Romi mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh, tidak ingin terjadi sesuatu pada wanita yang diam-diam ia cintai. Walau ia mengetahui jika wanita yang di cintainya adalah istri dari sahabatnya.Menempuh waktu kurang dari empat puluh menit. mobil yang ia kendarai telah sampai di halaman rumah sakit. dengan tergesa-gesa Romi mengangkat tubuh Zafirah yang tidak sadarkan diri."Maaf Zafirah, aku akan mengangkat tubuhmu. Ini terpaksa," ujar Romi dengan perasaan cemas, berlari menuju ruang IGD."Dokter!! Dok, cepat tolong. Lakukan sesuatu untuk menyelamatkan dirinya!" Kata Romi dengan suara bergetar menahan rasa yang begitu menyesakkan dadanya."Tunggu disini tuan, biar kami periksa pasien lebih dulu," ucap sang dokter sebelum pintu, tertutup."Ya, aku tahu itu. Tolong lakukan yang terbaik untuknya," Romi yang duduk tidak tenang berapa kali bolak-balik dan berulang kali pula mengutuk Azril yang tega memperlakukan istrinya yang tengah hamil pingsan di jalan."Cari tahu, apa yang terjadi de
Setelah mendengar perkataan dari Melati, pelayan di kediaman Azril dan orang terdekat Zafirah. membuat Romi semakin tersulut emosi ternyata penyebab perginya Zafirah karena di usir oleh Azril.Langkah kakinya menuju ruang perawatan Zafirah, berapa saat tatapan sendu melihat wanita bercadar kini terlihat putih pucat, walau Romi tidak pernah melihat wajah Zafirah. Namun kali ini ia melihat begitu cantiknya wajah Zafirah, dan untuk kedua kalinya ia menyelamatkan Zafirah dari perbuatan Jelita."Zafirah, bangun dan lihat mereka. Mereka telah bahagia, mereka telah menikah lagi. Bangunlah Zafirah anak yang ada di dalam kandunganmu ingin melihat dunia. Bangunlah demi anakmu Zafirah," ujar Romi, saat berada di samping brankar, dimana Zafirah terbaring dengan alat yang menempel."Jangan, diam Zafirah. Bangun rasakan pergerakan bayimu Zafirah. Dia ingin melihat dunia, dia ingin melihat betapa cantik wajah bundanya. Betapa hebatnya wanita yang sebentar lagi di panggil umi, bangunlah Zafirah. Aku
Permintaan Romi yang menginginkan Zafirah tetap disana. Pada akhirnya berujung mengalahnya Zafirah pada Romi. Walau bagaimana pun Romi adalah orang yang berjasa dalam hidupnya. Seandainya Romi tidak menolongnya mungkin dirinya telah tiada."Zafirah, bagaimana? Apakah kamu bersedia menerima bantuan ku?" tanya Romi saat Zafirah terdiam tanpa menjawab pertanyaan darinya."Baiklah, tapi tidak disini. Aku akan memilih tempat dimana orang tidak ada yang mengenaliku, kak," ujar Zafirah dengan suara lirih, tanpa sadar tangannya mengusap perutnya dengan lembut. Ada rasa yang sulit untuk ia gambarkan saat ini, hatinya begitu nyeri mengingat perlakuan Azril padanya."Oke!! Aku sudah menyiapkan semuanya tinggal kita kesana,"Romi tersenyum bahagia akhirnya Zafirah bersedia menerima tawarannya. Romi tidak ingin Zafirah kembali ke kampung halamannya selain tidak memiliki keluarga lagi di sana. Tetapi Romi ingin menghindar pertemuan antara Azril dengan Zafirah, tidak menutup kemungkinan jika Azril a
Hari yang di janjikan Romi pada Zafirah, yang telah di penuhinya. Hari ini adalah hari dimana Zafirah akan memulai hidup barunya, hidup dengan status yang berbeda, bahkan anak yang ia kandung tanpa memiliki nama belakang ayahnya. "Zafirah, bagaimana. Apakah kamu menyukai tempat ini? Atau kamu tidak nyaman tinggal disini? Kamu bisa katakan padaku, aku janji akan berusaha untuk memenuhinya. Aku tidak ingin kamu dan anak yang ada dalam kandunganmu kekurangan sesuatu," tanya Romi, membuat Zafirah tidak enak hati, terlebih tempat tinggal yang ia ketahui adalah sebuah desa yang berada di luar kota. Tempat yang memiliki pemandangan asri dan segar tentunya jauh dari kehidupan perkotaan yang penuh dengan hiruk pikuk dan bisingnya suara deru mobil dan polusi."T– tidak ini sangat indah, bahkan ini jauh lebih indah dari yang aku bayangkan kak Romi. Terima kasih kak Romi. Terima kasih banyak, selama ini kakak begitu baik dan selalu menolongku. Kak Romi, kenapa kakak begitu baik padaku? Sedangkan
Seiring berjalannya waktu, Zafirah yang berjuang seorang diri di kampung yang jauh dari kota, kini memiliki usaha sendiri bahkan kini Zafirah menjadi pemasok sayuran dan buah-buahan untuk berbagai restoran hotel dan supermarket. Usaha yang ia rintis dengan keringat dan air mata. Kini terlihat hasilnya, bermula hanya Zafirah seorang diri. Kini ia memiliki puluhan karyawan di kebun. "Bu Zafirah, ini ada pesanan dari kota apakah ibu akan menerimanya?" tanya salah satu karyawan di kebunnya. "Berikan pada mbak Wati, dia yang akan mengurusnya." Sahut Zafirah lembut. Kehamilannya yang menginjak sembilan bulan membuat geraknya mulai terbatas. Namun tidak membuatnya hanya bermalas-malasan Zafirah tetap membantu para pegawai dan membantu karyawannya di supermarket yang ia dirikan "Aahhh!!!"Rintih Zafirah membuat para karyawan panik. Mereka berusaha untuk membantu Zafirah. Berapa pekerjaan berlari mendekat dengan suara teriakan yang bersahutan."Bu Zafirah!! Kenapa? Tolong bantu aku membawa
Sesuai yang di katakan Romi, akhirnya Zafirah benar-benar menghabiskan waktu tiga hari berada di rumah sakit. Selama itu juga Romi yang harus bolak-balik antara kantor dan rumah sakit yang memakan waktu kurang dari tiga jam. Seperti hari ini saat Zafirah akan keluar dari rumah sakit, Romi sudah berada di rumah sakit. Sedangkan Zafirah hanya diam seribu bahasa. Habis sudah kata-kata yang ingin Zafirah katakan melihat bagaimana sikap Romi pada putrinya. "Bu Zafirah, apa yang anda pikirkan? Kenapa anda hanya diam saja bukankah," ucapan para karyawan yang datang untuk menjemputnya. "Lanjutkan kenapa Kalian diam? Saya tidak suka kalau kalian menyembunyikan apapun dari saya." Kata Romi membuat karyawan Zafirah gelagapan. "Kak Romi, mereka hanya menanyakan. Kepulanganku dan putriku. Mereka hanya berebut kak," ujar Zafirah dengan tawa yang lepas membuat Romi salah tingkah. "Ya, sudah ayo kita pulang sekarang,"Romi meraih tas dan menggendong putri kecilnya yang tertidur lelap. Zafirah men
Azril menarik kerah baju Romi, yang dengan beraninya mengusirnya dari perusahaan miliknya. Bahkan Romi dengan terang-terangan mengatakan jika Azril manusia terbodoh yang pernah ia temui. Perkataan Romi memicu perebutan wanita yang sama. Wanita yang tidak di ketahui oleh Azril jika diam-diam Romi mencintai Zafirah."Aku pastikan dirimu akan menyesali semua perbuatan mu, Azril!!" Kata Romi dengan dingin. "Kau pikir aku takut hah!! Ingat Romi, aku pastikan akan, mengambilnya jika kau tidak bisa menjaganya!" Ucapan Azril membuat Romi terpingkal-pingkal bahkan tangannya memegang perutnya yang terasa sakit karena tertawa. "Aku kira, kau adalah manusia yang hebat namun hari ini kau membuktikan jika kau manusia yang terbodoh yang aku temui. Sekarang aku minta, keluarlah dari kantorku Azril!" Ucapan Romi memancing emosi Azril lagi sehingga Azril kembali akan memukul Romi. "Satu lagi, untuk kedua kalinya kalau kamu adalah laki-laki yang tidak berguna. Dan sangat sangat bodoh!" Lanjut Romi.
Kehidupan yang harus di jalani oleh seorang Zafirah. Yang kini harus menjalani perannya menjadi seorang single peren, dirinya tidak ingin menyerah pada kehidupan. Putri tunggalnya membutuhkan dirinya sebagai seorang ibu sekaligus seorang ayah.Usia Aisha yang menginjak dua tahun, dan keinginan tahuannya yang membuat Zafirah harus lebih hati-hati. seperti hari ini pertanyaan yang sulit untu Zafirah jawab kembali putrinya lontarkan.''Bunda, kapan ayah pulang? Kenapa Aisha tidak pernah Bertemu?'' tanya Aisha, pada Zafirah. Pertanyaan yang tidak pernah Zafirah bisa jawab. Pertanyaan yang sederhana namun membuat hati Zafirah tercubit.''Sayangnya Bunda, ayah Aisha pergi jauh dan pulangnya masih lama, jadi lebih baik putri bunda jangan tanya lagi tentang ayah. Jika sudah waktunya ayah pulang pasti ayah akan kesini. Sekarang putri bunda bersiap-siap mengaji.'' Ujar Zafirah, dirinya tidak tahu apa yang ia lakukan adalah kejahatan, baginya saat ini adalah cara yang terbaik untuk memberi penger