Siapa sangka orang sedingin salju bisa romantis juga, tepat di hari Valentine dia mengajak Rara pergi ke salah satu negara di Timur Tengah, di negara tersebut Raymond dan anak buahnya sudah menyiapkan kejutan untung sang kekasih. "Will You Marry Me" Tulisan itu terpampang indah di sebuah gedung tertinggi di dunia, Rara yang melihat hal itu begitu takjub, dia tidak percaya dengan kejutan yang Raymond berikan. Tepat di hadapannya, Raymond berlutut dengan membuka sebuah kotak warna merah yang mana kotak tersebut berisi cincin berlian indah untuk Rara. "Maukah kamu menikah dengan aku Sayang?" Air mata Rara merembes keluar, dengan segera dia mengangguk, "Iya Tuan saya mau." David dan orang-orang yang melihat mereka turut bahagia, dari situ dapat terlihat betapa cintanya Raymond pada Rara. Raymond dan Rara berpelukan sambil melihat tulisan serta foto-foto mereka yang terus terpampang di gedung pencakar langit itu. "Tidak akan ada yang bisa memisahkan kita sayang." "Iya Tuan," sah
"Baiklah Pak Rey." Tanpa berkata apa-apa lagi Rara keluar ruangan Reyhan, sebenarnya kecewa namun Rara berusaha untuk mengerti mungkin Reyhan memiliki masalah dan tidak ingin diganggu. Selepas kepergian Rara, Reyhan mengambil ponselnya. Dia menghapus semua foto-foto yang berada di galeri ponselnya, dia juga menghapus nomor Tessa. Dia memutuskan untuk melupakan Tessa dan menganggap Tessa tak pernah ada. Reyhan kini bertekad untuk tidak mengenal wanita dalam kehidupannya, dua kali patah hati membuatnya benar-benar trauma dan tidak ingin berhubungan lagi dengan yang namanya cinta. "Kalian wanita tercipta hanya untuk menyakiti pria." gumamnya. Semenjak saat itu Reyhan benar-benar berubah 180 derajat, dia bukan lagi seorang pria yang penyayang dan hangat, dia benar-benar kembali seperti dirinya yang dulu bahkan saat ini lebih parah. Perubahan Reyhan cukup membuat Rara sedih pasalnya Rara sudah menganggap Reyhan seperti kakak kandungnya sendiri namun kini Reyhan seperti orang lain yang
Hari pernikahan Rara dan Raymond akan digelar sebentar lagi, pesta pernikahan mereka sengaja dibuat sederhana mungkin karena ini adalah permintaan dari calon pengantin wanita. Dalam pernikahan mereka tidak ada restu dari orang tua Raymond oleh karena itu Rara tidak ingin pernikahan mereka digelar secara besar-besaran, awalnya Raymond tidak setuju dengan keinginan calon istrinya namun akhirnya dia menyetujuinya. "Baiklah Sayang, kita menikah secara sederhana." Senyuman tersungging di bibir wanita itu, akhirnya setelah debat panjang berhari-hari dia menjadi pemenangnya. "Terima kasih Tuan." Sore itu Rara mengajak Raymond untuk pergi ke rumah Pamannya, dia ingin memberi tahu sang paman jika pernikahan mereka akan segera dilaksanakan. Namun siapa sangka, ketika mereka datang sang paman tengah berbaring di sofa dengan keadaan yang sangat pucat. "Paman!" Teriak Rara lalu mendekati sang paman. Tubuh paman Rara begitu lemah, beliau juga terlihat sesak nafas. "Ra." Suara lelaki tua itu
Chris Mencoba mengalihkan pembicaraan mereka, entah mengapa dia lupa jika Tessa sudah memintanya untuk tidak menceritakan apapun kepada Reyhan. "Katakan yang sebenarnya Chris jangan mengalihkan pembicaraan." Rehan menatap Chris dengan tatapan memohon dia berhak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Tessa. Chris menghela nafas dalam-dalam, mau nggak mau dia harus menceritakan yang sebenarnya pada Reyhan. "Saat itu Tessa mengalami kecelakaan sehari sebelum kamu mencarinya ke rumah sakit, mobilnya mengalami benturan keras yang mengakibatkan kakinya terjepit, dan siapa sangka dari peristiwa itu Tessa mengalami kelumpuhan permanen." Raut wajah Chris berubah. Ucapan Chris membuat Reyhan tak percaya, apa mungkin sewaktu Tessa akan menjemputnya, dia mengalami kecelakaan? Tanpa sadar Reyhan menggeleng, matanya mulai berkaca jika dugaannya adalah benar. "Tapi mengapa dia menyembunyikannya dari aku Chris?" tanya Rehan sambil menggoyang kedua pundak Chris dengan kuat. "Mana aku tahu Reyh
Mendengar kemauan Reyhan tentu keluarga Tessa tidak mengizinkan, menurutnya lebih baik melakukan pengobatan di Selandia Baru daripada harus dibawa ke tanah air. "Saya mohon izinkan saya membawanya ke tanah air," pinta Reyhan. Tessa meyakinkan keluarganya, jika dia akan baik-baik saja di tanah air bersama Reyhan, karena kekasihnya akan melakukan yang terbaik untuknya. "Tessa yakin jika Reyhan akan menjaga Tessa." Karena kesungguhan Reyhan dan Tessa akhirnya keluarga Tessa mengijinkan Tessa untuk pergi bersama Reyhan ke tanah air, namun sebelumnya mereka memperingatkan Reyhan jika sampai waktu tertentu Tessa tak kunjung sembuh maka Reyhan harus membawa Tessa kembali. "Baiklah." Reyhan menyanggupi keinginan keluarga Tessa, dia berjanji akan melakukan yang terbaik untuk kekasihnya tersebut. "Tessa adalah wanita yang saya cintai tentu saya akan melakukan yang terbaik." Keesokan harinya mereka berdua bersiap untuk terbang ke tanah air, keluarga Tessa sekali lagi bertanya kepada Rey
"Jangan seperti ini Ra, biarkan Paman tenang disana." Ucapan Reyhan membuat Rara mengangguk namun dia tidak mau melepas pelukannya, dia begitu kehilangan, kedua orang tuanya sudah meninggalkan dirinya dan kini sang Paman harus pergi juga dan yang membuatnya sedih adalah sang Paman harus pergi tepat beberapa jam setelah pernikahannya. Dokter Reyhan mengkode dokter lainnya untuk segera membawa jenazah Paman Rara keluar, karena jenazah harus segera diurus. Reyhan menarik tubuh Rara dan membawa wanita itu dalam pelukannya, " Pak Rey izinkan saya memeluk Paman Pak Rey." Dia terus meronta dan semakin dia meronta semakin kuat Reyhan memeluknya. "Jangan seperti ini! Paman sudah tenang disana, beliau sudah berkumpul dengan ayah kamu." Diluar Raymond dan David baru saja ingin memberi kabar baik pada Rara karena dia juga mendapatkan donor yang kemungkinan cocok dengan sang Paman, namun melihat dokter yang membawa jenazah sang paman membuat Raymond terpaku sejenak. "Apa yang terjadi?" "Mo
"Iya Pak Rey mengikhlaskan lebih membuat kita tenang daripada terus meratapi kepergian, toh paman juga tidak akan kembali." Sambil tersenyum menatap Reyhan.Reyhan juga tersenyum, meratapi kepergian seseorang malah membuat orang tersebut sedih disana, dalam budaya timur meratapi adalah sesuatu yang tidak diharuskan.Sepulang dari rumah sakit Rara pergi ke dapur untuk memasak, meski dia cukup lelah dengan profesinya namun Rara tidak ingin melupakan kewajibannya melayani suami."Nyonya biarkan saja kami yang memasak." Pelayan mencoba melarang Rara agar tidak ikut campur dengan urusan di dapur."Apa-apaan kalian ini, aku ingin memasak untuk suamiku, kenapa tidak boleh?" protesnya."Bukannya tidak boleh Nyonya tapi jika Tuan Raymond tahu kami akan dimarahi," ujar salah satu pelayan.Memang semenjak Rara menjadi dokter, dia memerintah semua pelayan yang mengerjakan semua pekerjaan termasuk memberesi tempat tidur yang biasanya Rara turun tangan langsung.Rara benar-benar tidak diizinkan unt
"David periksa liontin ini." David nampak bingung, dia dipanggil hanya untuk melihat liontin? "Liontin siapa Tuan?" tanyanya sambil mengamati liontin itu. "Milik Rara," jawab Raymond. Personal asisten itu masih heran, dia masih belum paham akan maksud dan tujuan sang Tuan. "Kamu selidiki liontin itu, darimana dia berasal." Barulah kini David paham, "Baik Tuan." Sebelum pergi David mengamati liontin kecil itu, desain liontin begitu indah, apalagi permata itu nampak begitu berkilauan. "Tuan sepertinya liontin ini bukan liontin biasa." "Benar," sahut Raymond. Penasaran dengan informasi liontin itu, David segera membawanya ke tempat yang bisa memberikan informasi akurat. "Bagaimana anda memiliki liontin ini Tuan?" tanya pemilik toko perhiasan. "Memangnya apa istimewanya liontin ini?" tanya David balik. Pemilik toko perhiasan menjelaskan jika, liontin bertabur berlian langka, berlian merah muda yang berasal dari Australia dan juga berlian hitam yang berasal dari benda dari luar