Share

26. Doesn't Matter Anymore

Suara derap langkah kaki menuruni anak tangga kayu itu terdengar jelas dari lantai bawah, membuat Bunda yang sedang menyiapkan sarapan pagi itu di meja makan pun menoleh karena putranya pagi-pagi ini sudah rapih dan siap untuk berangkat ke sekolah meski jam baru menunjukkan pukul enam tepat. Kerajinan dan disiplin putranya sejak kecil itu memang terus berlanjut hingga sekarang.

"Udah siap, yo?"

Lingga yang baru saja turun dari lantai atas itu mengangguk pelan dan melangkah mendekati meja makan, dimana Bunda sedang sibuk menyiapkan sarapan.

"Sayurnya belum mateng." Ujar Bunda dengan tangan yang sibuk memolesi selai ke dalam roti di atas meja makan. "Tadi Bunda kesiangan masaknya, terus gasnya juga abis."

Langkahnya pun terhenti saat mendengarnya. "Kenapa nggak bilang, Bun?"

Lingga terkadang cukup kesal karena Bunda tidak ingin meminta ba

hihelloray

Hai. Maaf sebelumnya karena lama updatenya, dikarenakan kemarin aku sempet positif covid-19 jadi perlu istirahat. Dan aku cuman mau ngasih tau, kalau dibagian ini udah jadi sudut pandang Lingga ya, kayak yang udah aku bilang sebelumnya. Terimakasih sudah mau membaca cerita ini, bahkan menunggu. Aku merupakan penulis baru, jadi mohon pengertiannya.🖤

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status