Tubuhku merasakan gejolak aneh, ketika melihat pemandangan indah di depan mataku. Terlihat James sedang berdiri tegak, dengan rambut basah dan handuk kimono yang hanya terlilit seadanya. Bagian dadanya yang bidang terpampang dengan jelas, yang membuatku tertegun ketika melihatnya.
"Apa yang kamu lihat sayang"
Suara berat James menyadarkanku dari lamunan, aku terkesiap dan menjadi salah tingkah dibuatnya. James yang melihatku malah tersenyum geli.
"Kenapa kamu kesini James?"
Aku berusaha menetralkan suaraku, dan mencoba bersikap seperti biasa. Aku sangat malu dengan pikiran dan mataku yang berkelana melihat dada bidang itu.
"Aku hanya ingin melihatmu sebelum tidur, atau kamu mau menemaniku malam ini sayang"
Entah kenapa aku sangat terkejut dengan ajakannya itu, padahal sebelum ini kami sudah sering tidur bersama. Mungkin karena efek imajinasiku tadi, membuatku berpikiran yang tidak-tidak dengan ajakannya.
"Tidak James, malam ini
Terimakasih yang sudah membaca Wanita Panggilan & CEO Duda. Minta bantuannya untuk Share, Vote dan Komennya di novel pertamaku ini. Semoga kalian suka dengan ceritanya.
Warning 18+ "Bolehkah malam ini sayang?" Bisikan James membuatku seperti tersihir, aku tidak bisa berkata apa-apa. Tubuhku kaku dan bibirku seperti kelu untuk menjawab pertanyaan James yang mendadak itu. James melepas pelukannya, dia memegang pudakku untuk mengarahkan pandanganku kembali menghadapnya. Badanku masih belum bisa kukendalikan, aku masih bertahan dengan diamku. Sedetik kemudian tubuhku telah melayang, James menggendongku dan membawa ke arah ranjang. "James!" Aku terpekik karena kaget dengan perbuatannya yang tiba-tiba. Dia hanya diam sambil meletakkanku di atas kasur secara perlahan. James berlari kecil mengelilingi ranjang dan masuk kedalam selimut tepat di sampingku. Dia memelukku sambil memejamkan matanya, aku masih belum tahu harus menjawabnya seperti apa. Dia juga tidak berbicara apa-apa lagi setelah tadi berbisik. "Aku tidak akan melakukannya jika kamu belum siap sayang." Dia mengatakannya masih dengan mata yang tertutup, membuat
Pagi ini aku terbangun sedikit siang, mungkin karena kelelahan bergulat semalam membuat tubuhku sakit semua. Aku melihat James yang masih tertidur di sampingku, tubuh polos kami yang masih menempel satu sama lain membuatku teringat dengan kejadian semalam, dan itu membuatku sedikit malu. Perlahan aku menyingkirkan lengan James yang melingkariku, aku pun mengambil semua pakaianku yang berserakan di lantai dan masuk ke dalam kamar mandi. Setelah lebih dari setengah jam aku membersihkan diri dan berganti pakaian, aku pun menjalani rutinitas pagiku seperti biasa.Karena hari ini adalah hari Minggu dan mereka libur , aku pun sedikit leluasa untuk berkutat di dapur. Aku berencana membuat kue kering, Jesen dan aku suka sekali cemilan manis. Katanya kue buatanku sangat enak, dan membuatku menjadi semangat untuk membuatnya lagi.Ketika kedua lelakiku sudah bangun semua, kami pun sarapan bersama. Jesen sangat senang, ketika tahu aku membuatkan camilan untuknya. Disela-sela m
Hari ini adalah hari pertunanganku dengan James, kini aku sedang berada di salah satu ruangan dindalam gedung acara, tempatku dirias untuk acara nanti. Jantungku berdegup cepat, dan perasaan gugup terus menyerangku. Walaupun ini bukan acara pernikahan, namun tetap saja ini langkah awal kami menjajaki hubungan yang lebih serius nantinya. Aku memakai gaun A line seperti ketika di pernikahan Kak Jeremy waktu itu. Namun gaun yang sekarang kupakai, berlengan pendek dengan lebih banyak detail payet dan brukat dengan bagian punggung yang terbuka. Aku sangat menyukai gaun ini yang terlihat sangat indah, karena gaun ini dibuat menggunakan ukuranku membuatnya terlihat menempel dengan tepat disetiap lekukan tubuhku. Riasan flawles di wajahku, juga sangat sesuai dan serasi dengan gaunnya.Aku perlahan keluar menuju ruangan tempat acara di adakan, di sampingku ada Mama dan Jesen yang memegangi tanganku dan mengantarkanku ke arah James. Aku merasa malu dengan tatapan James, yang sa
Dengan kemampuan terakhirku, aku meraih tasku yang dibawakan oleh Alice, kemudian aku berlari keluar dari gedung itu.Sesampainya di depan gedung, aku menghentikan taksi yang kebetulan sedang lewat dan masuk kedalamnya. Dari dalam mobil, aku melihat James yang menyusulku dan berteriak memanggilku.Ada perasaan sakit dihatiku, ketika berusaha untuk tidak menghiraukannya. Aku hanya ingin melarikan diri saat ini, rasa bersalah dan rasa malu yang aku rasakan sudah tidak terbendung lagi.Aku meraih ponsel yang ada di dalam tas, aku mencari nama Lina disana dan menghubunginya. Ketika deringan kedua, panggilanku tersambung dan terdengar suara dari seberang sana."Lina!"Teriakku di detik pertama panggilan itu tersambung, kemudian aku menangis sejadi-jadinya. Lina terdengar bingung dan panik, dia mencoba memanggilku dari ujung sana, namun tangisanku tidak berhenti. Sopir taksi yang seperti paham dengan keadaanku, memberikan sekotak tisu untukku mengelap air mata.Setel
POV James Hari ini adalah hari pertunangan kami, aku sudah menantikannya dari jauh hari. Jika aku boleh memilih, sebenarnya aku ingin langsung menikah dengannya. Namun pasti Daisy tidak akan setuju dengan keputusanku itu, dia selalu mengutamakan kebahagian orang lain dari pada dirinya sendiri. Itulah salah satu alasan aku bisa mencintainya sedalam ini, karena dia benar-benar penyayang. Aku sudah bersiap dengan tuxedo yang aku kenakan, dengan rambut yang kutata ke belakang yang membuatku terlihat sedikit lebih muda. Setelah merasa semua sudah pas dan sempurna, aku pun melangkahkan kakiku ke ruangan tempat acara ini akan berlangsung nantinya. Walaupun aku sudah pernah menikah sebelumnya, namun perasaan tegang dan gugup tetap ku rasakan. Aku mencoba mengatur napasku agar rasa gugupku tidak terlihat, dan juga agar Daisy tidak mengetahui kegugupanku ini. Aku ingin terlihat gagah di depannya, agar dia tidak akan bisa berpaling dariku. Acara pun akan segera dimu
"Kamu pasti ingat kami, kami selalu tahu kehidupanmu dari Mami. Ternyata ada untungnya kamu menjadi wanita panggilan, akhirnya kamu bisa mendapatkan pria kaya seperti ini."Kini aku paham garis besar keadaan ini, sepertinya kedua orang ini adalah orang tua kandung Daisy, namun Daisy selama ini bilang kalau dia yatim piatu. Daisy terlihat lebih gemetar dari tadi, sedetik kemudian dia langsung berlari keara Alice dan menyambar tasnya. Dia pun langsung berlari keluar, tanpa melihat ke arah belakang lagi. Aku berlari menyusulnya, berusaha memanggil namanya berkali-kali namun tidak menghentikan langkahnya untuk masuk ke dalam taksi yang dihadangnya. Aku mengambil kunci mobil yang ada di saku kemeja, dan berlari menuju mobilku yang terparkir di samping gedung. Aku mempercepat laju mobil, untuk mengejar taksi yang di tumpangi oleh Daisy tadi. Namun aku kehilangan jejak taksi itu, ketika terhalang oleh lampu merah yang lumayan lama. Disepanjang perjalanan aku masih tidak tahu
Beberapa jam setelah aku menjelaskan kepada keluargaku tadi, ponselku berdering dan memperlihatkan nama Lina terpampang di layarnya. Aku mengangkat panggilan itu dan mendengarkan perkataan Lina dengan seksama. Ketika panggilan berakhir, seluruh badanku terasa lemas tidak bertenaga. ***Kini aku sudah berada di dalam rumah Lina, aku mengangkat gelas berisi teh yang sudah disiapkan dan menyeruputnya perlahan. Tadi aku lansung bergegas menemuinya, setelah aku berhasil menguatkan tubuhku untuk mendengarkan penjelasan Lina lebih lanjut. Lina mulai duduk, di kursi seberang tempatku duduk menunggunya. Dia menyerahkan secarik kertas kepadaku tanpa mengatakan sepatah katapun. Aku meraih kertas itu dengan ragu, kemudian membukanya secara perlahan. Air mataku menetes begitu saja, setelah melihat dan membaca tulisan tangan Daisy yang berada disana. *** Dear James, Maafin aku harus pergi, aku sudah tidak ada muka untuk bisa bertemu denganmu dan keluargamu. Aku sagat ma
Sudah sebulan sejak kepergian Daisy setelah pertunangan kami. Orang yang aku minta untuk mencari jejaknya, sampai sekarang masih belum mendapatkan hasil apa-apa. Aku merasakan kesepian yang mendalam, yang membuatku hanya bisa tidur setelah aku menenggak minuman.Orang tuaku semakin sering mengunjungiku untuk membawakan makanan, namun makanan itu tidak pernah aku jamah sedikitpun. Sebenarnya aku tahu perbuatanku saat ini akan menyakiti orang-orang disekitarku, tapi nyatanya pikiran dan hatiku yang sebelum ini terbiasa terisi penuh dengannya, sampai saat ini masih kosong dan tidak bisa melupakannya. Membuatku semakin rapuh dan terpuruk setiap harinya.Mungkin orang-orang akan mengataiku bodoh, karena aku menyia-nyiakan hidupku hanya karena seorang perempuan. Aku sangat tidak peduli dengan pemikiran orang lain, aku hanya merasa tidak pantas hidup seperti biasa, ketika aku tidak tahu bagaimana kondisi orang yang aku cintai saat ini.Aku hanya ingin mendapat kabar dariny