Semua orang yang ada di meja makan itu terlihat sangat terkejut, setelah James menceritakan tentang kehamilanku. Aku pun ikut terkejut karena James menceritkannya tanpa aba-aba apapun padaku. Aku menelan salivaku, karena khawatir dengan reaksi yang akan diberikan semua keluarga. Bagaimana mungkin James menceritakan semuanya dengan sangat bangga seperti itu. Padahal kami belum resmi menikah, dan anak ini hadir tanpa rencana dari kami. Perlahan aku melihat perubahan sinar mata dari Mama, namun anehnya kekhawatiranku berbeda dengan apa yang aku lihat. Mama dan seluruh keluarga terlihat sangat bahagia, bahkan Papa yang jarang sekali mengutarakan pendapat, malah melontarkan kalimat bercandaan seolah mendapatkan kabar gembira. "Tidak Papa sangka James, milikmu ternyata belum karatan. Papa kira milikmu tidak akan berfungsi lagi karena terlalu lama kamu diamkan. Hahahahaha...." Tawa Papa diiringi oleh tawa-tawa anggota keluarga yang lain, sedangkan aku masih
Pagi ini aku berencana untuk memberi perhitungan kepada seseorang, berani-beraninya dia ingkar janji kepadaku. Ya siapa lagi kalau bukan sahabatku Lina, padahal dia sudah berjanji padaku untuk tidak memberitahukan keadaanku dan tempat aku tinggal kepda James. Dia masih belum aku beri tahu tentang kehamilan dan rencana pernikahanku, biarlah ini menjadi balas dendamku untuk penghianatannya. Aku menekan bel pintu rumahnya, tidak beberapa lama di membukakan pintu dengan ekspresi kaget. "Ai, kenapa kamu bisa ada disini?" Dia masih menengok ke arah luar untuk mengecek aku datang bersama siapa, namun aku tidak menjawab dan langsung memeluknya dengan erat. Sebenarnya aku tidak marah sedikitpun kepadanya, aku bahkan sangat merindukannya. Aku hanya ingin membuat perhitungan, karena aku sangat bersyukur dengan keputusannya. Kalau saja dia tidak memberitahukannya kepada James, mungkin sampai saat ini aku akan berpikir untuk merawat anakku seorang diri. L
"Aku hampir lupa, niatku datang kesini untuk memberitahu sebuah kabar." Aku menatap mata Lina dengan tajam, dia terlihat tegang dengan perubahan suaraku yang mendadak menjadi serius. "Ada apa Ai, apa yang terjadi? Apa orangtuamu membuat ulah lagi?" Aku menahan senyum karena sudah berhasil membuatnya panik, aku sudah tidak khawatir dengan orang tuaku mungkin aku akan bisa menghadapi mereka demi orang-orang yang melindungiku. "Bukan itu Lin, sebenarnya....." Aku sengaja menggantungkan kata-kataku agar dia lebih panik lagi, dan benar dia terlihat sangat panik dan penasaran dengan lanjutan kalimat yang ingin aku sampaikan. "Kamu gak berubah Ai, senang sekali menjahiliku dan membuatku penasaran!" "Hahahaha...Iya iya, maaf Lin. Wajahmu sangat lucu saat penasaran." "Sudahlah, cepat ceritakan ada apa atau aku akan marah." "Baiklah, jangan marah. Itu tidak cocok denganmu." Aku mengeluarkan amplop yang waktu itu sempat aku berikan kepada
"Sayang!"Aku memanggil James sambil mengetuk pintu kamarnya."Sayang, bangun dong!" teriakku lagi karena tidak mendapatkan jawaban dari dalam.Aku akhirnya membuka pintu kamar yang tidak terkunci dan masuk ke dalam. James ternyata masih tertidur pulas, namun aku tidak segan untuk membangunkannya,"James sayang, ayo bangun!"Aku menggoncang-goncangkan badannya agar dia segera bangun. Beberapa detik kemudian dia bangun sambil mengucek matanya, dan melihatku yang sedang ada dihadapannya."Ada apa sayang? Ini masih tengah malam, apa kamu mau tidur denganku? Sini langsung masuk aja!"James malah kegirangan mengira aku sudah tidak mual lagi berdekatan dengannya, tapi melihat matanya sudah terbuka dengan lebar, membuatku senyumanku merekah."Sayang aku mau itu!"Kataku mencoba merayunya, entah kenapa aku sangat menginginkanya. Walaupun ini masih tengah malam, tapi aku tidak bisa tidur kalau belum merasakannya."Benarkah
Warning 18+"Ini kebab pesanan kamu."James meletakkan bungkusan kebab di atas meja yang ada di hadapanku. Dia pun melepas jaketnya dan ikut duduk disampingku sambil menghela napasnya."Terimakasih sayang, maaf ya udah ngerepotin kamu. Aku juga gak tahu, kenapa tiba-tiba pengen banget makan itu.""Tidak apa-apa sayang, mungkin itu mau anak kita yang ada di dalam sini."James menenangkanku, sambil mengelus perutku yang masih rata. Entah kenapa aku sangat menyukainya, dan membuatku sudah tidak mual lagi berdekatan dengan James.Aku pun langsung mendekat, dan memeluk James dengan erat. Sebenarnya aku sangat merindukannya, dan ingin memeluknya seperti ini sejak pertemuan kami kembali waktu itu."Sayang, kamu sudah tidak mual lagi berdekatan denganku?"Tubuh James sedikit menegang saat pertama kupeluk tadi, mungkin dia kaget karena aku memeluknya secara tiba-tiba."Aku suka waktu kamu mengelus perutku tadi sayang, entah kenapa aku sudah tidak
Pernikahanku tinggal seminggu lagi, semua persiapan pernikahan sudah hampir selesai. Aku tinggal fitting baju pernikahan terakhir, agar gaunnya nanti sesuai dan tidak perlu dirubah lagi.Dan hari ini aku juga sudah janjian dengan WO yang mengurus pernikahanku, untuk persiapan terakhir acara yang masih belum selesai dipilih. Rencananya aku akan janjian di rumah, setelah dari rumah sakit untuk periksa kandunganku.James juga jadi calon suami siaga saat ini, karena mulai hari ini dia sudah tidak masuk bekerja. Semua pekerjaan sudah dia serahkan kepada Alex dan Andre, katanya agar Alex segera bisa membantu nanti, jadi semua tanggung jawab diserahkan kepadanya untuk sementara.Tapi James masih memantau pekerjaan Alex dari rumah, jadi sekarang semua waktu James sepenuhnya untukku dan Jesen.Setelah aku kembali, aku tidak diperbolehkan oleh James untuk mengantar Jesen ke sekolah. Entah karena apa, tapi aku mengikuti saja apa keinginan James.Aku tahu James Berusaha meli
Tidak terasa lusa sudah hari pernikahanku dan James, semua dibuat sibuk oleh semua persiapan acara. Walaupun sudah ada WO yang menanganinya, semua keluarga tetap ikut memberi saran dan membantu. Alice malam ini menginap disini, dan tidur denganku. Katanya kita akan pesta piyama, sebelum melepas masa lajangku. Sebenarnya Kak Emely sangat ingin ikut dengan kami, tapi perutnya yang sudah mulai membuncit membuat kami takut jika harus tidur bertiga di ranjangku.Sebenarnya Alice yang paling takut, karena katanya kebiasaannya tidur lumayan parah. Aku sendiri sedikit melotot ke Alice, saat dia mengatakannya, tapi dia hanya memperlihatkan cengiran tanpa dosa.Aku pun pasrah dengan kondisiku nanti saat kami tidur, tapi aku tetap senang karena Lina mau menggantikan Kak Emely untuk menginap juga.Alice sangat mudah bergaul, jadi tidak ada rasa canggung diantara kami bertiga, bahkan aku sempat merasa seperti obat nyamuk, karena mereka bercerita tentang banyak hal yang aku
Hari yang sudah dinanti-nanti kini sudah ada di depan mata, perasaanku sudah campur aduk karena gugup. Aku sudah berada di kamar rias dengan memakai gaun pernikahan, make up pada wajah dan rambut yang tertata dengan cantik, membuatku terlihat sangat berdeda dari biasanya.Terlihat dari pantulan cermin senyumku yang mengembang begitu lebar, aku hanya berharap acara hari ini akan berjalan dengan lancar. Semoga kejadian sebelumnya tidak terulang kembali dan tidak akan mempengaruhi pernikahanku ini.Mama dan Alice masuk kedalam kamar, untuk mengiringku menuju mobil yang akan mengantar kami menuju gereja. Karena acara akan segera dimulai dan James sudah menungguku disana, kami pun segera bergegas untuk berangkat.Sesampainya di depan pintu gereja, Mama dan Alice membantuku untuk merapikan gaun. Kulihat gereja yang akan menjadi tempat bagi kami untuk mengucap janji, ini gereja yang sama tempat Kak Jeremy dan Kak Emely menikah dulu. "Mama selalu mendo'akan yang terbaik untuk kalian, kamu ja