Selamat membaca Kakak
"Pak Rey tampan sekali ya Ra." Pujian Ana terhadap Dokter muda itu membuat Rara tersenyum. "Kamu tertarik ya An?" Segera Ana menggeleng tapi pipinya memerah karena malu. "Wajar sih kalau tertarik, wanita mana sih yang nggak tertarik dengan pria tampan." "Tapi Tuan kamu lebih tampan Ra," sahut Ana. "Mereka berdua tampan, satu blesteran Jerman satunya memiliki wajah ke arab-araban." Raymond dan Reyhan adalah pria idaman setiap wanita, bule dan Arab adalah jenis pria yang digandrungi semua kalangan. "Dah ah, ayo kita ke kantin, aku lapar." Wanita itu mengajak temannya pergi ke kantin, daripada terus menghibah pria blesteran Jerman dan blesteran Arab tersebut. Di sana ternyata ada Amanda dan gengnya, ketika pandangan mereka bertemu Amanda nampak kesal sekali dengan adik sepupunya. Wanita jahat itu memiliki ide untuk mengerjai adiknya, dia mengumumkan pada semua orang yang berada di kantin jika makanan serta minuman mereka Rara yang bayar. Mendengar hal itu mereka semua berso
Waktu berjalan dengan cepat tak terasa ujian akhir semester telah datang. Dokter Reyhan yang diminta untuk membimbing anak-anak memberikan pelajaran tambahan."Nanti saat jam istirahat ketujuh anak tadi datang ke aula." Pesannya."Iya Pak." Ketika jam istirahat datang, Rara dan Ana malah melupakan pesan Rey, mereka yang lapar malah pergi ke kantin untuk makan."Tadi pagi aku nggak sempat sarapan Ra, ibu aku dirawat di rumah sakit jadi nggak ada yang masak." Mahasiswi tersebut memesan banyak makanan."Kenapa nggak masak sendiri sih An," sahut Rara."Aku tidak bisa Ra." Mendengar apa yang dikatakan Ana membuat Rara tersenyum kecut, andaikan ibunya masih hidup mungkin sampai saat ini dirinya hanya bisa memasak sambal.Dituntut untuk melayani Raymond membuat Rara harus bisa memasak beraneka ragam jenis masakan.Mereka nampak santai menikmati makanan yang mereka pesan hingga salah satu temannya menegur Rara dan Ana karena tidak ikut kumpul di aula."Astaga kok bisa lupa!" Rara dan Ana se
Selain seorang dokter spesialis, Reyhan memiliki jabatan penting dalam rumah sakit yang hendak di resmikan oleh Raymond, dan tanpa Rara ketahui Reyhan dan Raymond saling mengenal. Tak hanya Rara yang terkejut Reyhan juga sama, samar-samar dia mengingat wanita yang menjatuhkan pandangan terhadapnya. "Wanita itu," gumamnya sembari menyusun kepingan-kepingan ingatan terhadap Rara. Di depan podium Raymond berdiri tegak untuk memberikan sambutan pada Dokter-dokter yang nantinya akan bekerja sama dengannya sedangkan Rara duduk di kursi tak jauh dari deretan kursi para Dokter. Kecakapan berbicara sang Tuan membuat Rara tersenyum, kini di hadapannya berdiri seorang pria penguasa yang setiap ucapannya dijadikan kiblat oleh semua orang. 'Jika melihatnya seperti ini siapa sangka jika dia adalah seorang yang maniak.' Wanita itu senyum-senyum sendiri. Seusai memberikan sambutan, Raymond yang diikuti para dokter keluar meninggalkan wanita kecik itu di kursi tempatnya duduk. Rara segera berja
"Pasti Ra," sahut Ana dengan ekspresi yang sama. Kedua mahasiswi tersebut membalikkan badan dan tersenyum pada orang yang kini berada di belakangnya. "Pak Rey itu kami hanya...." Belum sempat melanjutkan kata-katanya Reyhan sudah menimpali. "Hanya membicarakan saya." Keduanya mengangguk barengan dan meminta maaf tapi Reyhan tidak merespon permintaan maaf mereka. Dokter muda itu pergi melewati mereka tanpa berkata apa-apa. "Haduh Ra gimana ini?" Ana tampak bingung dan takut. "Ya udah An biarin aja," sahut Rara . Pagi ini mereka ada praktek, kebetulan dosen yang mengajar mereka ijin jadi Dokter Reyhan yang akan menggantikan. "Praktek kita kali ini mengenal sistem pencernaan, jadi kalian harus membedah sendiri tubuh yang ada di penyimpanan dan melihat organ apa saja yang termasuk dalam sistem pencernaan." Sebagai mahasiswa kedokteran mereka tak lepas dari praktek-praktek yang melibatkan langsung tubuh manusia, sering melakukan pembedahan dan pengamatan terhadap organ-organ dalam
"Mau kemana?" tanya Raymond ketika melihat Rara bersiap. "Rumah sakit Tuan, saya harus menyelesaikan tugas dari Pak Rey," jawab Rara. "Nggak perlu!" Suara dingin segera menyambar, dia tidak rela jika sang kekasih datang ke rumah sakit. Rara menghela nafas dalam-dalam, dia meletakkan tas ransel kecilnya. "Lalu bagaimana dengan tugas saya?" protesnya. Pria itu hanya diam, dia juga tidak tahu, intinya dia tidak suka jika Rara pergi ke rumah sakit dan menemui Reyhan apalagi ikut Reyhan memeriksa pasien. "Tuan! kenapa anda mempersulit saya!" Tak tau lagi harus bagaimana. Wanita kecil itu berbaring di tempat tidur sambil menyembunyikan wajahnya di bawah bantal. Melihat hal itu Raymond mengusap rambutnya dengan kasar, dan tiba-tiba muncul lah ide. Kini senyuman tersungging di bibir tipisnya. Segera dia menghubungi Reyhan, dan menginformasikan bila dia akan melakukan check up. "Ayo kita berangkat." Sentuhan tangan halus sang Tuan jatuh di rambutnya. "Kemana?" tanya wanita itu dengan
"Maaf Pak, tugas saya ketinggalan." Dia menunduk tanpa merani menatap pembimbingnya."Jangan harap karena kamu wanita Tuan Raymond, aku akan melupakannya dan tetap memberi kamu nilai," sahut Reyhan.Rara memohon kepada Reyhan agar tetap memberinya nilai karena kemarin Reyhan juga sudah melihat tugas yang dia kerjakan."Saya mohon Pak Rey, please," pinta Rara dengan puppy eyesnya.Sama sekali Reyhan tidak terpengaruh dengan tatapan mengiba mahasiswinya, dia malah meminta Rara untuk keluar.Daripada tidak mendapatkan nilai akhirnya Rara meminta Raymond untuk menghubungi pelayan di rumah agar mengantar tugasnya ke sekolah.'Ribet sekali sih sayang tugas ketinggalan kenapa tidak dikumpulkan besok saja'Pria itu protes dalam sambungan teleponnya.'Mana boleh sama Pak Reyhan Tuan'Kekebalan Raymond semakin bertambah ketika mendengar nama Reyhan yang menjadi alasan wanitanya harus mendapatkan tugasnya.'Reyhan lagi Reyhan lagi!'Tut tut, Raymond memutus sambungan teleponnya secara sepihak.B
Matahari merangkak keluar, perlahan Rara membuka mata, dia menoleh ke samping berharap sang Tuan tidur di sebelahnya tapi dia tidak menemukan apa-apa selain bantal dan guling. "Masih belum pulang," katanya kecewa.Wanita kecil itu melirik jam dinding, dia cukup lega karena masih ada waktu dua jam untuk bersiap. Seusai mandi, Rara mengambil ponselnya dia berharap ada pesan permintaan maaf dari sang Tuan tapi harapannya hilang karena tidak ada pesan sama sekali. "Segitu marahnya dia padaku? hingga tidak pulang." Air mata wanita itu mulai menetes, hatinya perih akan sikap pria yang amat dia cintai. Saat bersamaan terdengar suara pintu ditutup cukup keras, segera Rara menoleh, terlihat Raymond yang baru pulang. "Kenapa semalam anda tidak pulang Tuan?" tanya Rara. "Sibuk," jawabnya singkat dan dingin. "Anda masih marah?" Pria itu hanya melirik dengan tatapan elangnya, entah mengapa hatinya masih begitu kesal dengan Rara yang menolak jika diajak keluarTak ada yang bisa Rara lakukan s
"Beraninya kamu menuduh aku selingkuh!" Suara pria itu lirih, terdengar jika dia sangat shock dengan ucapan kekasihnya. "Saya tidak menuduh Tuan, tadi pagi saya mencium parfum wanita di jas anda tak hanya itu ada bekas lipstik juga." Masih terlihat shock Raymond menatap kekasihnya sambil menggeleng. Memang di malam itu Raina memeluknya, tapi dia tidak pernah berselingkuh. Waktu itu dengan tegas, dia menolak permintaan Raina. Rasa cintanya pada sang kekasih membuatnya menolak ikan segar yang ditawarkan gratis, dia menolak Raina. Dari pesta, Raymond meminta David untuk booking hotel, alasan booking hotel karena dia masih kesal dengan kekasihnya. "Kamu salah paham." ungkapnya jujur. "Tidak Tuan, semua sudah jelas jangan berkilah." Wanita itu tidak percaya dengan apa yang disampaikan oleh Tuannya. "Jika masih ingin bermain-main dengan wanita kenapa dulu and main perasaan? kenapa anda perhatian kepada saya? kenapa anda menguliahkan saya yang ujung-ujungnya membuat saya harus membal