Rexa masih termangu, sementara Bu Anne terdengar menangis di balik telpon. Sejak lima belas tahun dia bersembunyi karena pengancaman yang terjadi padanya juga untuk Rexa.
"Mami sekarang ada di mana?" tanya Rexa."Mami ada di sebuah Desa, Nak. Jemputlah mami," sahut Bu Anne.Rexa melirik ke Hani, gadis itu ikut pula menangis, sejak SMP orang tua Hani di kampung merawat Bu Anne yang mereka temukan di pinggir jurang karena kecelakaan, kini Bu Anne telah sehat kembali, dia bisa di mintai memberikan alamatnya pada Hani bisa menelusuri jejak nama Rexa hingga bisa menemukan kantor Global Indo."Rexa akan menjemput Mami, tunggu Rexa," ucap Rexa menutup telponnya."Kamu ceritakan semua di mobil nanti, tunjukkan di mana letak Desa mu, kita akan kesana," kata Rexa pada Hani.Rxea mendial nomor Gerald agar menemanimya ke Desa tersebut, di bawa asisten pribadinya itu sudah menunggu dan menyiapkan Pak Budi pula untuk meMalam tiba, mobil mereka telah sampai di Drsa yang amat terisolir, mobil itu bahkan menrejang berbagai lumpur dan kubangan air. Keahlian mengemudi Pak Buid sungguh di uji oleh jalanan Dusun Hani yang belum tersentuh uluran tangan pemerintah.Hani menunjuk ke arah rumah kayu yang amat sederhana, dia mempersilahkan ketiga tamunya itu untuk turun dari mobil lalu masuk ke dalam rumah orang tuanya."Silahkan masuk," ucap Hani.Rxea tak sabar, dia lebih dulu masuk ke rumah Hani, mereka bsrtiga duduk di ruang tamu hanya di kursi kayu. Hani masuk memanggil keduan orang tuanya memberitahu bahwa anak Bu Anne sudah tiba untuk menjemput maminya.Pak Agus dan Bu Idah keluar dengan perasaan gugup, entah sulit berkata-kata nanti karena keluarag orang yang mereka rawat selama bertahun-tahun adalah orang yang kaya raya. bu Anne yang masih masa pemulihan terstidur di dala kamar Hani."Mami saya mana, Pak dan Bu?" tabya Rexa mneren
Yatri dan Pak Yahya beserta Randy makan malam bersama, tak ada kata yang menyua banyak malam ini, itu karena pesan Rexa agar dia selalu menjaga sikap saat tak ada dirinya. "Rexa belum pulang?" tanya Pak Yahya. "Dia ke luar kota, Kek. Ada urusan penting dengan Gerald dan Pak Budi," sahut Yatri. "Berarti kamu tidak bertemu besok saat kami pulang," ujar Pak Yahya. "Kakek tinggallah disini lebih lama, Rexa pasti akan senang." "Tidak bisa menantuku, rumah kakek bagian hidup kakek, jiak jauh dari rumah, saya berasa tidak tenang," sergah Pak Yahya. "Kakek tidak mau meninggalkan kenangan lama di rumahnya, disana banyak kenangan bersama nenek, Yatri," timpal Randy. Yatri mengerlingkan mata, dia baru sadar bahwa sulit di masa tua melupakannkenangan muda di saat bersama pasangan, itulah yang di rasakan pula oleh Pak Yahya. "Kapan-kapan kami akan kembali lado bertamu, lagi pula Randy juga besok
Bu Anne tertegun. Dia tidak menyangka Rexa sudah bisa lebih dewasa tanpanya. Bahkan sudah mampu mengambil tekad untuk menjadi pemimpin rumah tangga, tapi mengingat janjinya pada Hani, apa yang harus ia katakan pada gadis cantik itu, padahal Bu Anne sering mengatakan pada kedua orang tua Hani bahwa dia ingin menjadikan Hani sebagai menantunya."Tapi Rexa, mami sudah terlanjur janji pada orang tua Hani," lirih Bu Anne bingung.Rexa menelan saliva, dia bahkan sulit untuk mengutarakan bahwa dia hanya menikah kontrak dengan Yatri. Berat, sangat berat mengcampakkan Yatri yang ibu dari anaknya.'Rexa, Yatri sedang mengandung anakmu, kau juga sudah menyayanginya, jangan tergoda apapun itu,' tegas Rexa dalam hati."Rexa, Mami tidak memaksa kamu, Nak. Tapi biarkan Hani kamu kuliahkan dan tinggal bersama kita," pinta Bu Anne."Iya, Mi. Lagi pula, Rexa sayang sama istri Rexa, namanya Yatri." Rexa sudah berkata jujur dari hati yang
Yatri .." lirih Rexa memuncak. Jemari Yatri memainkan sendiri miliknya di bawah sana, menggoda Rexa yang kian di langit melayang membayangkan bercinta dengan istrinya. Jari Yatri makin liar, memompa keintimannya sendiri dengan suara desahan, rintihan itu membuat Rexa memainkan ritme tangannya dengan cepat. Keduanya makin terbua dengan halusinasinya, bayangan bersama saat memiankan lakon itu. "Sayang .." ucap Rexa mengusap layar ponselnya yang masih memperlihatkan Yatri memainkan jari disana. "Aku tidak tahan, ah .." balas Yatri dengan mimik wajah kemanjaan. "Aku buat cepat ya, sayang .." ucap Rexa lagi. Suara desahan keduanya meriuhkan kamar masing-masing, memejamkan mata seakan memainkan cinta dengan perlawanan kenikmatan satu sama lain. "Ah, cepat Pa .." pinta Yatri yang berhasil menghayati imajinasinya. "Iya, Ma .." Tangab keduanya kian cepat memainkan tempo di milikn
Pagi telah tiba, di halaman terdengar deru mobil memarkir. Yatri yang sedari tadi menunggu di ruang tamu berlari keluar menuju teras. Saat terbuka pintu mobil, Rexa menggandeng tangan Bu Anne dengan sangat hati-hati. Yatri melihat itu agak tertegun, dia menatap nanar wajah wanita bersalah Prancis itu, ada tanya yang berkelebat di benaknya, namun wajah manisnya ia tetapkan tersenyum menyambut kedatangan Rexa beserta tamu misteri itu. Rexa melangkah bersama Bu Anne menaiki anak tangga, dia menuju ke Yatri yang termangu di belahan pintu. "Kita masuk dulu," ujar Rexa pada Yatri dan Maminya. Yatri menyungging senyum, dia lebih dulu masuk dengan wajah penasaran, Bu Yat yang melihat Bu Anne berlari memeluk majikannya yang lama hilang itu. "Ya Allah, Bu Anne .." lirih Bu Yat sesegukan. Yatri yang tahu nama Mami Rexa terksiap mendengar lirihan Bu Yat, dia memalingkan wajah ke arah Rexa meminta jawaban,
Bu Anne duduk di balkon kamarnya, dia melihat sekitar halaman rumah Rexa yang begitu luas dan asri, merasa bangga karena telah melahirkan anak yang secercah dan pekerja keras seperti Rexa. Meski ia tahu, ada luka rahasia yang ia sembunyikan agar anaknya itu tidak terluka.Dari luar kamar ada yang mengetuk pintu, itu suara Yatri yang ingin masuk menemui mertuanya, atas permintaan Rexa, Yatri harus menjalin keakraban pada ibu mertuanya itu."Bu, saya bawakan teh," kata Yatri berdiri di belahan pintu."Bawa kemari, Nak." Bu Anne menyeru ramah.Meski gugup, Yatri berusaha mencairkan diir agar tak beku di hadapan mertuanya. Dia trauma saat menjadi menantu ibu dari Galang, semua tatapan dan suara gertakan mantan mertuanya masih terngiang jelas di pikirannya hingga terbawa saat ini bila berhadapan dengan Bu Anne."Kamu duduk disini, ada yang ingin saya bicarakan," pinta Bu Anne.
Setiba di Desa Yatri, Pak Budi masih di arahkan lagi menuju ke lorong rumah Uwa Nawi yang terletak di persimpangan jalan yang tak jauh dari mobil mereka."Ini Desa kamu?" tanya Rexa mengamati setiap arah Di Desa yang masih menyimpan adat tradisional di setiap bangunan rumah warganya."Iya, disini saya di besarkan, ayo kita turun, di depan rumah Uwa tidak lahan parkir mobil," sahut Yatri.Ketiganya turun, Pak Budi membawa buah tangan hadiah untuk orang terkasih Yatri. Rexa yang berparas tampan itu jadi sorotan utama bagi tetangga Uwa Nawi melihat suami kedua Yatri itu."Seketika kamu jadi aktor disini," bisik Yatri melihat ekspresi para tetangganya.Rexa hanya melempar senyum pada warga Desa Baruga itu. Bahkan slaah seorang dari para gadis tersebut malah mengambil gambar Rexa secara diam-diam, itu karena kekaguman pada Rexa yang berkharisma nan rupawan.
Bu Anne dapat menyembunyikan kepanikannya. Dia yakin, Bu Wanda bukanlah orang yang selalu main-main dalam ancamannya. Segampang itu dia akan beberkan semua rahasianya ke Rexa, dan setelah mengetahui itu, Rexa pasti akan membenci dan tidak mengakui Bu Anne sebagai ibunya lagi."Bu, bahaya bila bertemu Bu Wanda lagi," kata Bu Yat memperingatkan."Saya akan bawa pengawal Rexa, Bu Yat. Kali ini saya akan lebih berhati-hati," sahut Bagi Anne. Baginya akan lebih bahaya lagi bila di mengacuhkan permintaan Bu Wanda."Saya ek tas dulu Bu Yat, oh ya, Rexa dan Yatri kapan pulang?" tanyanya."Mungkin malam nanti, Bu."Bu Anne mengangguk-angguk lalu naik ke atas lagi. Bu Yat yang sebagai kaki tangan Rexa menaruh kecurigaan antara Bu Anne dan Bu Wanda, dia meyakini ada sesuatu pemerasan lagi di balik perjanjian pertemuan yang mereka agenda kan di hari esok.Sementara Bu Wanda tersenyu