Untuk pertemuan pertamaku dengan Ressa sebagai pacar, aku membuat sedikit cokelat untuk diberikan kepada Ressa. Hari janjian bertemu, aku berusaha tampak semenarik mungkin, memakai baju ketat agar tidak terlalu kelihatan gendut dan melatih ekspresi terbaik aku semalaman di depan cermin. Aku janjian ketemu di perempatan, tempat yang sama ketika aku janjian dengan Ivan. Ressa belum mengetahui alamat rumahku, jadi kita memilih tempat janjian yang mudah dicari.
"Hai dek?" Katanya di atas motor matic berwarna hitam tanpa membuka helm dan masih menyalakan mesin motornya. Dibalik helmnya terlihat kedua matanya yang berbulu lentik
"Hai mas, apa kabar?" Aku masih agak kaku dan bingung harus bersikap bagaimana.
"Baik, yuk naik!!" Aku memakai helm dan langsung naik ke jok belakang motor Ressa dengan posisi tangan "masih" di pegangan belakang.
" Kita ke Dago Pakar yuk, mas sudah lama gak kesana."
" Oke, aku belum pernah malah kesana." Aku menyetujui saja keing
"Ya, ayo kantin!!" Tiba-tiba sahabatku Ita nongol di pintu kelas. Kelas kita berdua berbeda namun kita tidak bisa dipisahkan seperti mempunyai kontrak yang tak tertulis, secara bergiliran kita saling mengunjungi kelas masing- masing. Dia tahu tentang semuanya, dari hal terkecil, terintim sampai aib sekalipun mengenaiku. Aku keluar kelas dan langsung ke kantin bersama Ita. Kita bukan termasuk anak yang diberi uang jajan banyak, strategi makan kami adalah membeli makanan yang murah dan banyak, rasa nomor dua yang penting kenyang." Mau makan apa Ya?" Katanya sedikit mendongakkan lehernya ke atas untuk melihatku. Ita yang tinggi tubuhnya cukup jauh di bawahku memang selalu mengeluh saat berbicara denganku dalam posisi berdiri karena membuat lehernya selalu pegal. Tak jarang aku menyebutnya kurcaci, dibandingkan keponakanku yang baru kelas 2 SMP, Ita jauh lebih kecil." Aku mau bubur," Jawabku tanpa melihatnya balik." Oke." Ita langsung menggandeng dan menarikku.
Hari terakhir pertandingan selesai jam 9 malam, pacar Ita dan Gea sudah standby menjemput di depan gymnasium, dan aku harus pulang sendiri. Sedikit menyedihkan karena pengalaman pertamaku mempunyai pacar harus LDR (Long Distance Relationship), padahal aku mau pacarku selalu ada kayak pacar orang lain.Aku 23.15 : " Mas, tahun baru mas ke Bandung kan?" Sesampainya di rumah rasa iri terhadap teman-temanku mulai mendominasi, rasanya ingin menuntut Ressa untuk selalu didekatku seperti yang lainRessa 23.17 : " Iya sayang, mas usahain ya."Aku 23.20 : " Harus dong mas, kan sebelumnya aku mau diambilin raportnya sama mas." Bukan hanya sekedar ingin Ressa datang, aku juga ingin sedikit pamer kepada teman-temanku mengenai Ressa.Ressa 23.22 : " Iya pasti, doain semoga gak ada kendala ya." Ressa memang selalu begitu, tidak pernah memberikan kepastian. Terkadang menolak secara halus dengan bahasa yang bijaksana.
31 JanuariAku 16.40 : "Mas hari ini jadi kan? Aku udah siap-siap mau pulang naik kereta nih.?" Smsku memastikan mengenai janji Ressa yang akan mengajakku merayakan tahun baru bersama.Ressa 16.50 : " De, gimana kalau kita tahun baruan barengnya lain kali aja?"Aku 16.54 : "Loh, kenapa? Aku minta ijinnya susah loh ini untuk pulang duluan, kok gitu sih mas?" Sedikit kecewa dan berharap itu bohong. Karena aku betul-betul sudah membayangkan bagaimana indahnya merayakan tahun baru bersama pacar.Ressa 16.58 : " Pertama, kartu ATM mas rusak. Kedua, yang ikut semuanya laki-laki." Balasnya singkat tanpa ada kata-kata maaf.Aku 17.17 :" Untuk ATM gak masalah, aku pegang duit kok. Kalau untuk masalah laki-laki semua, kenapa? Mas malu bawa aku? Tapi ya terserah mas deh baiknya gimana. " Balas ku pasrah, tapi aku juga tidak bisa memaksakan karena mungkin Ressa tidak mau aku merasa tidak nyaman diantara laki-laki atau dia dan teman- temannya
Pukul 03.15 aku terbangun. Aku melihat Ressa tertidur di sofa yang terletak di seberang sofa merah yang kududuki. Aku berdiri dan menghampirinya yang sedang tertidur lelap setelah semalaman basah kuyup. Aku memandangi wajah Ressa dalam-dalam, berusaha mengenali siapa dia, apa yang dia pikirkan tentang aku dan kenapa aku bisa merelakan hari-hariku dibimbing olehnya. Tanpa sadar orang yang aku pandang sedang berbalik memandangiku dengan mata yang jelas terlihat masih mengantuk."Kenapa de?" Tanyanya lemah dengan posisi masih berbaring."Pulang yuk!" Jawabku kaget menarik tangannya perlahan untuk bangun.Jalanan yang terlihat masih basah dan dingin sisa hujan semalam. Hanya ada 1 sampai 2 mobil yang lewat dalam setengah jam. Di jalan raya yang cukup lebar dan masih sepi Ressa menepi turun dan aku pun mengikutinya turun dari motor tanpa menanyakan alasan mengapa dia tidak langsung mengantarkanku pulang. Kami berdiri di balik sebuah pagar beton setinggi pinggang dan me
Untuk mengurangi rasa jenuh, aku pergi ke rumah Ita dan akhirnya seharian penuh berhasil melupakan rasa tentang Ressa maupun Bima. Di sana aku mempunyai teman baru, namanya Taro teman sekelas Ita di sekolah. Keadaan Taro tidak seberuntung aku, dia harus menjadi tulang punggung keluarga dengan cara mengumpulkan barang bekas selepas ayahnya meninggal. Aku merasa diingatkan, aku malu karena kurang bersyukur atas apa yang aku punya. Mungkin aku tidak berlebih, tapi setidaknya aku masih bisa menikmati apa yang seharusnya aku nikmati di usiaku. Aku merasa bersalah karena masih ada orang disekitarku yang masih susah sedangkan aku tidak tahu sama sekali. Aku benar-benar terlalu asyik membantu Taro mencari barang bekas dan aku bertekad akan membantunya terus.14 Misscalled3 Message ReceivedSemua miscalled dan sms berasal dari Ressa, aku langsung mandi dan tidur. Tidak ada keinginan untuk membalas atau menghubunginya. Aku mau Ressa tahu rasanya bagaimana kalau tidak dik
Handphone kakakku rusak, dan dengan arogannya dia mensabotase handphoneku. Alhasil aku tidak bisa menghubungi siapa-siapa termasuk Ressa. Bukan tidak mau membeli lagi handphone baru, aku hanya merasa rugi saja jika harus merelakan handphone lamaku untuk kakakku. Aku berusaha menghibur diri dengan membantu Taro dan memperbanyak kegiatan bersama teman-teman sampai aku lupa kewajibanku sebagai pacar LDR yaitu komunikasi.Seminggu penuh aku tidak mengetahui kabar Ressa, rasa kangen memang sudah memuncak tapi aku kurang berani bernegosiasi dengan kakakku. Terlalu banyak alasan untuk memberikan handphoneku kembali. Padahal mudah saja dia membeli yang baru. Memang pada dasarnya dia suka melihatku tersiksa.Aku mencoba mencari jalan lain untuk menghubungi Ressa, membuka media sosial dan mengirimkannya pesan pribadi. Belum sempat aku mengetik kata-kata di pesannya, aku membaca "Sendiri lebih baik. " Itulah status yang aku baca di akun Ressa, selain itu status sosial Ressa berub
Selama kelas 3 SMA aku tidak sepenuhnya jomblo atau menghayal tentang Ressa dan Bima saja. Beberapa kali aku sempat mempunyai pacar. Angga, salah satu mahasiswa jurusan Teknik Komputer di salah satu universitas negeri di Bandung. Andi, seorang staff salah satu perusahaan property dan Rimba teman seangkatanku yang berbeda sekolah. Semuanya tidak ada yang berjalan lancar, selalu berakhir sebelum 2 bulan.Sampai setelah kelulusan aku ketemu Indra, salah satu personel band di Bandung. Dia sedikit berlebihan dalam berpacaran, sebenarnya agak risih saat dia memanggilku dengan sebutan bunda. Dan mau tidak mau aku harus terbiasa walaupun aku tidak mau memanggil dia dengan sebutan ayah.Indra 19.15 :"Bun, Indra udah di depan café." Menerima sms itu aku dan Nesha langsung keluar dari acara kompetisi band yang kebetulan adik Nesha ikut didalamnya.Ketika melihat sosok Indra, Nesha langsung menyenggol pinggangku. Indra memang tidak terhitung ganteng, tapi tertolong o
Rio lebih manis, tidak hanya nafsu yang dia perlihatkan ketika aku berada didekatnya. Itulah kenapa aku rela mengorbankan hubunganku dengan Indra. Sebagai permulaanku menjalin hubungan yang lebih sehat."Dra, maafin aku. Aku tidak bisa terus sama kamu, aku merasa hubunganku gak tepat aja kalau sama kamu. Makasih untuk semuanya." Itu kalimat terakhir yang kukatakan pada Indra. Aku tidak merasa bersalah, karena memang aku tidak berselingkuh. Ini pertama kalinya aku merasa ringan ketika berpisah dengan pasanganku. Tidak ada rasa sedih ataupun penyesalan, aku malah merasa lega.Setelah itu aku dan Rio mendaftar ke dua universitas negeri yang sama, aku masuk ke salah satunya dan Rio sebaliknya. Setelah pengumuman Rio menghilang tanpa kabar dan aku tidak bisa menuntut mengenai hal itu karena belum ada kepastian ataupun peresmian tentang hubungan kita.Adjie 16.23 : "Ndut, kekosan dong. Mau maen!!"Adjie, mahasiswa jurusan teknik salah satu universitas &nb