut yang dapat melintas di jalan berbatu menuju Kampung Sepuh. Tujuannya sama, ke arah Gunung Sepuh. Entah apa yang terjadi, sudah hampir tiga hari berlalu semenjak kejadian di malam itu. Secara tiba-tiba muncul entah dari mana mobil-mobil itu datang, dan aku sendiri juga tidak tahu. Maksud dan tujuan mereka datang ke kampung ini. Brumm Mobil SUV berwarna putih berhenti tepat di warung, terlihat warna putih itu sedikit kotor terkena debu dan lumpur dari jalanan yang menempel pada body mobilnya. Seseorang tampak turun, terlihat Pak Toni turun dengan setelan kemej
Sudah beberapa hari ini Gunung Sepuh kembali ramai, banyak orang berbondong-bondong datang ke arah Gunung Sepuh. Dan semuanya mungkin mempunyai tujuan yang sama. Mencari tahu penyebab Nyi Laras menghilang. Mereka mungkin adalah orang-orang yang sudah melakukan ritual ngipri dengan Nyi Laras, namun ketika Nyi Laras menghilang, kini secara tidak langsung mereka terbebas dari kekangan yang menjeratnya. Namun, karena ketamakan dan keinginannya untuk tetap bisa mendapatkan kekayaan yang berlebih. Malah mereka menganggap bahwa hilangnya Nyi Laras adalah musibah baginya, sehingga mereka mencari tahu penyebabnya. Bahkan tak sedikit dari mereka yang mungkin akan melakukan ritual yang lain dengan makhluk yang setara dengan Nyi Laras demi keberlangsungan hidupnya. Makanya, hal ini sangat dilarang dilakukan oleh manusia. Karena, bisa membuat mereka tidak percaya dengan kemampuannya sendiri, dan mengandalkan para makhluk halus dengan segala tipu dayanya.
Kembali ke dua tahun sebelumnya, dimana warung yang berdiri di dekat rumahku ini masih di jaga oleh Bapak ketika malam hari. “Eh yang satu lagi kemana? Tumben ga dateng.” kata Bapak sembari menyerahkan permen. “Dia sudah punya majikan Pak, Katanya sekarang lagi modus operandi di kampung sebelah. Eh tapi Pak, bantuin kita juga buat dapet majikan dong, kan enak bisa ngisep darah orang ntar. ” "Bilangin aja ke manusia yang mau adopsi kita ini kalau hidupnya nanti di masa depan,
“Aku tidak ingin anakku seperti ku, menjaga warung terus menerus hingga akhir hayatnya. Aku ingin anakku sukses diluar sana, mengejar cita-citanya yang dia idam-idamkan sedari kecil,” “Aku sengaja mengumpulkan uang untuk kuliahnya, berharap. Dia bisa mengejar karir setinggi-tingginya di kota,” “Aku sebenarnya sudah tidak peduli lagi dengan warung ini, dengan Kampung Sepuh yang aku tinggali selama ini. Juga dengan Gunung Sepuh yang berkaitan erat dengan warung ini," “Aku iri sima, melihat keluarga lain, mereka berkumpul dengan anak dan istrinya siang dan malam, mereka saling bercanda, makan bersama-sama, tidur dengan nyenyaknya setiap malam dan akhirnya bangun di pagi dengan hati tenang tanpa beban harus menjaga warung siang dan malam
Banaspati, sebutan para manusia untuk makhluk yang sedang kulihat ini. Makhluk yang berbentuk seperti bola api besar yang melayang-layang di dekat warung, apinya sangat panas hingga membakar daun-daun dari pepohonan di kebun seberang warung. Banaspati adalah suatu pertanda, bahwa ada seseorang yang sedang mengirimkan ilmu hitam berupa santet kepada seseorang. Kemunculannya adalah suatu penanda awal santet itu dikirimkan, dan setelah banaspati muncul di rumah sang target, biasanya mereka yang menjadi targetnya akan langsung sakit parah, namun penyakit yang diderita oleh korban tidak akan terdeteksi oleh medis. Dan sekarang banaspati itu ada di Kampung Sepuh tepat di depan warung yang sedang aku jaga. Yang berarti, ada seseorang yang sengaja mengirimkan makhluk ini untuk menyantet sal
Dugg Mbah Walang secara tiba-tiba terpental beberapa kali dari tempat duduknya, dupa yang menyala di depannya mendadak mati, semua peralatan ritual yang ada di depannya secara bersamaan dan berterbangan kemana-mana. Hingga akhirnya dia berguling-guling di tanah hingga akhirnya berhenti ketika menabrak sebuah pohon yang letaknya tidak jauh tempat duduknya. Cough, Cough Mbah Walang terdengar seperti batuk. Namun kini, terlihat beberapa tetes darah mengucur dari mulutnya, Pak Toni yang ada di dekatnya tampak panik. Dia langsung menghampiri Mbah Walang yang sedang tersungkur di dekat pohon yang ada di dekatnya.
Pak Ardi, Aku tidak tahu apa-apa tentang dia. Aku tidak tahu apapun tentang dia. Namun, dia sepertinya tahu sekali akan warung ini. Aku sungguh kaget dia berbisik seperti itu, dia berbisik dan mengatakan bahwa semuanya harus selesai sebelum malam hari. Karena dia tahu, aku harus menjaga lagi warung ini ketika malam tiba. Sebagai seorang pejabat publik, dia terlihat sangat cekatan. Bahkan, Aki Karma yang sudah terbiasa memimpin para warga Kampung Sepuh, kini tampak menuruti semua yang Pak Ardi katakan. “Ki, coba nanti kamu beli semua bahan-bahan untuk perbaikan warung ini ya ke toko bahan bangunan yang ada di Kampung Parigi. Ambil aja dulu semua yang dibutuhkan, nanti kasih bonnya kepadaku. Bilang aja dari Bapaknya Agus. ”