Lana sedang menikmati sarapan paginya sedang ibunya sedang menyiapkan makanan yang akan dibawa oleh Lana ke kantor. "Lana ini ibu sudah membungkus kue yang nanti kamu berikan kepada teman-teman kamu dan juga ada kue untuk bos kamu. Selain itu ibu juga sudah menyiapkan bekal makan siang untuk kamu," kata Dahlia yang sudah selesai membereskan semuanya. "Ok Bu. Makasih sudah siapkan semuanya. Pasti teman-teman Lana suka dengan kue buatan ibu yang enak," puji Lana. "Ibu harap juga seperti itu karena ibu ragu mau membuat kue-kue ini tapi semoga teman kamu suka dengan kue buatan ibu," kata Dahlia penuh harap. "Lana yakin mereka pasti senang mendapatkan kue buatan dari ibu. Jadi ibu gak usah khawatir," jawab Lana mencoba mengurangi rasa khawatir yang sang ibu rasakan. Dahlia pun hanya menganggukkan kepalanya mendengar apa yang dikatakan oleh putrinya. Ia berharap jika apa yang dikatakan oleh sang putri benar adanya. Karena kemarin hampir seharian ia membuat kue-kue ini karena niatnya me
Lana masih terdiam seribu bahasa ketika mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Dante. Bisa-bisanya laki-laki yang ada dihadapannya mengatakan jika dirinya ingin menikahi Lana. Walaupun Lana tahu jika mereka berdua memang ingin memulai sebuah hubungan tapi tetap saja Lana tak menyangka bisa sampai di titik dimana Dante melamarnya. Sungguh Lana tak bisa membayangkan akan menikah dengan seorang Dante Alfonso. "Dante kamu sedang bercanda kan?" tanya Lana memastikan. "Memang kamu bisa melihat wajah aku sedang bercanda? Aku benar-benar serius dengan apa yang aku katakan. Selama ini aku gak pernah punya rencana untuk menikah setelah apa yang aku alami di masa lalu membuat aku membuat keputusan tak mau terlibat dalam urusan percintaan bahkan sampai memikirkan soal pernikahan. Tapi semuanya berbeda ketika bersama dengan kamu. Sikap kamu yang apa adanya dan terkadang suka membantah semua perintah yang aku katakan yang secara otomatis membuat aku semakin penasaran dengan sosok wanita yang
"Lana terima kasih ya buat kuenya. Sumpah enak banget rasa kuenya," puji teman kantornya Lana. "Syukurlah kalau rasanya enak soalnya ibu aku sendiri yang buat kue-kue ini jadi aku tadi merasa ragu ingin memberikan kue-kue ini buat teman-teman di kantor ini karena memang modelnya yang bisa dibilang jadul. Karena ibu aku memang berniat ingin membuatkan kue buatannya untuk teman-teman aku di kantor ini jadi ketika suka dengan kuenya tentu saja aku juga ikut senang," jawab Lana yang tak bisa menyembunyikan rasa senangnya. "Jangan salah kamu Lana walaupun kuenya modelnya jadul tapi rasanya gak kalah sama kue-kue yang ada di mall. Nanti bilang makasih sama ibu kamu buat kue-kue yang enak ini," kata teman kantornya menambahkan. "Pasti nanti aku akan bilang sama ibu aku kalau kalian suka sama dengan kuenya bahkan bilang kalau kuenya enak juga," jawab Lana mengerti. Tadi memang setelah sampai di kantor Lana langsung memberikan kue yang ia bawa kepada beberapa temannya yang sudah datang dan
Lana sedang merapikan bajunya karena besok pagi Lana akan pergi ke Bali bersama dengan Dante untuk memeriksa salah satu pembangunan resort disana. Karena memang resort itu akan dibuka dalam waktu yang dekat. Jadi Dante harus mengeceknya secara terakhir sebelum akhirnya resort itu benar-benar harus dibuka. "Maaf ya Bu kalau Lana harus meninggalkan ibu lagi tapi Lana harus ikut mempersiapkan pembukaan resort milik perusahaan jadi mau gak mau Lana juga harus berada disana," kata Lana merasa tak enak kepada sang ibu. "Gak apa-apa sayang ibu bisa mengerti kok kalau kamu sekarang pekerjaan kamu memang bersangkutan dengan hal-hal yang penting jadi wajar aja kalau kamu harus mengikuti kemanapun bos kamu memerintahkan," jawab Dahlia yang membantu Lana packing. Rencananya Lana akan berada di Bali selama hampir satu Minggu karena memang banyak persiapan yang harus dilakukan jadi mau tak mau ia harus menjalani semua itu karena ini memang tugas dari perusahaan. "Ibu jadi mau nginep di tempatnya
Lana benar-benar sudah menduga jika Dante pasti menempatkan dirinya di kelas bisnis ketika mereka melakukan perjalanan menuju ke Bali. Padahal Lana sudah meminta untuk berada di kelas ekonomi karena tak ingin sampai ada omongan dari orang-orang diluar sana kalau dirinya berada di ekonomi class. Tapi seperti biasa seorang Dante Alfonso tak bisa dibantah sama sekali. Jadi mau tak mau Lana hanya bisa menerimanya dan duduk manis di samping Dante. "Sayang kenapa ekspresi wajah kamu terlihat tidak suka seperti itu?" tanya Dante sambil melirik kearah Lana. Lana memang dari tadi memilih untuk diam saja setelah tahu ia berada di bisnis class setelah masuk ke pesawat ini. "Kenapa kamu bawa aku ke bisnis class ini? Bukannnya aku minta aku untuk berada di ekonomi class aja kenapa kamu bawa aku disini? Gimana jika orang-orang kantor membicarakan aku karena diperlakukan berbeda?" tanya Lana dengan nada yang gak suka. "Hahhhhh...."Dante hanya menghela napasnya ketika mendengar nada tak suka da
Memang benar selama di Bali Lana disibukkan dengan urusan pekerjaan terutama persiapan untuk pembukaan resort baru milik keluarga Alfonso. Jadi banyak hal yang Lana lakukan untuk bisa menyelesaikan semuanya. Selain itu ada juga hal lain yang harus Lana lakukan yaitu menemani bos sekaligus Kekasihnya ketika di ranjang jadi bisa dibayangkan bagaimana lelahnya Lana saat ini. Tapi ia sudah berkomitmen jika selama di Bali akan menjadi wanita yang patuh jadi ia berlaku seperti itu. Dan setelah semalam lagi-lagi Lana harus menghabiskan malam yang penuh menggairahkan sekarang Lana sudah menyibukkan diri dengan menyiapkan sarapan pagi untuk dirinya dan Dante. Masih memakai baju piyamanya Lana harus cepat-cepat menyiapkan sarapan karena pagi ini ia harus melihat perkembangan persiapan pembukaan dari resort milik keluarga Alfonso. Pagi ini Lana memilih membuat roti panggang dan juga omelette karena ia tadi kesiangan gara-gara seorang Dante Alfonso memeluknya dengan erat dan tak memperbolehkan dj
Lana masih diam seribu bahasa ketika mendengar perkataan dari Dante. Ia benar-benar masih bingung harus menjawab apa tentang lamaran yang dikatakan oleh Dante tadi. Masih ada rasa takut yang Lana rasakan jika ia benar-benar menerima lamaran dari Dante. Tak masalah jika orang-orang menghina ataupun membicarakan dirinya tapi Lana tak bisa jika sang ibu yang menjadi sasarannya. Maka dari itu Lana harus benar-benar mengambil keputusan yang tepat bukan hanya untuk dirinya tapi juga untuk sang ibu. Dante sendiri masih melihat ekspresi takut yang terlihat jelas dari wajah Lana dan itu membuat Dante harus benar-benar meyakinkan kepada Lana bahwa semuanya akan baik-baik saja."Sayang apa aku masih belum bisa menunjukkan keseriusan kepada kamu? Atau mungkin kamu merasa tidak nyaman bila melangkah ke hubungan yang lebih serius dengan aku?" tanya Dante yang masih menatap kearah Lana.Perlahan-lahan Lana bangkit dari atas tubuh Dante dan mula
Lana benar-benar sudah menduga jika pagi ini ia akan terlambat untuk mulai bekerja karena tadi lagi-lagi laki-laki yang sekarang sedang menyetir disampingnya menarik tubuhnya kembali ke ranjang dan mereka pun mengulang aktivitas panas yang membuat Lana merasa lelah. Tapi ketika Lana menolak dengan sangat terampil Dante bisa membangkitkan gairahnya yang padam dan tubuhnya dengan mudah bereaksi dengan sentuhan dari tangan Dante yang membuatnya mabuk kepayang sehingga mau mengulang aktivitas panas mereka lagi."Gara-gara kamu kita terlambat ke kantor kan? Padahal pagi ini ada meeting buat membahas soal persiapan pembukaan resort tapi kamu malah mengajak aku buat mengulang apa yang kita lakukan semalam. Aku suka heran kenapa aku bisa menerima lamaran dari laki-laki mesum kayak kamu," sindir Lana dengan sangat tegas.Walaupun Lana kesal dengan apa yang dilakukan oleh sang kekasih tapi ia tetap menyuapkan roti panggang yang tadi sudah