Vicky diam membatu, matanya membelalak tak percaya menatap lurus wanita yang memanggil namanya.Wanita itu tersenyum lembut, dia lalu berjalan ke arah Vicky.“Bu... bukankah dia...” gumam Vicky. Matanya terus memandangi wanita itu, saat dia hendak melangkah menuju wanita itu, Vanya menghentikannya dengan memegang lengan kirinya.“Sayang... ada apa?” tanya Vanya yang kini dibuat terkejut melihat ekspresi wajah Vicky.Vicky menoleh ke Vanya, namun pikirannya terus tertuju kepada wanita yang memanggil namanya tadi. Matanya terlihat kosong saat memandangi wajah Vanya.“Vicky!” ucap wanita itu.Vicky segera menoleh, namun wanita itu malah berjalan terus melewatinya seakan tak mengenal dirinya, Vicky kembali terperangah, namun matanya terus mengikuti ke mana wanita itu berjalan.“Vicky! Dari mana saja kamu! Kamu membuat Ibu khawatir,” ucap wanita itu sambil memeluk seorang anak laki-laki berusia 5 tahun.“Maaf Ibu,” jawab anak laki-laki itu sambil tersenyum.“I... ibu?” gumam Vicky yang kem
Vanya mengakhiri percakapannya dengan Alyona dan Vincent, dia lalu bergegas meletakkan ponselnya ke dalam tas miliknya dan kembali ke tempat tidur.Vanya merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, pikirannya berkecamuk memikirkan hubungan Kirana dan Vicky dulu seperti apa.“Apa Vicky masih mencintai wanita itu?” batin Vanya yang merasa cemas.Ceklek...Pintu kamar mandi terbuka, Vicky yang telah selesai mandi keluar dengan hanya menggunakan handuk, bagian atas tubuhnya yang atletis tanpa penutup sontak menarik perhatian Vanya.“Uh... sayang,” batinnya pelan. Pikirannya sontak teralihkan, permainan indah mereka selama di Korea menyingkirkan nama Kirana dari benaknya.Vanya tiba-tiba teringat dengan beberapa artikel yang sempat dia baca, sebuah studi yang dilakukan di Arizona State University pada 58 perempuan mengungkapkan kasih sayang fisik atau perilaku seksual dapat memprediksi suasana hati dan dapat menurunkan risiko stres.“Aku sedang stres, aku butuh itu,” batinnya memantapkan hat
Beberapa saat setelah Vicky menceritakan kisah Kirana kepada Vanya, pasangan pengantin baru ini kembali melakukan pertempuran panas mereka di atas ranjang.Selama tiga puluh menit, suara mereka berdua memenuhi kamar Presidential Suite yang mereka tempati. Kamar yang sejuk terasa panas, keringat bercucuran membasahi tubuh mereka berdua.Begitu selesai, Vanya dengan lembut menyeka keringat yang memenuhi wajah suaminya, dia sesekali mengecup kening suaminya yang masih mengatur nafasnya karena pertandingan ronde kedua tadi.“Sepertinya aku harus mandi lagi,” celetuk Vicky bercanda yang membuat Vanya tertawa.Vanya mempersilakan suaminya membersihkan tubuhnya lebih dulu, setelah itu barulah dia yang membersihkan tubuhnya sambil berendam di bathub segitiga yang memiliki desain sangat indah.10 menit kemudian Vanya telah selesai mandi, dia langsung tersenyum saat keluar kamar mandi dan mendapati Vicky yang tertidur pulas layaknya bayi di tempat tidur.Saat hendak mengambil hair dryer untuk m
“Mommy.” Terdengar suara Vicky kecil memanggil ibunya yang terbaring lemas di sofa.Vanya yang tak tega melihat itu segera menghampiri Vicky kecil dan menenangkannya, Luke yang melihat itu tersenyum penuh hormat ke Vanya, berterima kasih karena Vanya mau menenangkan putranya.“Maaf Vicky, acara makan siang kita malah harus seperti ini,” lirih Luke sambil memandangi wajah Kirana.Vicky mengeluarkan sapu tangan dari saku jasnya, lalu menyerahkannya ke Luke.“Tidak perlu meminta maaf, ini diluar kehendakmu,” ucap Vicky, tersenyum.“Terima kasih,” balas Luke, dia menerima sapu tangan pemberian Vicky dan mulai menyeka keringat dingin yang tampak memenuhi kening Kirana.“Aku sudah menghubungi dokter keluargaku, sepertinya mereka sebentar lagi tiba,” kata Luke, yang semakin mencemaskan keadaan istrinya.“Apa Kirana sering pingsan seperti ini?” Tanya Vicky.Luke menggelengkan kepalanya, “Tidak, dia hanya sering merasa pusing, pingsan seperti ini sangat jarang terjadi,” jawab Luke.Vicky mengh
Vanya tersenyum, dengan suara lembut dia berkata, “Kamu sudah menolongku berulang kali, sebagai istrimu, biarkan aku yang menolongmu kali ini, aku tahu hatimu sakit, aku tahu hatimu terluka, Sayang... apa kamu kira aku tahan melihatmu seperti ini.”Vicky terdiam, dia menunduk sambil menghela nafasnya.“Sayang... bukankah aku selalu bilang jika aku percaya kepadamu, dan untuk kali ini aku akan kembali mengatakannya, aku akan selalu percaya kepadamu, dan tak akan pernah meragukanmu sedikit pun, selesaikan urusan kalian secara baik-baik, itu akan menjadi obat terbaik untuk kalian berdua,” sambung Vanya.Vicky mengangkat wajahnya menatap Vanya, dia tersenyum lalu mengusap pucuk kepala vanya, merasa sangat bersyukur karena ditakdirkan menjadi pendamping Vanya.“Terima kasih sayang....” ucap Vicky yang langsung di balas senyuman hangat oleh Vanya.Vanya berjalan menuju tempat Kirana, Luke dan putra mereka berada, Vanya tersenyum lembut menyapa Kirana yang terus meneteskan air mata.Kirana
“Vicky... aku masih mencintaimu, bagaimana denganmu? Apakah kamu juga masih mencintaiku?” Tanya Kirana berterus terang dengan perasaannya.Pertanyaan Kirana sontak mengejutkan Vicky, dia tidak menyangka jika mantan tunangannya akan bertanya tentang hal itu.Vicky meraih kedua tangan Kirana, sambil tersenyum dia menatap wajah cantik mantan tunangannya itu.“Kirana... awalnya aku juga sempat bingung dengan perasaanku sendiri ketika pertama kali melihat dirimu, dan aku yakin kamu sedang merasakan hal yang sama saat ini.”“Tapi berkat kamu yang bertanya apa saja yang telah aku alami beberapa tahun terakhir ini membuatku kembali mengingat bagaimana perjuangan Vanya yang tetap setia menungguku kembali dari misi pelatihan keluargaku, begitu banyak airmata yang telah dia tumpahkan untukku, dan begitu banyak pengorbanan yang telah dia lakukan selama menungguku.”“Vanya menghiburku di kala ku sedih, dia merawat hatiku yang terluka dengan cinta yang tulus, kehadirannya membuatku merasa bahagia d
Tidak ingin merahasiakan apapun lagi dari Vanya, Vicky akhirnya memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada Vanya. Mulai dari momen ketika mendapat kabar Kirana meninggal, kabar kematian kedua orang tuanya, dan juga pertunangannya dengan Manda. Setelah itu, Vicky lalu menceritakan momen dimana terjadi kesalahpahaman antara dirinya dan Vanya karena perbuatan Manda. Wajah Vanya berubah sedih ketika mengingat momen menyakitkan itu, momen dimana dia akhirnya harus menunggu kepulangan Vicky yang tidak jelas kapan waktunya. “Waktu itu aku menjalani misi pelatihan militer keluargaku, aku tidak tahu apakah aku masih bisa pulang dengan selamat, karena itulah aku memilih tidak memberitahu kamu,” ucap Vicky, wajahnya juga terlihat sedih sewaktu menjelaskan tentang hal itu ke Vanya. Vanya tentu sedikit terkejut mendengar ada pelatihan seperti itu di keluarga suaminya, dalam hati dia merasa bersyukur karena Vicky kembali dengan selamat. Vicky kembali melanjutkan ceritanya, Vanya benar-benar
Arthur dan Laras langsung bergegas menuju hotel tempat Vicky dan Vanya berada setelah mendengar kabar dari Vicky jika Vanya tiba-tiba sakit. Sesampainya di hotel, mereka langsung menuju kamar Vicky, raut wajah mereka terlihat begitu cemas, khawatir jika keputusan mereka mempertemukan Vicky dan Kirana malah berakhir buruk untuk Vanya. Ceklek! Arthur dan Laras langsung membuka pintu kamar Vicky, mereka berdua sontak terkejut begitu melihat Vanya yang baik-baik saja sedang tertawa bersama Kirana di dalam kamar. “Vanya? Bukannya kamu sedang sakit?” Tanya Laras. Vanya dan Kirana kompak menoleh, mereka berdua beranjak dari duduknya dan segera menghampiri Laras. “Aku tadi hanya kelelahan ibu,” jawab Vanya mempersilakan Laras dan Arthur masuk ke dalam kamar. “Jadi kamu baik-baik saja?” Tanya Laras lagi memastikan. “Iya Ibu, aku baik-baik saja,” jawab Vanya sambil tersenyum. “Lalu mengapa tadi Vicky mengatakan....” Arthur terdiam tidak menyelesaikan ucapannya, dia lalu menghela nafasn