Setelah selesai membahas masalah rencana baru yang tengah dibuat oleh anak buah Alex, detektif Aldi pamit undur diri dari unit apartemen Aaron dan kembali ke kantor.
“Kalu begitu, saya pamit undur diri, karna saya masih harus kembali ke kantor.” Ucap detektif Aldi sambil bangkit berdiri bersiap meninggalkan ruangan itu.
“Ah, baik Pak. Nanti akan kami infokan kembali untuk strategi lanjutan kita agar bisa masuk kedalam markas Dimas.” Ucap Alex yang ikut berdiri bermaksud mau mengantarkan detektif Aldi kedepan pintu.
“Yap, saya juga akan berbagi informasi kepada kalian kalau anak buah saya menemukan informasi terbaru.”
Detektif Aldi pun pergi meninggalkan unit apartemen Aaron seorang diri.
Saat ini sudah pukul sembilan malam, tetapi ia masih harus kembali ke markasnya untuk bisa segera menyelesaikan kasus ini.
Masih ada banyak yang harus ia kerjakan dalam penyelidikan ini.
Detektif Aldi menghidupkan m
Aera beserta keluarga tengah berbelanja keperluan memasak Korean Food yang akan dijadikan umpan untuk anak buah Dimas yang ada dimarkasnya.Dengan ditemani suami dan anak-anaknya, mama Aera membeli bahan japchae, kimbab, dan bulgogi yang sudah menghabiskan dua troli penuh.“Mama niat banget si mau bikin Korean Food buat umpannya.” Keluh Aera yang sudah merasa lelah mengikuti Mamanya berkeliling mencari bahan makanan.“Iya dong, harus itu. Kan, nanti ini buat makan kita juga.” Ucap mamanya exited.Papa dan Boem Jin yang mendapat jatah tugas mencari wadah untuk Korean Foodnya berpencar dibagian peralatan makan.Setelah hampir setengah hari mereka berbelanja, merekapun bergegas pulang dan menyiapkan bahan makanan yang sudah mereka beli untuk dibersihkan dan dipotong-potong agar mama Aera merasa lebih mudah untuk memasaknya.Lagi dan lagi, Aera dan Boem Jin harus turun tangan membantu mamanya selama proses memasak.
Setelah menunggu setengah jam, para anak buah Dimas yang sudah memakan box makan siang sudah dalam keadaan tertidur.Obat tidur yang diberikan oleh Jolie untuk dicampurkan kedalam semua menu makanan Korean Food bekerja dengan ampuhnya.Mereka hanya memiliki waktu 12 jam sampai mereka terbangun lagi.Setelah melihat semua anak buah Dimas tertidur, Jolie dan Reynaldpun langsung masuk kedalam markas mereka.Jolie dan Reynald yang berbekalkan pistol dan pisau yang tersimpang samping pinggang mereka, dengan waspada masuk perlahan menuju ruang kontrol.Didalam markas itu, ternyata ada sepuluh anak buah Dimas dengan persenjataan lengkap. Didalam sana, tidak ada ruang yang penuh dengan darah, hanya saja satu ruang kontrol yang berisi monitor CCTV yang menampilkan berbagai tempat yang terasa asing dimata Jolie.“Cepet pindahin file data yang ada disini!” ucap Jolie mengingatkan Reynald yang masih menelusuri seluruh ruangan.“
DIMAS POV“Sir, semua anak buah kita yang ada dimarkas utama telah tertangkap oleh pihak kepolisian.” Ucap Indra, tangan kanan Dimas.Dimas yang duduk di meja kerjanya sudah mengetahui kabar ini lebih dulu karna ia mengamati semuanya dari rekaman CCTV di layar komputer.“Yes, I know.” Ucap Dimas santai sambil memutar-mutar gelas yang berisi wine.Indra terdiam, ia bingung dengan tuannya yang masih dalam mode calm saat telah mengetahui sebagian anak buahnya ditangkap.‘Bukankah kalau mereka tertangkap, dia juga bisa dalam bahaya?’ Indra membatin.“Kamu tenang aja Ndra, mereka gak akan bisa menangkap saya.” Ucap Dimas tetap tenang. Senyumnya mengembang menyiratkan sesuatu.Indra yang sudah sangat paham watak pikiran Sirnya itu, hanya bisa terdiam dan menunggu apa yang akan Sir nya lakukan nanti.“Kalau begitu, apa yang harus saya lakukan sekarang
Karna tidak mendapat jawaban apapun dari Adam, detektif Aldi menginterogasi seluruh anak buah Dimas yang ia tangkap.“Kau kenal dia, kan?” tanya detektif Aldi ke salah satu anak buah Dimas yang paling terakhir ia introgasi.Zafran, ia terlihat takut saat melihat foto Dimas yang ditunjukkan detektif Aldi kepadanya.“Ya, kau kenal dia.” ucap detektif Aldi lagi dengan yakin karna melihat perubahan gesture tubuh Zafran.“Kenapa kau terlihat takut padanya?”Zafran masih nampak ragu-ragu apakah ia harus berbicara atau tidak dengan detektif Aldi ini, “Kau… apa Bapak berjanji kalau saya memberitahukan kebenarannya, maka nyawa saya akan selamat?” ucap Zafran tiba-tiba dengan takut-takut.Detetif Aldi semakin tertarik dengan apa yang akan disampaikan Zafran. Maka, ia pun menyanggupi dan menjanjikan keselamatan Zafran selama ia bisa bekerjasama.“Tidak akan ada yang bisa mencelakaimu s
Aaron keluar dari kamar dengan berlari menuju ke kamar Alex, ia pun membuka pintu kamar Alex tanpa mengetuk lagi lebih dulu.Dengan ngos-ngosan, Aaron mencoba menenangkan dirinya yang masih berdiri didepan pintu.Sedangkan Alex, ia sedikit kaget karna aksi heboh sahabat gilanya itu, “Ada apaan sih, ngagetin aja dah lu.” Ucap Alex kesal.“Inih… detektif Aldi… nelfon gueh…,” ucap Aaron dengan terbata-bata.“Iya, terus masalahnya apa sampe lo kaya begitu?” Alex yang tadinya sedang rebahan, kini ia membenarkan posisinya untuk duduk dan siap mendengarkan apa yang akan sahabatnya itu beritahukan.Perasaan Alex juga merasa tidak enak, feelingnya merasakan bahwa hal yang buruk yang akan Aaron sampaikan saat ini padanya.“Salah satu anak buah Dimas yang kemarin kita ciduk dan kita bawa ke kantor polisi, pagi ini ditemukan tewan dengan kondisi mengenaskan…,”“Lehe
Selama perjalanan menuju kantor polisi, detektif Aldi merasa seperti ada yang mengikuti.Ia mencoba melihat kaca spion di kiri dan kanan nya, tapi tidak menemukan kendaraan yang mencurigakan.“Perasaan gue aja kali ya?” gumam detektif Aldi pada dirinya sendiri.Ia pun mencoba mengabaikan firasat gak enaknya dan menambah laju kecepatan mobil yang ia bawa.Sesampainya di kantor polisi, detektif Aldi langsung menghampiri ruang atasannya untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan yang diberikan oleh Keanu.“Selamat malam, Pak.” Sapa detektif Aldi sambil memberi hormat kepada Jendral Arif.“Malam, Aldi.”“Bagaimana?” tanya Jendral.“Hasil pemeriksaan atas insiden kematian Zafran di gudang sudah keluar, Pak.” Ucap detektif Aldi sambil menyerahkan berkas dokumennya.Jendral Arif langsung membuka map yang berisi laporan dari tim forensik, ia pun membaca lebih dulu sebelum m
Boem Jin kembali ke kamarnya dengan perasaan yang campur aduk, pikirannya melayang memikirkan keadaan sahabatnya yang makin tertekan karna masalah tak kunjung usai.Ia tahu, kalau Aera berusaha tegar selama ini karna Aera tidak mau membuat orang-orang yang dia sayang merasa kasihan dan terbebani sama keadaannya.Boem Jin tahu betul akan hal itu, karna ia sangat tahu bagaimana watak dan kepribadian sahabat cantiknya itu.Saat sedang memikirkan keadaan Aera, suara dering ponsel yang Boem Jin letakkan asal di atas kasurnya membuyarkan fikirannya.Nama, Aaron muncul didalam layar ponsel Boem Jin. Dengan cepat, Boem Jin pun mengangkat panggilan masuk dari kekasih sahabatnya itu.“Annyeong,” sapa Boem Jin lemas.“Halo, Boem Jin… kamu udah ngasih tau Aera soal kejadian Zafran?” tanya Aaron.“Hmm, aku barusan dari kamarnya dan memberitahunya.”“Dan dia…?”“Seper
Hari sudah semakin malam. Siang tadi, kasus Adam sudah sampai ke tahap sidang pertama. Sedangkan anak buah Dimas yang lain masih menunggu giliran karna detektif Aldi masih berusaha untuk membuat mereka buka suara.Sudah lebih dari tiga bulan detektif Aldi dan tim nya mengerjakan kasus Aera, tapi masih belum menemukan titik terang dimana Dimas berada.Selama detektif Aldi mengerjakan kasus ini, ia dan timnya jadi jarang pulang kerumah mereka masing-masing. Sehingga, ia memutuskan untuk pulang kerumah nya dan beristirahat dirumah.Entah kenapa, sudah dua hari detektif Aldi merasa tidak fit. Mungkin karena kelelahan.“Saya malam ini ingin tidur dirumah dulu, kalian tetap disini dan terus pantau area apartemen Dimas!”“Baik, Pak.”“Pak, apa kau sedang tidak enak badan?” tanya Dizka.“Kayanya iya deh, gak enak aja rasanya badan saya dari kemaren. Makanya mau istirahat dirumah dulu.&rdqu