Walaupun Adelio telah meminta maaf terlebih dulu, Rosalind masih merasa Adelio sedang memikirkan sesuatu saat hendrik membawa mereka ke bandara dan mereka terbang dengan jet pribadi Adelio. Hatinya di bagi antara rasa prihatin pada Adelio, kasihan pada pandangan kosong seolah dia tersesat yang Rosalind lihat di lobi hotel dan makin lama terluka pada sikap Adelio yang terlihat menutup diri dan tidak menyadari akan keberadaan Rosalind.
"Apakah karena rapat penting yang akan kau lakukan akhir pekan ini?" tanya Rosalind saat dia duduk di seberang Adelio di pesawat dan Adelio membungkuk untuk mengambil laptop dari tasnya
"Juju saja itu sangat mengganggu, tapi tampaknya kami akhirnya mendapatkan persetujuan." Kata Adelio membuka laptopnya. "Sebenarnya aku tidak tertarik pada perusahaan itu, tapi semua itu termasuk dalam software yang sangat kuperlukan untuk perusahaan game baru yang sedang aku kerjakan." Adelio menatapnya dan kemudian meminta maaf dari balik laptopnya. "Apak
"Kemarin kau menyebutkan tentang bencana keuangan. "Kata Adelio. "Apa rencanamu dengan uang yang akan kau hasilkan dari melukis?"Rosalind menatapnya dengan mulut terbuka. Ini seolah merek kembali pada percakapan yang mereka lakukan kemarin. Rosalind mencengkeram lengan kursinya, sedikit terguncang ketika pesawat mencapai landasan. Adelio tidak terpengaruh sedikit pun."Apa maksudmu tentang apa yang akan kulakukan dengan uang itu? Aku berencana menggunakannya untuk pendidikanku, masa depanku.""tentu saja, tapi bukan berarti kau harus menulis cek dengan nominal yang besar dalam waktu dekat, benar kan?"Rosalind menggeleng."Kenapa kau tidak mengizinkanku untuk menginvestasikan uangmu?""Tidak." Jawab Rosalind cepat.Dia melihat ekspresi kosong Adelio karena tidak percaya pada kekukuhannya. Ada beribu orang yng akan berusaha sekuat tenaga untuk memperoleh keahlian finansial yang Adelio Carlos tawarkan untuk menginvest
Beberapa hari berikutnya berlalu. Rosalind kembali ke pekerjaan rumah, kuliah, melukis di rumah Adelio dan pelajaran menyetirnya dengan Hendrik. Dan belakangan terakhir lebih menyenangkan dari yang dia harapkan. Sopir Adelio menyenangkan, teman yang lucu. Di tambah lagi, Hendrik memiliki dua kualitas penting untuk duduk di kursi penumpang sementara Rosalind mengemudikan mobil mewah milik Adelio, saraf baja dan rasa humor.Pada hari kamis, Rosalind mengemudi untuk pertama kalinya di kota. Ketika dia berhenti di depan apartemen Adelio dan memarkirkan mobil pada gigi netral, dia memberikan tatapan penuh harap pada Hendrik, yang langsung memberinya senyuman yang lebar."Kupikir kau siap untuk tes mengemudi kapan pun.""Kau pikir begitu?" Tanya Rosalind."Ya, tentu saja. Kita akan pergi ke daerah pinggiran untuk mencobanya. Itu akan lebih mudah melakukannya di sana dari pada di kota.""Aku menyesal karena sudah merepotkanmu minggu ini." Kata
"Kau membuatku hilang kendali Rosalind."Senyum Rosalind sedikit memudar ketika dia melihat mata Adelio."Tidak ada yang salah dengan itu, benar kan?"Adelio terkejut. "Tentu saja tidak, tapi kita punya rencana." Gumam Adelio, menunduk dan mencium pipi Rosalind dan kemudian telinganya. Membuat Rosalind gemetar. "Ya Tuhan aromamu begitu nikmat." Gumam Adelio lagi, bibir hangatnya mulai menjelajahi lehernya."Rencana apa?" Tanya Rosalind dengan susah payah.Adelio mengangkat kepalanya, dan Rosalind berharap dia tidak pernah bertanya."Kita punya janji makan malam jam delapan tiga puluh.""Kita bisa sedikit terlambat, kan?" Bujuk Rosalind, menelusuri jemarinya di atas rambut Adelio yang mulai panjang dan tebal, Adelio jarang membiarkan Rosalind untuk menyentuhnya."Sayang sekali kita tidak bisa." Kata Adelio dengan nada penuh penyesalan, dan menjauh darinya. Adelio meraih tangannya dan menuntunnya keluar dari stu
Adelio sedang mengikat dasinya saat Rosalind keluar dari kamar mandi lima belas menit kemudian. Mata mereka bertemu dalam bayangan cermin yang Adelio sedang gunakan. Tatapan Adelio perlahan menuruni tubuh Rosalind, tubuhnya mendadak berubah kaku.Rosalind memakai gaun dengan leher berbentuk v berwarna hitam yang ketat. Lekuk pinggangnya terlihat menggairahkan. Adelio menyadari, perpaduan kuat dari penyesalan dan gairah posesifnya. Bibir Rosalind masih bengkak karena aktivitas yang mereka lakukan tadi. Pria yang berpengalaman akan tahu hal itu. Rambutnya bersinar di kepalanya dengan jepit berlian yang dia belikan untuk Rosalind. Rosalind memakai anting mutiara yang sederhana. Adelio tidak bisa mengalihkan matanya dari kulit mulusnya di gaun berleher v yang lebar, menunjukkan belahan dadanya dan bagian pundaknya yang putih."Tolong pakai gaun yang lain." Kata Adelio, berusaha menjauhkan pandangannya dari Rosalind untuk bisa menyelesaikan mengikat dasiny
Ruang makan di Eleven di dominasi oleh deretan dinding kayu yang modern dan tempat lilin besar serta lampu kristal buatan yang memukau. Mereka makan malam di dekat jendela tinggi, dengan pemandangan kota yang mengagumkan, beberapa gedung begitu dekat hingga Rosalind merasa bisa meraih dan menyentuhnya.Rosalind awalnya berpikir kalau cara terbaik untuk menggambarkan teman akan malam mereka adalah Alexander yang adalah orang yang manis dalam berkata-kata, tapi dia langsung mengubah pemikirannya dan menganggapnya sebagai orang yang licik. Rosalind tahu kalau Adelio dan Alexander saling mengenal dan mereka juga adalah musuh lama atau setidaknya itu menurut Alexander."Jadi kalian kuliah di Universitas yang sama?" Kata Rosalind berusaha menemukan sebuah petunjuk tentang berapa lama mereka sudah saling mengenal."Aku sudah lulus saat Adelio masih mahasiswa tingkat ke dua." Kata Alexander. "Saat dia datang, aku dan seluruh orang di jurusan ilmu komputer terus mencoba
Adelio diam saat dia duduk di samping Rosalind di belakang limo dalam perjalanan pulang ke rumahnya. Rosalind tegang untuk memulai percakapan, berharap Alexander tidak menganggap sikap diamnya itu sebagai kejengkelannya. Bukankah Adelio memintanya untuk menghadiri makan malam untuk membuat Alexander terpesona, dan untuk sedikit melembutkannya dalam negosiasi akhir? Dan Rosalind sudah melakukannya dengan benar, kan? Alexander terlihat sangat menikmati makan malam, dan dia terlihat sangat siap dan rela menandatangani kesepakatan itu sekarang.Alexander ternyata terlalu rela dan sangat siap ketika dia mendahului Hendrik dan membantu Rosalind keluar dari limo ketika mereka tiba di tempat tinggal Adelio. Tangan Alexander jatuh di pantatnya. Rosalind terkejut dan langsung menjauh, menolak sentuhan pria itu. Rosalind melompat mundur secara mental saat dia menengok ke belakang dan melihat tatapan sedingin es dar Adelio ketika dia keluar dari limo.Sial. Adelio melihatnya
Adelio memeluk Rosalind dan mereka berbicara seperti sepasang kekasih atau setidaknya menurut perkiraan Rosalind setiap kekasih berbicara seperti itu, tidak punya pengalaman dengan dirinya sendiri. Itu adalah pengalaman yang luar biasa saat mendengar Adelio berbicara tentang masa kecilnya yang tumbuh di tanah milik kakeknya.Rosalind ingin bertanya padanya tentang pengalaman hidupnya dengan ibunya tapi dia tidak punya keberanian untuk menanyakannya.Rosalind membicarakan tentang Alexander lagi. Adelio tidak berubah, dia bersikeras mengatakan kalau bukan sikapnya yang menjadi penyebab utama pada transaksi yang berjalan buruk."Itu adalah pertemuan terakhir." Kata Adelio. "Aku tidak suka bertemu dengannya bahkan untuk mendapatkan perusahaan software itu. Aku selalu memandangnya rendah, sejak aku berusa tujuh belas tahun. Di sangat menjengkelkan. Aku menolak bertemu dengannya selama beberapa minggu sebelumnya. Seharusnya aku harus bertemu dengannya dima
Rosalind ingat dia menghabiskan malam di pelukan Adelio di ranjangnya. Terasa begitu indah saat Adelio membuka diri pada Rosalind. Meskipun hanya sedikit. Dulu, Adelio mengatakan padanya jika hubungan mereka murni hanya hubungan seksual, dan bisa menjadi sedikit keraguan tentang ketertarikan mereka. Obsesi mereka. Terhadap satu sama lain.Tapi malam itu, mereka mengubahnya menjadi lebih dari sekedar hubungan seksual. Atau begitulah yang ada di pikiran Rosalind.Rosalind bangun dengan cahaya matahari cerah yang masuk melalui gorden tebal. Dia membuka matanya dengan malas, kemudian dia menyadari kalau dia sendirian di ranjang yang kusut dan mewah di mana dia menghabiskan begitu banyak waktu yang intim bersama Adelio tadi malam. "Adelio?" Panggilnya, suaranya parau karena baru bangun tidur.Adelio berjalan keluar dari kamar mandi, terlihat mengagumkan dengan celana panjang biru, kemeja putih, dasi sutra hitam dengan garis biru pucat, dan ikat pinggang yang selalu mengacaukan pikiran Ros