"Di mana kita akan menginap?" Tanya Rosalind saat Hendrik mengemudi di kegelapan malam. Tidak seperti perjalanan dari bandara ke restoran, saat Adelio duduk di sampingnya, tangan Rosalind berada di tangannya, tapi kali ini dia duduk di seberang Rosalind, sikapnya yang sedang menjaga jarak saat dia memandang ke luar jendela.
"Di Hotel De Moon R. Tapi kita tidak pergi kesana saat ini."
"lalu kemana kita pergi?"
Mobil melambat. Adelio mengangguk ke luar jendela. Mata Rosalind melebar saat dia mengenali bentuk dan hiasan arsitektur pada gedung di depannya. Dia merasa familiar dengan museum kuno italia. Museum ini adalah salah satu istana pribadi yang masih tersisa di kota ini.
"Kau serius?"
"Tentu saja." Jawab Adelio dengan tnang.
Senyumnya di bibir Rosalind segera menghilang. "Adelio, ini lewat tengah malam. Museum sudah tutup."
Hendrik memarkirkan limo dan beberapa saat kemudian, dia mengetuk pintu belakang sebelum membukanya. Ade
"Museum ini milik keluarga kakekku. Koleksinya memiliki banyak kontribusi bagi masyarakat seperti sebuah persembahan untuk siapa saja yang ingin berbagi dalam kecintaannya pada benda antik. Aku menjabat sebagai dewan pengurus, begitu juga nenekku."Rosalind menatap Adelio, dan Adelio secara terang-terangan memandang dengan kagum dan dengan hormat saat dia mengamati patungnya membuat Rosalind terkejut. Rasa terkejut yang menyenangkan. Adelio biasanya akan menahan diri. Namun kali ini ada sebuah kerendahan alam diri Adelio Carlos yang tidak bisa Rosalind paham."Kau menyukainya." Kata Rosalind, lebih seperti pernyataan di banding pertanyaan, mengingat kembali akan miniatur patung yang ada di rumahnya."Aku akan memilikinya kalau aku bisa." Adelio mengakuinya. Senyumnya yang sedikit sedih tertuju pada Rosalind. "tapi kau tidak bisa memilikinya, kan? Itu yang mereka katakan padaku."Rosalind menelan ludah. Perasaan aneh seolah melayang melandanya saat dia ber
Adelio tampak tenggelam dalam dunianya sendiri ketika dalam perjalanan ke hotel, meskipun Rosalind duduk di sampingnya di kursi belakang limo, melingkarkan lengannya, kepala Rosalind bersandar di dadanya, dia membelai rambut Rosalind. Pada awalnya, Rosalind khawatir dia akan menyesal, tapi kemudian dia mulai santai dengan sikap diam Adelio. Dia melihat melalui kelopak matanya yang berat, mengingat semua detail dari apa yang tidak terduga.Tentu saja Adelio tidak bisa menyesali atas apa yang baru saja terjadi, itu tadi pengalaman yang luar biasa kan?mereka sampai di hotel tempat mereka akan menginap. Dia tersentak saat Adelio membuka pintu untuknya dan dia melangkajh ke ruang tamu yang penuh barang antik dan menampilkan kain yang halus."Lewat sini." Adelio mengarahkan, membimbingnya ke kamar tidur."Sangat indah." gumam Rosalind, menyentuh kain yang terbuat dari sutra dan memandang ke sekeliling ruangan yang di hias dengan selera tinggi.Tatapan A
Rosalind meringkuk di tempat tidur saat Adelio bangun untuk bersiap-siap untuk pergi rapat. Dia membuka matanya yang mengantuk sebentar untuk melihat Adelio sedang berdiri di tepi tempat tidur menatapnya, terlihat luar biasa tampan dalam setelan gelap, kemeja putih yang rapi, dan dasi biru pucat."Apakah kau ingin aku memesankan sarapan untukmu?" Tanya Adelio. "kau bisa sarapan di teras.""Aku akan memesannya sendiri." Katanya, suaranya berat karena mengantuk.Adelio mengangguk dan melangkah mundur, seolah-olah akan pergi. Adelio dengan ragu tunduk dan mencium bibir Rosalind.Rosalind mengawasi Adelio pergi beberapa saat kemudian, tampak begitu tinggi dan berwibawa dalam setelan yang dia pakai, dia merasakan perasaan yang aneh antara dan bahagia dan menyesal. Setelah Adelio pergi, dia melihat langit kota paris yang cerah. Rosalind memesan sarapannya di teras luar, seperti yang Adelio sarankan, sungguh benar-benar pengalaman mewah yang luar biasa.S
Setelah mandi, Rosalind duduk dengan gelisah di sofa mewah di kamar tidur, kemarahannya memuncak. Berani-beraninya Adelio membuatnya menunggu seperti ini? Menunggu membuatnya marah, tapi untuk beberapa alasan yang tidak bisa dia pahami, hal itu membuatnya terangsang juga. Rasa cemas di campur rasa gembira meliputinya tentang apa yang Adelio sedang rencanakan untuknya.Rosalind tersentak kaget ketika pintu kamar tiba-tiba terbuka dan Adelio masuk ke dalam ruangan. Adelio melirik Rosalind sebelum dia berjalan ke tempat gantungan jas dan menggantung jasnya di sana. Dia membuka pintu lemari yang sengaja di buat dengan bentuk yang antik dan membungkuk untuk meraih sesuatu.Rosalind menegang, mencoba untuk melihat apa yang sedang dia lakukan, tapi pintu menghalangi pandangannya. Ketika Adelio berbalik, Rosalind langsung segera berpaling, dia tidak ingin Adelio tahu bgaimana dia begitu fokus memperhatikan pada apa yang sedang dia lakukan.Rosalind terkejut ketika Adeli
Rosalin hanya berbaring dengan pipinya yang panas menempel di kain lembut kursi, mulutnya terbuka heran pada sensasi yang Adelio berikan padanya. Semua kekuatan itu, meluncur ke dalam dirinya, meledak dalam dirinya. Rosalind pikir dia hanya akan ingat saat pertama kali Adelio memukulnya untuk selama sisa hidupnya. Tapi sepertinya dia akan juga mengingat hukuman-hukuman lain yang mungkin akan datang padanya di masa depan.Dengusan Adelio terdengar seperti mengoyak tenggorokannya. Rasanya seperti sesuatu yang penting sedang merobeknya keluar ketika Adelio menarik Rosalind."Rosalind." Panggil Adelio pada saat dia mengangkat Rosalind untuk berdiri. Mereka berjalan terhuyung-huyung, tubuh mereka tetap menempel saat mereka berjalan ke sofa. Adelio menjatuhkan tubuhnya ke bantal, sambil membawa Rosalind ke pangkuannya dan berbaring di samping Adelio. Punggungnya menempel kencang pada dasi dan kancing kemeja Adelio. Hangat dan lengket karena keringat.Mereka berd
Rosalind masuk ke kamar setelah mandi dan berganti baju. Dia melihat Adelio duduk di depan meja, laptopnya terbuka, dan ponsel berada di telinganya."Aku terkesan pada latar belakangnya." Rosalind mendengar Adelio berbicara di telepon.Adelio memandang sekilas dan menyadari Rosalind sedang berjalan masuk ke dalam ruangan. Matanya tidak pernah lepas dari Rosalind saat dia berbicara."Seperti yang baru saja aku katakan padamu, kau bisa menyewa siapa pun yang kau inginkan. Kau harus menginformasikan padaku tentang penyatuan itu, sampai kau mendapatkannya kembali. Jangan mulai proses perekrutan, terutama dengan badut seperti ini." Ada sebuah jeda sebelum dia melanjutkan. "Mungkin itu benar untuk semua perusahaan, tapi tidak untuk perusahaanku." Kata Adelio, suaranya dingin lalu mematikan panggilan itu dengan cepat."Maaf." Kata Adelio, berdiri dan melepas kacamatanya "Aku sedang mengalami kesulitan untuk susunan kepegawaian perusahaan.""Perusahaan apa
Rosalind mengingatkan dirinya berulang kali hari ini kalau ini semata-mata hanya perjanjian seksual yang dia miliki dengan Adelio. Karena pada kenyataannya, dia tidak bisa membayangkan hari yang lebih romantis dalam hidupnya.Atas permintaannya, mereka meninggalkan Hendrik dengan mobil dan mereka menelusuri jalanan di paris. Rosalind merasa gembira dan senang oleh sensasi di tangannya yang di genggam Adelio, dia juga sering menatap ke samping untuk meyakinkan dirinya kalau dia benar-benar sedang berkeliling kota yang paling romantis di dunia ini dengan pria yang paling menarik dan gila kontrol yang pernah dia temui."Aku lapar." Kata Rosalind jujur. "Bisakah kita makan di sini?' tanya Rosalind lagi. Dia menunjuk sebuah restoran kecil menarik di pinggir jalan yang mereka lewati dengan tempat duduk di luar."Alin sudah mengatur meja pribadi untuk kita di restoran hotel." Kata Adelio mengarah pada restoran mewah dan mahal di hotel tempat mereka tinggal."Ali
Mereka masih berada di restoran, mengobrol, minum kopi, dan menunggu Hendrik datang dengan mobil yang Adelio minta."Itu dia." Kata Adelio, pandangannya tertuju pada sebuah sedan hitam. Rosalind mendengar Adelio bertanya pada Hendrik tentang menyewa mobil dan membawa mobil itu ke restoran. Hendrik sudah di sini sekarang. Bukankah menyenangkan untuk melakukan sesuatu tanpa harus memikirkan berapa banyak uang yang harus di keluarkan?Rosalind tidak percaya dia membiarkan Adelio melakukan hal ini.Rosalind tersenyum saat Hendrik memberikan kunci mobil pada Adelio. "Apakah kau ingin kami mengantarmu?" Tanya Rosalind pada Hendrik saat dia berbalik untuk berjalan di pinggir jalan."Aku akan berjalan menuju hotel. Tidak terlalu jauh dari sini." Kata Hendrik meyakinkan Rosalind sebelum dia melambai dan berbalik pergi.Adelio membuka pintu penumpang untuk Rosalind. Dia merasa lega setidaknya Adelio tidak memulai mengajarinya menyetir di jalanan kota paris y