Vanya melirik jam tangan yang ia kenakan, dia terlihat gugup. Hari ini dirinya kembali menginjakkan kaki ke showroommobil milik Eddy untuk mengambil beberapa barang pribadi miliknya yang masih berada di tempat Eddy. Vanya sendiri sebenarnya sudah malas untuk kembali kesini, walaupun sudah seminggu berlalu, dia masih tetap merasa kesal terhadap atasannya itu.. “Vanya!” Teriak Eddy yang berada di depan pintu masuk showroom dengan wajah yang terlihat sangat marah. Ini adalah hari yang sudah Eddy nantikan, dia akhirnya bisa melampiaskan amarahnya kepada Vanya. Orang yang waktu itu membantu Vanya sudah tidak ada, Eddy bermaksud mempermalukan Vanya di hadapan karyawan lain. Dia ingin Vanya menjadi contoh bagi karyawan yang berani melawannya. Dengan berat Vanya melangkahkan kakinya menghampiri Eddy, dirinya juga sudah siap bahkan jika harus mendapat caci maki dari bosnya itu. Namun, ketika sudah berada tepat di depan Eddy, Vanya sedikit kebingungan melihat ekspresi wajah Eddy yang terlih
“Apa Vicky sudah datang?” tanya seorang pria pada salah satu karyawan di kantor Vicky.“Belum Pak,“ jawab wanita itu.“Bagaimana dengan Devita?” Tanya pria itu kembali.Karyawan wanita tersebut kembali menjawab, “Sama Pak, Ibu Devita juga belum tiba.”“Apa-apaan perusahaan ini, aku sedang membawa dokumen untuk transaksi 314 Milyar dan orang yang bertanggung jawab bahkan belum tiba!” keluh pria itu dengan sikap arogan.Pria itu bernama Anton, dia bekerja sebagai manager pembelian di perusahaan yang kemarin berhasil mencapai kesepakatan transaksi dengan Vicky. Hari ini dia ditugaskan oleh perusahaannya untuk mengurus transaksi itu. Anton juga berteman dengan Bastian dan Aditya, karena merasa berteman dengan dua petinggi di perusahaan yang dipimpin Vicky membuat Anton merasa sombong. Apalagi Anton juga mengetahui jika Vicky berstatus calon menantu dari Aditya yang juga adalah kenalannya.Anton tentu saja juga sudah menghubungi Bastian, namun Bastian beralasan bahwa dia tidak bisa masuk k
5 Bulan Kemudian.“Selamat Pagi Pak Vicky....”Semua karyawan Vicky tampak berbaris rapi menyambut kedatangan Vicky di kantor, itu mereka lakukan setiap pagi dan sudah menjadi rutinitas karyawan, baik pria maupun wanita selama beberapa bulan ini.Tentu saja Vicky tidak meminta karyawannya untuk melakukan itu, itu semua adalah murni inisiatif dari karyawan Vicky sebagai bentuk ucapan terima kasih mereka. kArena Vicky sudah memberikan mereka ilmu yang luar biasa. Membuat mereka semua bisa bekerja dengan professional, dari mereka yang dulunya tidak dapat berbicara dengan customer, kini bahkan transaksi mereka bisa tembus sampai milyaran rupiah.Hubungan Vicky dengan Manda juga semakin dekat, selama 5 bulan terakhir, setelah pulang kuliah, Manda selalu mengunjungi kantor Vicky.Vicky yang tadinya tidak merasakan apa-apa, kini mulai menyukai Manda, seperti batu yang terus-menerus terkena tetesan air, sekeras apa pun batu itu, tetesan air akan menghancurkannya. Mungkin istilah itu bisa meng
Manda mengerutkan keningnya mendapati Giyan ada bersama meraka, “Von, kenapa Giyan ada di sini?!” protesnya kepada sang sahabat.“Manda dengarkan dulu penjelasanku,” Vony yang berusaha menenangkan Manda.Sedangkan Giyan sendiri tidak berkata apa-apa dan terus mengamati pembicaraan antara Manda dan ketiga sahabatnya itu. Tentu saja sesuai rencana mereka.“Manda kami sudah mengetahui latar belakang keluarga tunanganmu,” ucap Vonytiba-tiba.Manda terkejut mendengar ucapan dari kedua sahabatnya, itu karena latar belakang Vicky hanya diketahui oleh keluarganya. “Siapa yang memberitahu kalian?!” Tanya Manda kepada Vony dan kedua sahabatnya.“Iya Manda, kami sudah mengetahui semuanya, kalau untuk itu…” sahut Dina sengaja menggantung kalimatnya.“Aku yang memberitahu mereka,” imbuh Giyan sambil mengangkat satu tangannya ke atas.Manda tersentak dan menatap tajam kepada Giyan, “Giyan! Siapa yang memberimu informasi tentang itu?!”“Ayahmu yang memberiku informasi itu,” jawab Giyan, tertawa keci
Keesokan paginya…Vicky hanya melihat ponselnya dengan sekilas saat mendengar suara pemberitahuan pesan dari Manda, lalu kembali melanjutkan meeting dengan karyawannya.Tidak seperti sebelumnya, ketika pesan dari Manda masuk. Vicky pasti akan menyempatkan waktu untuk langsung membalas pesan Manda. Namun pagi ini, sebelum berangkat ke kantor, Vicky sudah mendengar rekaman suara yang diambil dari Villa tempat Manda dan Giyan menginap.Rekaman itu berisi tentang percakapan Manda, dan bagaimana teman-teman Manda menuduh Vicky berselingkuh. Dan di bagian akhir rekaman, terdengar suara desahan Giyan dan Manda yang bahkan orang bodoh sekalipun akan mengetahui apa yang sedang terjadi ketika mendengar suara itu.Walaupun sudah mengetahui Manda berselingkuh, Vicky terpaksa harus tetap mempertahankan statusnya sebagai calon menantu keluarga Mahardika. Saat ini kondisi kesehatan Kakek Manda sedang kurang baik, Vicky akan menunggu waktu yang tepat untuk menyampaikan jika dia sudah tidak mau melanj
Di saat yang bersamaan, Vicky yang sedang beristirahat di kamarnya terlihat meraih ponselnya, nama Barry muncul sebagai pemanggil, tanpa menunggu lama Vicky langsung menjawab panggilan dari Barry.“Halo,” ucap Vicky sedikit penasaran karena Barry menghubungi ponselnya di jam seperti ini.“Tuan Muda, ini tentang Nona Vanya,” balas Barry dengan suara yang terdengar sangat serius.Tiba-tiba wajah wanita cantik yang seakan menghilang dari ingatan Vicky kembali muncul setelah mendengar nama Vanya disebut.“Aku baru mendapat laporan dari Eddy jika Nona Vanya sedang berada dalam bahaya,” ujar Barry.“Ada apa dengan Vanya?!” tanya Vicky yang mulai terlihat panik.“Menurut laporan dari Eddy, Bastian dan Giyan sekarang sedang bersama Nona Vanya, mereka berencana untuk menjebak Nona Vanya menggunakan obat tidur," Terang Barry.Emosi Vicky seketika meledak mendengar hal itu.“Barry! di mana kamu sekarang?!!” tanya Vicky.Sambil tetap memegang ponselnya Vicky langsung berlari menuju parkiran mobil
Begitu tiba di kediamannya, tiga orang pelayan wanita yang bekerja di rumah Vicky langsung menyambut kedatangannya.Sebelumnya, Barry sudah memberitahu kepada ketiga pelayan itu tentang kedatangan Vicky dan kondisi Vanya yang sedang tidak sadarkan diri.Vicky menyerahkan Vanya yang sedang tidak sadarkan diri kepada ketiga pelayan itu begitu dia turun dari mobil.“Tolong ganti baju dia terlebih dahulu,” ucap Vicky sembari memandangi pakaian yang dikenakan Vanya.“Pasti dia akan merasa kurang nyaman jika tidur menggunakan pakaian seperti itu,” sambung Vicky.Dua orang pelayan wanita langsung mengikuti perintah Vicky. Sedangkan pelayan yang lain menyiapkan keperluan Vanya.Setelah memberi instruksi kepada pelayan, Vicky kembali menuju kamarnya, sebelum beristirahat, dia memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu.Beberapa menit berlalu, Vicky mematikan kran air lalu mengambil handuk yang berada di dekatnya. Ketika ia keluar dari kamar mandi, Vicky dikejutkan oleh Vanya yang kini
"5 menit lagi...," gumam Vanya yang masih merasa berat untuk bangun dari tidurnya.Dia masih sulit untuk membuka matanya, entah mengapa hari ini tempat tidurnya terasa sangat nyaman, dia kembali tidur sambil memeluk bantal guling di sampingnya.5 menit berlalu,...Dan setelah 10 menit berlalu,Vanya akhirnya mulai membuka matanya, mau tidak mau dia harus bangun untuk berangkat kerja."Apa ini?" gumam Vanya sambil perlahan membuka matanya, samar-samar dia melihat bantal guling yang dipeluknya terlihat berbeda.Ketika akhirnya mata Vanya terbuka, dia sontak terkejut. Karena yang dia peluk bukanlah bantal guling melainkan tubuh seorang pria yang bertelanjang dada.Dia semakin panik ketika menyadari jika saat ini dia hanya mengenakan pakaian tidur tipis tanpa dalaman dengan seorang pria yang tidak dia kenali.Karena kondisi ruangan yang sedikit gelap, Vanya tidak dapat melihat wajah pria kurang ajar yang sudah melakukan ini padanya."Arrrgg!" teriak Vanya sambil melepas pelukannya dari tu