Setelah tadi pagi mengalami perdebatan kecil dengan Ardy tentang Pulau Komodo, kini Keyra sudah tampil cantik dengan balutan dress tangan panjang yang panjangnya hanya sampai lutut dengan warna soft purple. Hari ini Ardy akan mengajak Keyra untuk berlayar menaiki kapal Pinisi, barulah mereka akan mengunjungi pusat pembelanjaan di kota Labuan Bajo untuk membeli oleh-oleh.
“Udah siap?” tanya Ardy saat Keyra menghampirinya yang tengah duduk di tepi ranjang sambil memainkan ponselnya. Ia terlihat sibuk mengecek beberapa e-mail yang semalam dikirimkan oleh Arga dan belum sempat ia periksa sama sekali.
“Kakak sibuk ya?” tanya Keyra saat melihat Ardy yang masih belum beranjak menatap layar ponselnya.
“Sebentar ya, sayang. Semalam Arga mengirimkan beberapa proposal lewat e-mail yang belum sempat aku lihat. Aku mau cek dulu ya. Kamu gak papa ‘kan kalo nunggu sebentar? ” kata Ardy.
Kini Ardy dan Keyra sedang berada di Mall Labuan Square, pusat perbelanjaan terbesar pertama di Flores Barat. Mereka ingin membeli oleh-oleh sebelum besok pagi mereka pulang ke Jakarta. Sebenarnya Keyra masih betah berada di Labuan Bajo karena banyak tempat indah yang belum ia kunjungi. Lagi-lagi Keyra merutuki kecerobohannya saat ia jatuh kemarin yang mengakibatkan lututnya cidera dan ia jadi tidak bisa pergi ke Pulau Komodo atau sekedartrekking di Pulau Padar. Padahal penampakan dari puncak Pulau Padar sangatlah indah dan ikonik karena di sana bisa melihat deretan bukit, sabana, dan laut yang terbentang di sekitar pulau. Belum lagi kapal yang lalu lalang semakin menambah keindahan panorama di sana. Keyra harus menelan kekecewaannya sendiri.“Kamu mau beli oleh-oleh untuk siapa aja, Key?” tanya Ardy saat istrinya itu membawa dua keranjang penuh yang berisi makanan.“Ini untuk keluarga sama temen-temen aku di kampus, Kak.” Mata Ke
Pesawat yang dinaiki Ardy dan Keyra sudahlandingdi Bandara Soekarno – Hatta sejak pukul 11.00 WIB. Kini mereka sudah berada di dalam mobil yang dikendarai oleh Arga. Ardy memang memintanya untuk menjemput di Bandara.“Arga, kita kerumah Keyra dulu.” kata Ardy agar Arga mengemudikan mobilnya menuju rumah mertuanya.Arga mengangguk sekilas, “Baik, Tuan.”“Sayang, nanti kamu tinggal di rumah Mamah dulu ya. Aku harus langsung terbang ke Surabaya. Ada masalah dengan proyek pembuatan danau di sana. Aku harus meninjau langsung.” kata Ardy pada Keyra yang saat itu sedang bersandar di lengannya.“Kok Kakak gak kasih tau aku sebelumnya? Kenapa dadakan gini sih? Besok ‘kan aku udah mulai PM, Kak.” cerocosnya sambil memanyunkan bibirnya. Ia tidak mau menatap suaminya.“Maaf, sayang. Ini juga dadakan. Proyek danau yang aku tangani di Surabaya mengalami masalah sehingga memaka
Keyra sedang duduk di atas sofa ruang tamu rumahnya dengan perasaan gelisah, sebuah koper besar sudah nangkring di sampingnya. Diliriknya jam tangan yang melingkar di tangannya berkali-kali, sudah pukul delapan pagi. Ia sedang menunggu suaminya datang. Sejak kepergiaan suaminya itu ke Surabaya, Ardy hanya menghubunginya sekali ketika dirinya sudah berada di Bandara sebelum pesawatnya take off. Keyra pikir Ardy sangat sibuk di sana sehingga ia pun tidak berinisiatif untuk menghubunginya, takut mengganggu pekerjaan Ardy. Sehingga ia menunggu Ardy yang menghubunginya lagi, namun sampai pagi ini Ardy belum juga menghubunginya.Satu jam lagi, ia harus sudah berada di kampus. Namun suaminya itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Hingga membuatnya kesal, sekesal-kesalnya.Keyra mendengus kesal sambil menghentak-hentakkan kakinya.“Kenapa sih, Key?” tanya Sandra saat melihat kelakuan anak gadisnya itu, kemudian mendudukan tubuhnya di samping p
Kedua mobil para mahasiswa sudah memasuki daerah kampung Purut. Jam sudah menunjukan pukul dua belas siang ketika mereka tiba di daerah yang dimaksud. Membutuhkan waktu tiga jam sampai akhirnya mereka tiba disana.Tempat yang pertama mereka datangi adalah rumah Kepala Desa karena selama satu bulan kedepan mereka akan menyewa salah satu rumah di kampung itu. Sekalian mereka juga akan menitipkan kedua mobilnya di sebuah lapangan yang tepat berada di depan rumah Kepala Desa yang terbilang luas. Jarak rumah Kepala Desa dari rumah kontrakan hanya berkisar 500 meter. Jadi jika mereka membutuhkan mobil, mereka tinggal berjalan kaki ke lapangan tersebut. Selama ini kampung Purut cukup aman, tidak pernah ada laporan dari warga atas kehilangan sesuatu. Jadi mereka tidak perlu khawatir untuk menyimpan kedua mobil mereka di lapangan terbuka seperti itu.Ketika perijinan dengan Kepala Desa sudah selesai, mereka berjalan kaki menuju rumah kontrakan yang sudah terlebih dahulu di sewa
Matahari masih berada di peraduannya. Jam masih menunjukkan pukul enam pagi, namun para mahasiswa sudah bersiap untuk memulai hari mereka.Setelah bergantian mandi, mereka berkumpul di ruang tamu untuk sarapan bersama. Sarapan pagi itu mereka memesan nasi kuning yang ada di dekat rumah kontrakan. Akan memakan waktu lama jika mereka harus memasak untuk sarapan.“Udah siap semuanya?” tanya Rio setelah mereka menyelesaikan sarapannya.“Udah!!!” sahut mereka kompak.“Kalo gitu kita berangkat yuk, dr. Rima udah tiba di lokasi.” ujar Rio lagi.Para mahasiswa mengambil tasnya masing-masing yang berisi peralatan yang akan dibutuhkan nanti. Tidak lupa juga mereka memakai jas almamater kampus mereka.Sebelum berangkat, tidak lupa Keyra mengirimkan sebuah pesan untuk suaminya.To : SuamiKak, aku berangkat praktek ya. Doain lancar. Love you…SendRe
Tidak terasa sudah satu minggu Keyra dan teman-temannya berada di kampung Purut. Sudah satu minggu juga dirinya tidak bertemu dengan sang suami tercinta. Mereka berdua disibukkan oleh kegiatannya masing-masing. Rasa rindu mulai melanda keduanya, bahkan dihari pertama mereka berpisah. Namun Keyra terus meyakinkan Ardy bahwa perpisahan itu hanya untuk satu bulan saja. Hingga mau tidak mau, Ardy menahan keinginannya untuk segera mendatangi Keyra di Bandung. Ia tidak ingin mengganggu kegiatan Keyra disana.Bagaimana kabarnya klinik pengobatan yang didirikan oleh para mahasiswa itu? Sejauh ini berjalan dengan lancar. Antusias dari warga sangat bagus. Banyak warga yang puas dengan pelayanan mereka di klinik itu. Malahan warga berharap mereka bisa lebih lama lagi mendirikan klinik pengobatan untuk para warga.Pagi itu, seperti rutinitas biasanya, mereka sudah berkumpul di ruang tamu untuk sarapan bersama sebelum memulai aktivitas mereka masing-masing sambil berbagi pengalaman
Malam itu Ardy sudah berpakaian rapih dengan memakai Tuxedo berwarnadark greydengan dasi kupu-kupu yang melingkari lehernya, semakin menambah kadar ketampanannya saat itu. Ia sedang duduk di ruang tamu rumahnya untuk menunggu asistennya datang sambil memainkan ponselnya. Ia ingin menghubungi Keyra sebelum Arga datang.Jari-jarinya dengan lincah menari di atas layar ponselnya lalu memencet nomer Keyra yang sudah tersimpan disana.Tuuuut“Halo, Kak.” ucap Keyra dengan nada ceria seperti biasanya, mengawali percakapan mereka melalui sambungan video call. Terlihat wajah Keyra tersenyum manis di sebrang sana.“Sayang, aku kangen.” rajuk Ardy.Keyra terkekeh disana, “Iya Kak, aku juga kangen. Sabar ya, Kak. Tinggal tiga minggu lagi.”“Aku pengen kamu pulang cepet-cepet.”“Iya Kak, sabar ya.” ujar Keyra lagi.“Kamu lagi dimana, Key?” tanya Ard
Keyra berjalan gontai memasuki rumah kontrakan itu dengan diikuti Kareem dari belakang. Jam sudah menunjukkan pukul 20.15 ketika mereka menjejakkan kakinya di rumah. Di tangannya, Keyra menenteng sebuah plastik berwarna putih yang berisikan beberapa puluh tusuk sate untuk ia makan bersama teman-temannya malam itu.CeklekKeyra memutar gagang pintu dengan pelan.“Malem banget, Key pulangnya.” ujar Mesya ketika dirinya baru saja membuka pintu rumah itu. Mesya dan teman-temannya sedang berkumpul di ruang tamu, menunggu kepulangan mereka.“Iya tadi di Rumah Sakit lagi banyak pasien, gak enak lah kalo kita pulang duluan.” jawab Kareem mewakilinya karena terlihat Keyra sedang tidak bersemangat sejak mereka masih berada di Rumah Sakit.“Ini, aku bawain sate untuk kita makan.” Keyra menyerahkan bungkusan plastik itu kepada Kiya untuk segera di hidangkan di atas piring, agar mereka bisa segera makan. Lalu ia menghempaskan