Daniel melihat seorang gadis yang sedang menari dengan teman-temannya, dan entah kenapa dia tertarik melihat wajah gadis yang baginya menggemaskan itu. Daniel membawa dua gelas whiskey.
"Hai ... Apa aku boleh kenalan sama kamu?" tanya Daniel pada gadis berambut ikal berwarna coklat yang sedang menari bersama 2 orang teman wanitanya.
"Oh tentu saja boleh. Nama kamu siapa? Aku Tsamara." Gadis itu masih terus bergerak mengikuti irama musik dengan tangan menjulur pada Daniel.
Daniel sangat senang, dia menyambut tangan Tsamara dengan antusias. "Aku Daniel, Mara."
"Okay! Kamu boleh memanggilku Mara." Gadis itu tersenyum senang pada Daniel dan mereka pun menari bersama.
Di tempat lain. Di sebuah rumah yang lebih mirip flat sederhana. Noah berdiri di depan pintu setelah berpikir sejenak di sana.
Ceklek ...
Pintu dibuka oleh seseorang dari luar dan dia berjalan masuk ke dalam ruangan yang memiliki pencahayaan yang tidak terlalu terang. Di sudut bibir seorang gadis tersungging senyuman yang indah. Gadis itu sudah berbaring di atas ranjang yang tidak terlalu besar, dia hanya memakai celana dalam berwarna hitam dan kaos u can see yang berwarna senada.
Gadis dengan wajah cantik, dan menggoda itu sedang tiduran di atas ranjang yang ukurannya tidak terlalu besar. Dia memang sedang menunggu kedatangan sang pemenang yang tak lain adalah Noah.
"Aku yakin kamu akan datang ke sini."
Noah dengan senyum miringnya langsung melempar tubuhnya tepat di sebelah gadis itu berbaring. "Tentu saja, aku ke sini untuk menagih hadiahku yang kamu katakan pada Daniel." Noah dengan segera mengecupi bibir gadis itu dengan liar. Cilla membalas tak kalah liarnya. Dan pergulatan indah di atas ranjang itupun terjadi.
Malam itu pula. Di sebuah rumah yang tampak besar dan mewah, rumah dengan dekorasi ala Eropa klasik dan ada beberapa pillar menjulang tinggi. Sebuah keluarga berkumpul di ruang tengah. Mereka tampak membicarakan hal yang jika didengar oleh kedua anak mereka, bukan hal yang menyenangkan.
"Tenderku menang lagi. Dan kali ini aku benar-benar akan menguasai kerajaan bisnis di dunia."
"Selamat ya, Pa. Teman-temanku pasti akan sangat iri mendengar hal ini. Dan aku bisa membeli berlian mewah lagi sebagai koleksiku," ucap seorang wanita dengan rambut hitam keritingnya.
"Ma, apa kita bisa berlibur akhir pekan ini? Aku bosan dengan kegiatan sekolahku yang terjadi setiap hari. Aku ingin berkumpul dan berlibur ke pantai. Lana, kamu setuju, Kan?" tanya seorang bocah laki-laki yang memiliki manik mata coklat.
"Em ... iya. Aku setuju," jawab gadis dengan rambut gelombang sebahunya. Sebenarnya dalam hati gadis itu. Dia tidak yakin bahwa keinginannya dan adiknya akan di penuhi oleh kedua orang tua mereka. Mengingat dia sudah tau sifat dari kedua orang tuanya itu.
"Nanti saja berliburnya, Leon. Kamu tau kakak kamu Lana kan masih harus menyelesaikan ujiannya, dan mama tidak mau kalau sampai kakak kamu Lana mendapat nilai yang jelek nantinya di sekolah," terang wanita cantik itu.
"Huft! Iya, aku tau. Tapi mama dan papi janji, Ya? Setelah Lana menyelesaikan ujiannya kita akan pergi ke berlibur ke Pantai Sand Paradise?"
"Iya, kita lihat saja, papi juga masih harus menyelesaikan banyak pekerjaan setelah memenangkan tender itu."
Manik mata gadis yang bernama Lana itu hanya melihat sekilas adik dan kedua orang tuanya berbicara. Kemudian dia kembali fokus pada buku yang ada di tangannya, "Ma, Pi, Aku pergi ke kamar dulu. Aku sudah mengantuk." Gadis itu beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju kedua orang tuanya. Lana memberi kecupan selamat malam kepada papi dan maminya.
"Lana, aku juga mau kembali ke kamarku." Pria kecil itu merangkul kakaknya. Mereka berdua naik ke atas kamarnya.
Lana dengan cepat merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuk miliknya, dia terlentang dan menatap langit-langit kamar tidur yang dia tempeli dengan hiasan berbentuk bintang. Saat Lana mematikan lampu di kamarnya, hiasan berbentuk bintang itu menyala di dalam terang. Gadis itu tersenyum senang. "Aku ingin sekali bisa berlari dengan lepas di tempat yang sangat indah." Lana menutup kedua matanya dan membayangkan bisa berlarian bermain di pantai yang sepi dan hanya ada dia sendiri. Tidak sadar Lana pun terlelap dalam tidurnya.
Keesokan harinya. Noah sudah terbangun dari tidurnya, dia segera memakai baju dan celana panjang jeansnya. Noah mengambil kunci motornya dan segera keluar dari tempat Cilla. Cilla yang masih tertidur pulas itu di tinggalkan begitu saja oleh Noah.
Noah mengendarai motornya dengan agak cepat. Entah dia mau ke mana? Namun, di tengah perjalanan, dia harus menghentikan motornya karena jalanan ternyata macet. Seperti biasa kota Pure Line itu setiap pagi akan selalu mengalami kemacetan di jam kerja. Dan orang-orang di sana sudah paham akan hal itu.
"Shit!" Noah hanya bisa mengumpat kesal. Dia berusahan mencari sela-sela agar motornya bisa berjalan di tengah kepadatan mobil yang juga menunggu agar bisa berjalan walaupun pelan-pelan.
Noah pun akhirnya bisa lolos di tengah kemacetan jalanan itu. Dia kembali memacu motornya. Namun, Noah kembali berhenti saat dia melihat agak jauh dari tempatnya berada. Noah seolah tertarik melihat seorang gadis yang berdiri di depan mobil mewahnya. Wajah gadis itu tampak gelisah, dia mengigiti kuku jarinya.
Noah tersenyum miring dan menghampiri gadis itu. "Apa kalian perlu bantuan?" tanya Noah.
Gadis yang ternyata Lana itu tidak menjawab, dia hanya melihati Noah dari atas ke bawah. "Maaf, Nona Lana. Mobilnya harus saya ganti bannya. Apa Nona mau menunggu sebentar?" tanya seorang pria yang sepertinya itu supir Lana.
"Menunggu? Tapi hari ini aku ada ujian! Aku bisa telat, Pak! Aku tidak bisa menunggu." Sekali lagi muka Lana tampak benar-benar cemas.
"Tapi bagaimana lagi, Nona? Mengganti ban ini memang membutuhkan waktu. Apa Nona Lana naik taxi saja?"
Lana bingung. "Di sini susah mendapatkan taxi," celetuk Noah. Lana langsung melihat ke arah Noah. "Maaf, aku tiba-tiba berada di sini. Kalau mau aku bisa mengantarkan kamu ke sekolah, kebetulan arah tujuanku dan sekolah kamu sama. Bagaimana?" Noah melihat nama sekolah dari seragam yang dipakai Lana, Noah tau di mana sekolah Lana, karena dulunya dia pernah menjadi murid di sana, walaupun bukan murid yang berprestasi, tapi setidaknya Noah pernah membuat heboh sekolah itu dengan tingkah bar-barnya. Noah berharap, jika gadis di depannya ini mau menerima tawarannya, entah kenapa Noah tertarik melihat gadis itu.
Please ya jangan hujat author kalau author nulis cerita agak vulgar, author ini nangisan loh! sekali lagi ambil saja sisi baik dari cerita ini. Selamat membaca. Semoga sehat selalu
Lana masih terdiam, jujur saja dia belum pernah bertemu orang asing, jadi sedikit banyak dia harus berhati-hati. "Jangan takut denganku, aku tidak akan menyakiti atau menculik kamu, aku hanya bermaksud menolong." Noah seolah tau apa yang dipikirkan oleh Lana. Lana berpikir lagi, jika dia tidak segera berangkat, dia bisa terlambat, jika dia terlambat, Lana tidak akan boleh mengikuti ujian. Dan tentu saja nilainya akan jelek, lebih parahnya lagi, dia akan mendapat omelan bahkan kemarahan kedua orang tuanya. "Sudahlah, ayo! Kalau kebanyakan berpikir, sekolah kamu bisa terlambat." Lana segera mengambil tasnya dan dia berjalan menuju motor Noah. "Motor?" Lana sedikit terkejut. "Apa kamu tidak pernah naik motor?" Noah sekali lagi memberikan senyum miringnya yang sangat manis. Noah memakai helmnya dan menyuruh Lana naik ke atas motornya. Lana naik dengan ragu-ragu. Kedua tangannya berpegangan pada belakang motor Noah. "Apa kamu tidak
"Kamu pernah merasakan bercinta dengan kekasih kamu?" tanya Lana penasaran.Muka gadis di samping Lana itu bersemu merah. "Menurut kamu? Lana, hal itu wajar di lakukan, dan suatu saat kamu harus mencobanya. Lagipula kita sudah dewasa. Apa kamu mau terkekang terus hidup kamu dengan segala aturan kedua orang tua kamu?"Sahabat Lana ini sebenarnya gadis yang baik, hanya saja dia tidak mendapat perhatian dari kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya sudah bercerai dan sahabat Lana ini tinggal dengan mami yang tidak pernah mengurusinya, hanya memberinya kemewahan tanpa kasih sayang. Papinya pun sama, tidak pernah memperdulikannya, karena sudah memiliki keluarga baru."Aku tidak mau memikirkan hal itu dulu. Sini!" Lana mencoba mengambil alat pengaman itu.""Eh! Kenapa kamu bawa lagi? Aku akan menyimpannya dan nanti malam aku mau menggunakannya dengan kekasih baruku di rumah. Kebetulan mamiku sedang pergi, jadi aku bebas melakukan apapun." Gadis itu tersenyum pada
“Hei!” panggilan seseorang dari kejauhan memanggil Lana. Kedua mata Lana membulat melihat siapa yang memanggilnya.“Itukan cowok menyebalkan itu,” ucapnya kesal. Lana membuka pintu belakang dan memberitahu mamanya jika dia ingin mengembalikan jaket kepada cowok pemilik jaket itu.Mama Lana menoleh ke arah jendela belakang dan benar, beliau melihat seorang cowok dengan penampilan yang tidak rapi sedang bersandar di atas motornya.“Sebentar ya, Ma?” Wanita cantik di dalam mobil itu mengangguk, Lana berjalan mendekat ke arah Noah. “Ini jaket milik kamu, dan aku sudah tidak membutuhkannya lagi.” Lana memberikan jaket itu dengan sedikit kasar dan kesal. Bukan karena suatu hal Lana melakukan hal itu, itu karena Lana teringat dengan benda yang dibawa oleh Noah. Lana menganggap jika Noah bukanlah cowok baik-baik, kalau dia baik-baik dia tidak akan menyimpan benda seperti itu.“Hei! Apa kamu ti
Mama mereka menyuruh Lana dan Leon duduk di depannya. Lana terdiam duduk di tempatnya, Lana agak takut jika nanti apa yang di ucapkan Leon akan membuat mamanya marah. “Kalian mau bicara apa?” Tatapnya tajam. “Ma, apa boleh aku mengajak Lana pergi ke acara pesta ulang tahun temanku besok malam?” “Pesta? Memangnya teman kamu ada yang berulang tahun?” “Ada, Ma, dan aku ingin mengajak Lana. Kasihan Lana, lagian dia, kan, sudah selesai ujian sekolahnya, dan liburan yang Mama dan Papi janjikan juga tidak tau kapan akan terlaksana?” Leon memutar bola matanya jengah. “Sudahlah, Leon! Aku juga tidak apa di rumah saja, aku bisa membaca buku seperti biasanya?” Lana tidak mau sampai Leon mendapat masalah nantinya. “Membaca buku terus, apa yang menyenangkan dengan membaca buku? Lagian kamu itu sudah dewasa, Lana, dan sudah saatnya merasakan bersenang-senang sedikit. Boleh, ya, Ma?” tanyanya lagi. “Kamu tumben sekali mau mengajak Lana? Memangn
Noah berjalan masuk ke gedung itu, sebelahnya Daniel sedang mengamati setiap sudut bangunan itu."Noah, untuk apa kita kemari? Tempat ini lebih mirip rumah sakit tua, tapi menyeramkan sekali.""Ini memang rumah sakit yang di bangun untuk merawat pasien dengan gangguan kejiwaan.""Apa?!" Kedua mata Daniel membulat sempurna."Kamu mau apa ke sini?""Aku mau menemui seseorang.Tidak lama dari arah berlawanan datang seorang laki-laki paruh baya dengan baju putih dan ada taq name sebelah kirinya."Halo, Dok.""Noah, kamu ke sini lagi? Lalu ini siapa?" Dokter itu melihat ke arah Daniel."Aku Daniel, sahabat Noah. Anda dokter?" tanya Daniel."Saya dokter Steve, saya dokter yang merawat kakak Noah." Dokter itu menjabat tangan Daniel, dan Daniel membalasnya."Noah memangnya kakak kamu sakit apa? Bukannya kamu bilang dulu kalau kakak kamu bersama dengan ayah kamu? Lalu kenapa sekarang kakak kamu ada di rumah sakit ini?"
Noah menatap tidak suka pada supir Lana. Dia malah dengan muka marahnya mendorong tubuh supir itu."Jangan ikut campur! Aku cuma ingin bicara dengan nona kamu.""Tapi kamu orang asing dan aku tidak akan membiarkan kamu mendekati Nona Lana." Supir itu sebenarnya takut, tapi dia harus melindungi majikannya sesuai dengan yang di pesankan oleh mamanya Lana."Aku hanya ingin bicara!" Noah mulai memperlihatkan sifat kasarnya. Dia mencengkeram kra baju supir Lana."Berhenti! Lepaskan supirku." Lana mencoba melepaskan tangan Noah. "Pak, aku tidak apa-apa, aku akan bicara sebentar dengan cowok ini." Lana berjalan agak jauh dari mobilnya, Noah malah memberi seringai pada supir Lana."Kamu mau bicara apa lagi? Bukannya jaket kamu sudah aku kembalikan?" Bentak Lana kasar pada Noah yang sudah berdiri di depannya."Bukan masalah jaket itu, tapi kamu masalahnya.""Aku?" Lana tampak bingung, kenapa Noah malah menyebut Lana yang menjadi masalahnya.
Lana menyuruh adiknya keluar dari kamarnya setelah memberikan Leon uang yang dia inginkan dari tabungannya. Lana benar-benar kesal dan tidak menyangka dia akan kehilangan buku yang menjadi buku kesayangannya."Pria itu benar-benar menyebalkan! Kenapa aku bisa sampai bertemu dan berurusan dengan dia." Lana menutup kepalanya dengan bantal.Di tempatnya, Noah sedang berbaring di atas ranjangnya, dan tangannya menengadah ke atas sedang membaca buku yang tadi dia ambil dari Lana. "Gadis ini bacaannya sangat membosankan, kenapa dia malah membaca buku tentang kisah sedih begini? Dia harusnya membaca tentang bagaimana cara seorang gadis bercinta dan mengenal tentang sex di usianya yang sekarang." Noah tertawa dengan puasnya."Kamu baca apa, Noah?" Dan yang tiba-tiba datang dan mengambil buku milik Lana dari tangan Noah. "Andai Aku Bisa Terbang." Daniel membaca judul buku yang di bawa Noah. "Kenapa kamu membaca buku seperti ini? Tumben juga kamu membaca buku? Kamu
Daniel dan Noah menikmati pesta itu, walaupu mereka tidak ada yang kenal. Daniel berjelajah ke setiap ruangan mencari gadis-gadis yang mau dia ajak kenalan. Salah satu gadis yang ada di sana dari tadi memperhatikan Noah. Dia sepertinya tertarik pada Noah. "Jill, pria itu siapa? Apa dia teman kakak kamu?" tanya seorang gadis dengan rok mininya dan minuman di tangannya bertanya pada Jill adik dari Chris. "Aku tidak kenal dia, aku saja baru melihatnya, tapi dia terlihat sangat tampan. Bagaimana jika kita berkenalan dengan dia?" tanya gadis yang berulang tahun itu. Gayung pun bersambut. Belum dua gadis itu menemui Noah. Noah sudah berjalan ke arah mereka berdua. "Hai, selamat ulang tahun ya buat kamu." Noah mengangkat gelas minumannya. Sontak kedua gadis itu tersenyum bahagia pada Noah. "Hai, terima kasih. Apa kami boleh tau siapa nama kamu? Apa kamu salah satu teman dari kakak aku?" Noah tampak bingung, dia saja tidak kenal siapa kakak gadi