Hasan meminta izin kepada ibunya, bahwa Leon dan ibunya, akan ikut menginap juga bersamanya disini selama sepekan. Tentu saja ibunya tidak merasa keberatan sama sekali."Hasan ... Ibu minta maaf, tapi kamarmu dipakai Anin sekarang, kamu tidur bareng Leon dikamar tamu ya." Ibunya menjelaskan kepada anak laki-laki kesayangannya itu. "Nanti mba Rena biar tidur sama Anin," ucapnya lagi. "Oke, Aku ga masalah kamarku dipakai Anin." sahutnya tenang. Sebenarnya Hasan juga terkejut ketika yang membuka pintu tadi bukanlah ibunya, hampir saja dia memeluk wanita itu kalau saja dia tidak mendengar suara sang ibu dari dalam rumah tadi. Kemudian kedua wanita yang umurnya hampir sebaya itu pun menuju kamar yang ditempati Anin, sedangkan Hasan dan Leon menuju kamar tamu.Tok ... Tok ... Tok ..."Anin!" Maryam mengetuk pintu kamar Anin seraya memanggil namanya. Tak lama Anin pun keluar dengan masih menggunakan jilbab panjangnya, tapi sudah melepas cadarnya. Deg!Anin terkejut melihat bibinya datan
Bab 10"Apa hal yang seharusnya tidak boleh aku ketahui, Hasan?" Maryam tiba-tiba sudah berada dibelakang mereka. Menatap keduanya dengan tatapan penuh intimidasi."Hmm ... Itu Bu, aku ingin membicarakan tentang Anin dan Leon" ujar Hasan mengalihkan pembicaraan.Leon pun terkejut menatap Hasan."Sebenarnya ... Anin dan Leon pernah bertunangan," ucap Hasan sambil menatap ibunya."Benar begitu Leon?" Maryam menatap Hasan dan Leon bergantian."Benar, Maryam," ucap Rena yang tiba-tiba datang melangkah menghampiri mereka di ruang makan. Sebelum melanjutkan perkataanya, Rena mengehela napasnya panjang."Anin dan Leon sudah lima tahun berhubungan semenjak Anin masih di SMU, saat itu Leon masih berkuliah di Indonesia," jelas Rena. " Lalu ketika Anin lulus SMU, tadinya kami mau langsung melamar Anin, karena Leon harus meneruskan kuliahnya di New York, tapi Anin dan orang tuanya menginginkan Anin untuk kuliah terlebih dahulu," jelasnya panjang lebar. "Akhirnya kami bersepakat mengadakan tunang
Bab 111 bulan kemudianLeon sudah kembali ke Dubai bersama sang bunda. Sudah hampir satu bulan ini dia menunggu jawaban dari Anin atas lamarannya sebulan yang lalu. Akhirnya hari yang dinanti-nantinya pun tiba.Semalam sang bunda memberi kabar kepada Leon, bahwa hari ini Anin akan memberikan keputusannya. Pagi-pagi sekali Leon sudah berada dikediaman Hasan di Dubai, dia ingin menemui sahabatnya itu untuk meminta tolong padanya, agar hari ini ada yang menggantikannya untuk bertemu dengan Pangeran Mahmood. Karena bagaimana pun hari ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu."Sorry Le, hari ini aku ga bisa gantiin kamu bertemu pangeran Mahmood," ucap Hasan. " Aku juga ada pertemuan penting dengan Mr. Harry hari ini," ucapnya lagi."Shit!" ucap Leon. "Siapa lagi yang bisa menggantikanku kalau bukan kamu, San," sambung Leon lagi.Hasan menatap sahabatnya yang terlihat frustasi, ia hanya bisa menggedikan bahunya. Lalu Hasan terlihat berpikir dan berkata kepada Leon."Kamu bisa minta tolong Za
Hari ini Anin beserta keluarga bibi Maryam juga Leon dan sang mamah, telah tiba di bandara Soekarno-Hatta di Jakarta. "Sudah kabari orang rumah, Nin?" tanya Maryam sang Bibi."Sudah Bi, nanti Kak Raga yang jemput kita ke Bandara," jawab Anin semringah."Raga ga bisa jemput, dia lagi nganter calon mertuanya ke Jawa mau ngabarin pernikahan ke sanak saudara mereka disana. Nanti ada orangku yang datang jemput kita," ucap Leon yang tiba-tiba sudah berdiri disamping Anin."Ooh ... Makasih," sahut Anin singkat.Tak lama mobil yang ditunggu pun datang."Tuan Leon, Selamat datang kembali di Indonesia," ucap salah seorang pria sambil menundukan kepala ke arah Leon."Hmm ... Ya, Aris kamu tolong antar keluarganya Anin kerumahnya, tadi bawa mobil berapa?" tanya Leon."Ada dua mobil, Tuan. Satu lagi dibawa Mang Udin sebentar lagi sampai katanya," jelas Aris."Kamu ga keberatan kan kalau Mamah Rena, Bibi Marya dan Paman Said diantar lebih dulu? nanti kamu, bareng sama aku dan Hasan, Nunggu Mang U
Bab 13"Leon ... Kamu bener Leon kan?" seru sang wanita yang tiba-tiba saja memeluk Leon dengan mata berbinar, seperti baru saja menemukan harta karun.Anin membulatkan matanya terkejut melihat wanita itu memeluk calon suaminya.Leon yang merasa tak enak hati kepada Anin hanya tersenyum kikuk seperti orang yang sedang tertangkap basah.Anin yang memalingkan wajahnya dari pemandangan yang membuat dadanya seketika menjadi sesak. Ia hendak pergi meninggalkan ruangan itu, tapi Leon menahan tangannya."Tunggu, Anin!" Leon dengan reflek menahan tangan Anin agar ia tidak pergi. Tapi Anin sejurus kemudian malah menepis tangan Leon sambil menatapnya marah."Jangan sentuh!" Sahut Anin marah, matanya sudah berkaca-kaca."A-Aku bisa jelaskan," seru Leon gugup. Wanita seksi itu menatap Leon dan Anin dengan heran."Siapa Leon?" tanya wanita itu."Ck ... Tante Maya tolong lepasin pelukannya dulu dong!" seru Leon yang merasa risih dipeluk oleh wanita itu.Anin langsung pergi meninggalkan Leon dan wa
Bab 14Anin berjalan cepat menyusuri koridor Rumah sakit dengan air mata berlinang, Raga mengikuti langkah adiknya itu dibelakang, sang bunda memberikan kabar yang membuatnya sangat terkejut sehabis ia melaksanakan sholat subuh. Perasaan bersalah seketika menyeruak kedalam hatinya. Kak Leon ... maafin aku, batinnya sedarai tadi menyesali. Andai kemarin ia mampu meredam rasa cemburunya, dan mau mendengarkan penjelasan Leon, mungkin semua ini tidak akan terjadi.Anin melihat Mamah Leon dan dan Hasan sedang menunggu di depan Ruang Operasi. Anin pun langsung memeluk Mamah Leon, menangis dalam pelukan wanita itu tersedu-sedu."Maafin Anin Mah, maafin ..." sesal gadis itu. Mamah Leon mengusap punggung Anin seraya menenangkannya."Ssshhh ... Ini bukan salahmu, Sayang. Ini sudah takdir Allah, jangan menyalahkan diri sendiri," ucap Mamah Leon perlahan sambil terisak. "Yang Leon butuhkan sekarang adalah do'a," ucapnya lirih.Seorang pemuda datang menghampiri mereka, lalu berpamitan kepada mama
"Kucing siapa yang kawin?" ucap Anin dengan polosnya, ia belum menyadari kalau Leon sudah sadar.Raga dan Leon pun saling berpandangan menahan tawa."Kucingnya mamah ... " ucap Leon asal. Mata Anin membulat, melihat Leon sudah sadar."Kak Leon udah sadar? Aku panggilin dokter ya?" seru Anin seraya menjauhi Leon."Panggilin Pak Penghulu aja bisa ga? Aku mau cepet-cepet nikahin kamu," seru Leon menatap Anin serius.Raga yang memperhatikan interaksi keduanya pun akhirnya menawarkan diri untuk memanggilkan dokter."Biar gue aja yang panggilin dokter," sahut Raga seraya keluar, membiarkan Anin dan Leon berbicara berdua."Maaf," ucap Anin pelan seraya menunduk.Leon pun menghela napasnya panjang. Kalau saja dia tidak mencintai gadis ini, mungkin Leon benar-benar akan menyerah saja."Bisakah kita saling mempercayai?" tanya Leon yang menatap Anin serius sejak ia sadar tadi. "Aku mencintai mu sejak dulu ,dan sampai saat ini perasaanku tidak berubah sedikitpun padamu, tidak ada yang lain, tid
Bab 16Apakah pernikahan mereka harus ditunda lagi? batin Anin sedih.Leon yang melihat perubahan itu pun meminta maaf."Aku berangkat lusa, Apakah kita bisa melangsungkan akad nikah besok?" tanya Leon serius."Aku ingin menikahimu sebelum kembali ke Dubai," jelasnya lagi."Aku mau ..., kita ... bisa melakukan akad nikah besok," ucap Anin cepat. Ia tidak mau untuk menunda pernikahannya lagi dengan Leon. Leon pun tersenyum senang, dan menatap Anin lembut. Kemudian ia menghubungi sang Mamah yang sedang ke bandung bersama keluarga bibi Maryam.Sepulang ayah dan bunda Anin dari pasar, Leon langsung mengutarakan niatnya dan menjelaskan kepada kedua orang tua Anin. "Nah gitu dong, gercep," Seru Raga seraya menepuk bahu Leon sambil tertawa.Memang semua perlengkapan untuk mereka menikah telah dipersiapkan sejak sepekan lalu sebelum Leon kecelakaan. "Untuk makanan kita catering aja, biar bunda kamu sama mamah gak usah capek-capek masak," "Tapi maaf gak papa kan kalau akad kita sederhana b