Pukul lima sore Arnav dan Raellyn baru tiba dari kegiatan di luar rumah. Ini mungkin bisa di bilang sebagai quality time mereka yang kesekian dan tidak melalui banyak drama dan jadwal. Hanya berlalu begitu saja tanpa melibatkan hal-hal merepotkan. Atau mungkin jadinya sekarang tidak lagi demikian karena Arnav hanya ingin memastikan istrinya selalu bahagia di awal kehamilannya. Sarapan di sebuah restoran daging dan makan siang di restoran rumahan. Benar-benar kombinasi yang luar biasa bagi Arnav. Tapi karena Raellyn yang menginginkannya. Meski keberatan Arnav tetap memberikan pengabulan dan menurut mengunjungi beberapa tempat yang Raellyn ingin tuju. Sepanjang waktu yang mereka habiskan bersama Arnav sungguh sangat puas mendapati senyum lebar sang istri yang tidak memudar. Bahkan meski sekarang mereka menyudahi acara kencan dadakan ini, Raellyn tetap masih tersenyum puas. Hanya tinggal beberapa jam sampai adiknya datang, jadi begitu mereka pulang Arnav memilih melepas lelahnya di ruang
Ketukan pintu di luar sana secara terpaksa harus menghentikan permainan panas yang baru saja akan di mulai. Raellyn sempat melirik kearah suaminya yang terlihat kecewa dengan keadaan. Ekspresi wajahnya carut marut saat itu, sementara Raellyn tidak bisa menahan dirinya untuk tertawa kecil.“Ya? Katakan ada apa?”“Maaf saya hanya ingin mengatakan bahwa Tuan Arsene dan istrinya sudah menunggu di ruang tamu.”Apa?Baik Arnav maupun Raellyn kini saling berpandangan, setelah melirik ke arah jam dinding. Apa Arsene sekali lagi mengubah jam pertemuan secara sepihak? tapi hal tersebut sejatinya bukan hal yang aneh mengingat memang seperti itu lah pria itu. Raellyn sudah sangat kenal betul sifatnya. Alhasil Raellyn mulai beranjak dari posisinya untuk kemudian mengelap dirinya yang basah karena ulah Arnav. Sementara Arnav sendiri dengan sangat enggan merapikan dirinya sendiri dan beranjak dari sofa. Tiba-tiba keduanya sibuk dengan urusan masing-masing sekarang.“Katakan padanya untuk menunggu. A
“Kau sudah mempertimbangkan akan terjadi seperti ini?” Arnav mengujar begitu mereka keluar dari ruangan. Membiarkan istri dan adik iparnya beradu argumen di dalam.Arsene yang sejatinya bertanggung jawab atas kejadian ini hanya menganggukan kepala. Air mukanya terlihat tidak begitu bagus, bisa di bilang dia mungkin cemas terhadap apa yang akan terjadi kepada istri dan juga mantan kekasihnya di dalam sana.“Kau sangat gegabah. Aku setuju karena kau bilang ini tidak akan lama. Tapi rupanya istrimu mengambil alih kendali sehingga kita berdua di usirnya keluar dari sana,” sahut Arnav sambil mengangkat bahu, nada suaranya terdengar meremehkan. Sedikit menyindiri sang adik yang tidak bisa memimpin dengan baik istrinya. Karena Arnav tahu bahwa Sylvia adalah seorang wanita yang penurut, sedikit aneh baginya menemukan wanita itu tiba-tiba saja memimpin situasi seperti ini.“Aku tahu, ini salahku. Tapi apa dayaku? Aku hanya ingin membuktikan padanya bahwa aku dan Raellyn sudah selesai. Dia tida
“Hey, hey!” Raellyn tertawa pelan saat dia sedikit menjaga jarak dari suaminya dan berjalan menjauh dari Arnav. Pria itu langsung pasang wajah kecewa, melihat dia meninggalkan Arnav begitu saja. Melihat reaksi tersebut, Raellyn melirik padanya sambil geleng-geleng kepala lalu tersenyum sebelum kemudian mendekat lagi hanya untuk sekadar berbisik. “Tidakkah kita seharusnya melakukan hal itu di tempat tidur?”Mendengar penuturan tersebut, kontan senyuman suaminya yang lenyap beberapa saat lalu kembali bersinar layaknya matahari terbit. Arnav mengikutinya dengan patuh seperti seseorang yang begitu sangat dahaga akan hubungan seks. Ya, Arnav memang pada dasarnya seperti itu. Apalagi mengingat semakin lama nanti mereka mungkin akan sedikit mengurangi intensitas hubungan untuk beberapa waktu agar tidak mengganggu tumbuh kembang bayi mereka.Ketika mereka sudah memasuki kamar, Raellyn kemudian mencoba untuk berlutut di depan suaminya. Tapi Arnav tiba-tiba saja bergerak cepat untuk menghentika
Kali ini Arnav yang mengambil kontrol. Kedua tangannya bergerak untuk menangkup wajah sang istri ketika bibir mereka bertemu satu sama lain, sementara Raellyn meletakan lengannya di dada Arnav dan memiringkan kepalanya. Pria itu bereaksi menggigit bibir bawah Raellyn. Istrinya memberi respon dengan membuka sedikit mulutnya, dan di detik yang sama itulah Arnav melesakan lidahnya ke dalam dengan lembut untuk bertemu dengan lidah istrinya. Mereka saling terkait satu sama lain.Arnav mengerang pelan dan menggerakan tangannya untuk turun tepat ke arah dada Raellyn yang sudah terbuka akibat ulahnya beberapa saat lalu. Meremas bagian itu dengan pelan dan lihai. Membuat Raellyn sekali lagi menggeram dan menggerakan tangannya dengan pelan ke atas tubuh Arnav untuk sekadar memberikan balasan berupa membelai ototnya dengan cara yang lembut.Mereka kemudian melepaskan ciuman.“Fuck,” komentar Raellyn.“Agree, tapi lain kali tolong bicara yang cantik ya—ugh!” Perkataan Arnav terpotong ketika istri
Arnav tersenyum. “Itu dia, my queen.” Kemudian dia menambahkan satu jarinya untuk masuk ke dalam Raellyn.Dengan begitu banyak kenikmatan yang Raellyn dapatkan, wanita itu kini tidak tahu lagi harus seperti apa. Terlalu banyak kenikmatan yang menyebar ke seluruh tubuhnya, tidak lama hingga Raellyn merasakan klimaksnya datang. Raellyn hanya fokus pada pergerakan jempol Arnav di titik tersensitifnya, dengan ahli pria itu membelai bagian dari dirinya yang tegang di bawah sana. Tentu saja Raellyn di buat mengerang keras, Raellyn begetar hebat saat dia membuka kedua matanya, dia memadang kearah dua bola mata suaminya yang penuh kharisma.Arnav mencium ujung hidung Raellyn. “Itu adalah bayaran dariku, sayang,” jawabnya. “Sekarang kita bisa rileks sambil memikirkan apa yang selanjutnya akan kita lakukan.”Pria itu mengatakan segalanya dengan sangat santai. Mengabaikan fakta bahwa jarinya masih berada di dalam diri Raellyn, dan istrinya masih melayang karena sisa-sisa kenikmatan yang dia dapa
Raellyn membuka kedua matanya dan kemudian mereka berdua saling bertatapan satu sama lain ketika dirinya bergerak, dia mengerang keras.“Arnav~ milikmu terlalu besar. Ini terlalu—ugh!” Di balik keluh kesah istrinya Arnav justru malah meningkatkan tempo permainan sehingga istrinya bereaksi dengan mencengkram bahunya yang lebar sebagai pertahanan.Tak hanya Raellyn, Arnav juga merasakannya. Pria itu menggeram ketika Raellyn memberinya perlawanan yang cukup berarti sehingga membuat napas Arnav keluar dengan cepat dan nyaris terputus-putus.Tidak mengherankan bila pergerakannya begitu mudah, milik istrinya telah Arnav pastikan sudah sangat basah sebelum mereka memulai sehingga kini Raellyn bisa dengan mudah melakukan pergerakan tanpa adanya hambatan. Dia mendesah tiap kali Arnav mencapai ujungnya.“Aku tidak sanggup, Arnav!” erangnya.Jika sudah seperti ini Arnav tahu bahwa istrinya memerlukan bantuan, karena itulah dia terus bergerak meskipun Raellyn sudah luluh lantak tak berdaya dengan
Akhir-akhir ini Arnav menemukan banyak kebiasaan baru. Seperti dia akan secara tiba-tiba selalu terbangun karena suara Raellyn yang sedang muntah di kamar mandi. Pria itu kemudian akan menghabiskan waktunya menemani sang istri hingga situasinya terlihat lebih baik. Tidak banyak yang dia lakukan, hanya sekadar mengusap punggung dan pundaknya, memberinya air putih hangat, memberinya sedikit pijatan yang bagi dia mungkin akan sedikit meringankan rasa pusing dan mual istri tercintanya walau hanya sedikit.Sudah hitungan bulan berlalu, Arnav lega karena selama itu pula tidak banyak hal yang terjadi. Dia bersyukur karena Tuhan membiarkan kehidupan rumah tangganya sangat damai dan lenggang tanpa adanya keributan apa-apa. Tidak dengan ibunya, maupun juga adiknya Arsene. Meskipun terkadang Arnav tidak bisa begitu saja melonggarkan kewaspadaannya. Dia sadar bahwa ketenangan tidak berarti kedamaian utuh, akan selalu ada ombak yang tercipta untuk meruntuhkan ketentraman yang ada.Dia kembali meli